Rabu, 07 September 2011

“Ku mengimani-Nya karena Dia menyejukkan hidupku!”

“Ku meyakini-Nya karena begitu banyak mukjizat yang ku temui di dunia ini!”

“Ku mempercayainya karena orang tuaku yang melahirkanku dalam keadaan muslim.”

Dan lain sebagainya.

Pernahkah kata-kata tersebut terlontar dari lisan kita? Tentulah ada, sekalipun hanya sesekali, dan itu pastinya dahulu, saat kita hanya memahami keyakinan kita hanya sekedar ritual keseharian yang kita laksanakan sebagai tuntutan seorang yang memiliki keyakinan.

Namun, adakah sempat terpikirkan, bagaimana titian jalan keimanan yang sebenarnya? Adakah kita membuktikannya dengan akal kita? Ataukah hanya dengan perasaan kita saja?

Bahkan di dalam banyak ayat, Allah senantiasa mengakhiri kalamNya dengan kata-kata “…bagi orang-orang yang berakal”. Namun, pun terdapat juga ayat-ayat yang di sana menekankan kepada bagaimana sesuatu itu dirasa dengan hati kita, semisal dalam keyakinan itu sendiri kan harusnya diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dalam sebuah perbuatan.

Maka, hendaknya ada keselarasan, keserasian dan penempatan-penempatan atasnya. Dan tentulah pasti, meletakkan keduanya di bawah sebuah kaidah baku yang hakiki, yaitu SyariatNya.

Karena sebagaimana yang kita pahami, menapaki sebuah jalan keimanan hanya dengan perasaan, sama saja dengan mengikatkan diri pada sebuah tali yang lemah, dan mudah putus. Tetapi berbeda dengan merentas jalan keimanan melalui proses berpikir, terlebih melalui kaidah berpikir yang cemerlang dan mendalam. Dalil aqli dan naqli yang menjadi pondasi mendasarnya.

Sehingga, haruslah tercipta suatu lingkaran yang kondusif untuk membangun pemikiran serta perasaan yang satu, dalam sebuah peraturan hidup yang satu pula, yaitu SyariatNya.

Antara Akal dan Hati

“Ku mengimani-Nya karena Dia menyejukkan hidupku!”

“Ku meyakini-Nya karena begitu banyak mukjizat yang ku temui di dunia ini!”

“Ku mempercayainya karena orang tuaku yang melahirkanku dalam keadaan muslim.”

Dan lain sebagainya.

Pernahkah kata-kata tersebut terlontar dari lisan kita? Tentulah ada, sekalipun hanya sesekali, dan itu pastinya dahulu, saat kita hanya memahami keyakinan kita hanya sekedar ritual keseharian yang kita laksanakan sebagai tuntutan seorang yang memiliki keyakinan.

Namun, adakah sempat terpikirkan, bagaimana titian jalan keimanan yang sebenarnya? Adakah kita membuktikannya dengan akal kita? Ataukah hanya dengan perasaan kita saja?

Bahkan di dalam banyak ayat, Allah senantiasa mengakhiri kalamNya dengan kata-kata “…bagi orang-orang yang berakal”. Namun, pun terdapat juga ayat-ayat yang di sana menekankan kepada bagaimana sesuatu itu dirasa dengan hati kita, semisal dalam keyakinan itu sendiri kan harusnya diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dalam sebuah perbuatan.

Maka, hendaknya ada keselarasan, keserasian dan penempatan-penempatan atasnya. Dan tentulah pasti, meletakkan keduanya di bawah sebuah kaidah baku yang hakiki, yaitu SyariatNya.

Karena sebagaimana yang kita pahami, menapaki sebuah jalan keimanan hanya dengan perasaan, sama saja dengan mengikatkan diri pada sebuah tali yang lemah, dan mudah putus. Tetapi berbeda dengan merentas jalan keimanan melalui proses berpikir, terlebih melalui kaidah berpikir yang cemerlang dan mendalam. Dalil aqli dan naqli yang menjadi pondasi mendasarnya.

Sehingga, haruslah tercipta suatu lingkaran yang kondusif untuk membangun pemikiran serta perasaan yang satu, dalam sebuah peraturan hidup yang satu pula, yaitu SyariatNya.

Selasa, 30 Agustus 2011

~Hanya Seutas Angan dan Mimpi~

Tidak sedikit orang yang terjatuh, bahkan tersungkur, saat mimpi-mimpinya hanya sekedar angan-angan dan hanya ada dalam sebauh buaian. dan bisa jadi, inilah salah satu penyebab orang-orang takut tuk bermimpi.

mungkin tak jauh berbeda dengan diriku. awalnya ku pun enggan dan takut tuk memimpikan sesuatu. bahkan, sangat takut tuk merakit dan merajut mimpi di atas kertas ataupun dalam balutan sebuah pena.

takut akan hanya menjadi harapan saja. atau mungkin, hanya sekedar menjadi penghibur serta penyemangat sementara saja. semua tidak dapat dijadikan alasan tuk tidak bermimpi. karena kerugian dua kali lipat, saat menjadikan hidup berjalan begitu-begitu saja dan tanpa arah serta tujuan yang pasti.

mimpi yang ku maksud di sini bukan sekedar mimpi biasa. namun, ianya merupakan peta kehidupan yang memiliki waktu tuk mencapainya. kalaupun diri tidak mampu tuk menjadikannya nyata, jadikanlah ia hanya sekedar pembelajaran atau hanya sebatas angan yang menggambarkan sebuah hikmah yang luar biasa dalam hidup kita.

jangan pernah berhenti tuk bermimpi. selama harga sebuah mimpi belum ditetapkan dan dipatenkan bagi diri kita. mimpi yang hakiki serta yang sejati adalah berada di SurgaNya dalam penghargaan sebagai Mujahid/ah di hadapanNya.

"Allahu Akbar!"

~Hanya Seutas Angan dan Mimpi~

Tidak sedikit orang yang terjatuh, bahkan tersungkur, saat mimpi-mimpinya hanya sekedar angan-angan dan hanya ada dalam sebauh buaian. dan bisa jadi, inilah salah satu penyebab orang-orang takut tuk bermimpi.

mungkin tak jauh berbeda dengan diriku. awalnya ku pun enggan dan takut tuk memimpikan sesuatu. bahkan, sangat takut tuk merakit dan merajut mimpi di atas kertas ataupun dalam balutan sebuah pena.

takut akan hanya menjadi harapan saja. atau mungkin, hanya sekedar menjadi penghibur serta penyemangat sementara saja. semua tidak dapat dijadikan alasan tuk tidak bermimpi. karena kerugian dua kali lipat, saat menjadikan hidup berjalan begitu-begitu saja dan tanpa arah serta tujuan yang pasti.

mimpi yang ku maksud di sini bukan sekedar mimpi biasa. namun, ianya merupakan peta kehidupan yang memiliki waktu tuk mencapainya. kalaupun diri tidak mampu tuk menjadikannya nyata, jadikanlah ia hanya sekedar pembelajaran atau hanya sebatas angan yang menggambarkan sebuah hikmah yang luar biasa dalam hidup kita.

jangan pernah berhenti tuk bermimpi. selama harga sebuah mimpi belum ditetapkan dan dipatenkan bagi diri kita. mimpi yang hakiki serta yang sejati adalah berada di SurgaNya dalam penghargaan sebagai Mujahid/ah di hadapanNya.

"Allahu Akbar!"

~Sugesti~

seseorang akan tergerak ataupun bergerak, saat ada sebuah panggilan dari dalam dirinya, sehingga menghantarkannya pada sebuah kesadaran akan adanya sesuatu yang harus diperbuat.

begitu pun tentunya, orang-orang yang mendapatkan panggilan dari keyakinannya, melalui jalan pemikiran dan menyatu pula dengan perasaannya.

dia tidak hanya bergerak tanpa sesuatu yang mengendalikan dan menghantarkannya pada sebuah tujuan, namun ia pun akan memikirkan berbagai cara kreatif untuk menuju pada tujuan tersebut.

sebuah kekuatan yang orang-orang katakan itu adalah sugesti. namun, tidak selalu sugesti itu muncul dari dorongan orang-orang di sekeliling kita. kekuatan sugesti yang terbesar adalah muncul dan mecuat dari dalam diri kita masing-masing. dorongan untuk berpikir, bertindak dan menciptakan sesuatu sebagai karya terindah yang hanya akan dipersembahkan tuk Sang Pemilik karya kehidupan ini.

kekuatan sugesti inilah yang setidaknya telah menghantarkan saya pada sebuah kekuatan di balik kelemahan yang kadang mengitari diri dan kehidupan saya. namun, bukan sugesti buta, ataupun sugesti negatif yang hanya bertuan pada sebuah manfaat. melainkan sugesti positif dan menginspirasi hidup kita.

"Salam Sukses dan Luar Biasa!"

~Sugesti~

seseorang akan tergerak ataupun bergerak, saat ada sebuah panggilan dari dalam dirinya, sehingga menghantarkannya pada sebuah kesadaran akan adanya sesuatu yang harus diperbuat.

begitu pun tentunya, orang-orang yang mendapatkan panggilan dari keyakinannya, melalui jalan pemikiran dan menyatu pula dengan perasaannya.

dia tidak hanya bergerak tanpa sesuatu yang mengendalikan dan menghantarkannya pada sebuah tujuan, namun ia pun akan memikirkan berbagai cara kreatif untuk menuju pada tujuan tersebut.

sebuah kekuatan yang orang-orang katakan itu adalah sugesti. namun, tidak selalu sugesti itu muncul dari dorongan orang-orang di sekeliling kita. kekuatan sugesti yang terbesar adalah muncul dan mecuat dari dalam diri kita masing-masing. dorongan untuk berpikir, bertindak dan menciptakan sesuatu sebagai karya terindah yang hanya akan dipersembahkan tuk Sang Pemilik karya kehidupan ini.

kekuatan sugesti inilah yang setidaknya telah menghantarkan saya pada sebuah kekuatan di balik kelemahan yang kadang mengitari diri dan kehidupan saya. namun, bukan sugesti buta, ataupun sugesti negatif yang hanya bertuan pada sebuah manfaat. melainkan sugesti positif dan menginspirasi hidup kita.

"Salam Sukses dan Luar Biasa!"

Rabu, 10 Agustus 2011

“Maaf…”



“Jujur, kaka begitu perhatian, karena kaka sayang ma kamu!”
Wajah polos dan lugu itu pun tampak biasa-biasa saja mendengar semua kata yang disampaikan orang yang dihormatinya sebagai kaka tersebut. Seketika kemudian dia pun tersenyum dan berkata: “Sayang Kaka pada Ade-nya kan, Mas?”
Sontak, laki-laki itu pun terdiam. Tanpa kata, ia pun berlalu dari hadapan gadis manis yang begitu disayangnya itu.
***
Malam ini tanpa disengaja gadis tersebut mencerna kembali maksud perkataan sang kaka yang tiada kabar setelah peristiwa siang tadi. “Tak seperti biasanya dia seperti ini”, gumamnya lirih. Dibukanya buku diary kesayangannya. Niat hati ingin menuliskan apa yang dirasakannya. Namun, tanpa sengaja jarinya terhenti pada sebuah catatan peristiwa yang hampir-hampir membuatnya putus asa. Ya, saat dia harus menerima kenyataan, bahwasanya orang yang disayanginya pergi meninggalkannya.
Tanpa disadari matanya telah memanas, dan air matanya pun membasahi pipinya nan putih merona. Pikirannya telah terbang pada kejadian 3 tahun silam. Di mana saat-saat terindah dalam hidupnya, ketika orang yang disayangnya akan melamarnya. Namun, tiga hari sebelum hari yang ditunggu-tunggunya tersebut, laki-laki yang dinantikannya itu pergi tanpa kabar, menginggalkannya.
Hancur berkeping-keping rasanya hatinya. Hampir-hampir dia ingin menempuh jalan singkat tuk mengakhiri hidupnya. Namun, saat itu kedua orang tuanya memohon dengan begitu sejadi-jadinya, agar anak semata wayang itu tidak melakukan hal demikian.
Akhirnya, hari-hari pun dilaluinya dalam derail air mata, keringnya hati, bagai malam yang kian sunyi. Berlalu dan terlewati dalam kurun waktu yang lama.
***
“Taukah kamu dik, hidup itu singkat. Maka, jangan kau siakan hidupmu pada sebuah masalah yang sebenarnya itu tak berarti apa-apa tukmu!”
Perkataan kaka yang ibu hadirkan ia dalam keluarga ini seolah menjadi sebuah titik terang bagi hidup gadis itu. Perlahan-lahan kehidupannya mulai membaik. Bahkan tawa renyahnya kembali meriuhkan sunyinya rumah yang hanya dihuni 3 keluarga kecil ini.
***
Tersenyum kecil ia memandang fotonya bersama kaka yang begitu menyayanginya itu. Waktu seakan menjadikan keduanya benar-benar seperti sosok saudara kandung yang saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain.
Seakan mulai disadarinya maksud dari perkataan sang kaka tadi. Bukan tidak mengerti, namun ia berupaya menutup pintu rasa itu, setelah luka yang kian menyayatnya di masa lalu. Dia pun menyadari, bahwa dia tak ingin menyakiti serta merusak apa yang telah susah payah dibangunnya bersama sosok teduh sang kaka yang telah menjadi bagian dari keluarganya.
***
Pagi ini pun tak didapatinya pesan ataupun telepon pengganggu dari kakanya itu. “Hemm, apa mungkin dia marah?”, kalimat tanya pun akhirnya mencuat dari bibir gadis tersebut. Tanpa berpikir panjang dituruninya tangga kamarnya menuju ke meja makan, menemui kedua orang tuanya yang telah menantinya tuk makan bersama. Dan sempat terkejut, karena kaka yang memiliki kebiasaan tidak pernah sarapan tersebut, akhirnya turut serta meramaikan sarapan bersama di pagi ini. “Pagi yang cerah!”, bisiknya perlahan.

Sabtu, 06 Agustus 2011

~Ujian ataukah Teguran?~

Beberapa pekan ini hari-hari tak seperti biasanya ku lalui. Entah apakah arti di balik semua ini? Permasalahan demi permasalahan seakan menekanku dari berbagai arah. Begitu pun dengan orang-orang di sekitarku. Ingin rasanya ku menyerah dari semua ini, namun ku pun tak ingin merugi dua kali.
Ujian ataukah teguran? Sebenarnya tiada begitu memusingkan apabila menyoroti dari kacamata ku sendiri. Karena bisa saja ku ambil jalan pintas, “kerjain semampuku, kalau tidak bisa, ya udah selesai” –pasrah-. Akan tetapi, lagi-lagi yang menjadi bahan pertimbanganku adalah orang tuaku.
Rasanya telah berkaca-kaca kedua bola mataku, hingga-hingga pelupuk mata pun tidak lagi mampu menahan beratnya butir-butir bening ini. Tiada terasa jatuhlah butir-butir bening bak hujan membasahi wajahku. Ingin ku berteriak, lari dan menjauh dari semua kemelut batin ini. Tapi, bagiku itu semakin menunjukkan bahwa diriku tidak ada bedanya dengan seorang pengecut.
Akhirnya ku putuskan tuk merehatkan diri sejenak dari sesuatu yang diamanahkan kepadaku. Bunda pun menampakkan wajah yang merasa bersalah. Tapi, ini bukan salah siapa-siapa. Ini salahku. Justru akulah yang berterima kasih banyak tuk dukungannya, hingga aku mampu melewati semua batu kerikil yang ada di hadapanku.
Namun, beginilah manusia. Sekuat apapun berusaha menahan dan menyimpan semuanya seorang diri, pada akhirnya rapuh juga. Batu-batu kerikil tersebut sekarang menjadi sebuah goa yang menyimpan batu-batu besar yang kian mengeras. Hendak ku adukan pada siapa, jikalau bukan pada sang pemilik diri ini?
Deadline waktu tinggal 1 minggu lagi. Namun, segala berkas hilang. Ku benar-benar tak mengerti. Ku tidak ingin berpikir sesuatu yang tidak seharusnya ku pikirkan. Ku tau, ini bukti kasih-Nya. Namun, ku pun harus mengakui. Ku tidak mampu hadapi semua ini seorang diri.
Ku benar-benar ingin berlari dan pergi. Ku ingin mundur. Namun, lagi-lagi ini bukanlah aku. Jikalaupun ku harus kehilangan, biarkanlah ku ulang semuanya dari “nol”. Biarkanlah ku dinilai kecil dan tidak luar biasa dalam sebuah eksistensi gerak, daripada ku mundur dan pergi. Biarkanlah ku habiskan waktu dengan semua sakit ini, dibandingkan umurku ku habiskan dengan sia-sia.
Ijinkanlah ku berikan segala yang terbaik, sekalipun tiada kan pernah bernilai apa-apa di hadapan yang lainnya. Ijinkanlah ku persembahkan apa yang dua permataku inginkan, sekalipun harus menghancurkan tubuhku. Ijinkanlah ku tetap mempelajari semua dari setiap titian perjalanan, asalkan ku tak berbalik ke belakang, menjadi jiwa-jiwa yang rapuh dan hancur tanpa arah. Ijinkanlah ku lengkapi hidupku, sekalipun bagiku semuanya terlalu indah tuk ku sakiti karena kekuranganku.
Terima kasih tuk setiap jiwa yang telah banyak berada di sisiku. Dan maafkan, apabila semua ini adalah teguran dari-Nya agar ku kembali mengingat-Nya dan mengambil pelajaran atas semua ini. Semuanya pasti akan indah pada waktunya.

~Di tengah hilangnya data-data skripsi –soft maupun hardcopy-. Dan bisnis yang menuntut perhatian penuh karena permintaan dua permata. Serta, amanah-amanah lain yang kurang dipahami oleh rekan-rekan yang harusnya memahami betapa pentingnya amanah tersebut. Ku berusaha semaksimal mungkin hingga batas penghabisan kemampuanku~

~Faza_AlFakhirah~

“Semua Tentang Perasaan” (Acak-Acak bin Mencak-Mencak, ^0^)

Ada sebuah semboyan kata yang mengatakan, bahwa rasa itu ada bersama keterbiasaan dan kebersamaan yang berlalu. Menjadi sebuah semboyan yang kadang rancu dan sulit dimaknai, saat bait kata ini hanya dimaknai dengan perasaan saja. Seandainya hal tersebut ditujukan pada sesuatu yang tidak memiliki akal, bisa saja hal tersebut berlaku. Hingga, sebelum menarik sebuah benang merah dari semboyan di atas, saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk merefleksikan diri akan maksud tulisan ini saya buat untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian semua.
***
Apakah Rasa itu?
Banyak pengertian yang mengartikan kata di atas. Ada yang berarti rasa adalah sesuatu yang dapat dirasa dan diraba oleh indera kita, tetapi ada juga yang berarti sesuatu yang tiada terasa, namun menjadi sesuatu yang sangat mendalam sekali, merangsek ke dalam tiap-tiap diri, hingga sadar ataupun tidak, menjadikan segala hal terasa halal tuk memenuhi rasa tersebut.
Relatif sekali pengertian di atas. Yap. Sepakat! Saat mengartikannya hanya dengan perasaan pula –bukan dengan akal-. Hingga, saat kita menjadikan akal kita lah sebagai dasar dalam berpikir, maka kita akan memahami makna rasa yang saya maksud di atas. Di mana, rasa di sini adalah sebuah titik sentuh ataupun titik bayang yang diyakini dia ada, sekalipun dia tak terlihat, dengan kaidah-kaidah keyakinan yang mendasar, bahwa saat rasa itu tiada diperbolehkan tuk berlebihan, maka, kan kita minimalisir dan kita kontrol sebagaimana kaidah-Nya mengaturkan.
Satu hal yang harus dipahami, bahwasanya sebuah rasa berkaitan erat dengan yang namanya naluri. Naluri seorang makhluk yang memang tiada dapat tuk dihilangkan, namun mampu tuk dikontrol sesuai dengan track aturan main dari-Nya. Maka, benturkan segala rasa yang ada dengan melalui proses berpikir yang hakiki, bukan hanya memperturutkan pada perasaan yang sejatinya begitu lemah dan bahkan kadang begitu mudah tuk dipengaruhi.
***
Kebebasan Rasa=Kebablasan
Banyak yang terjebak pada permainan perasaan. Salah satunya rasa menyukai yang tiada jelas batas-batasnya. Rasa menyayangi yang begitu berlebihan hingga-hingga menjadikan jiwa-jiwa yang memiliki rasa itu terjatuh pada sebuah jurang yang menyakitkan dan menghancurkan masa depannya.
Betapa menggelikan, saat seorang anak begitu menyayangi pasangannya, yang baru sebentar perkenalan mereka, belum jelas hubungan tersebut, dan belum jelas pula masa depan hubungan keduanya. Tetapi, tak sedikit yang berlaku tiada ta’at pada orang tua yang telah lama merawat, menyayangi serta mengorbankan banyak hal tuk diri mereka hingga detik ini.
Tak sedikit pula anak-anak gadis, yang begitu sopan dan tertutup bahkan malu di hadapan orang tuanya, namun, membukakan semua auratnya di hadapan pasangannya yang bukanlah mahramnya. Menyedihkan sangat masa depan remaja, apabila hal ini berlaku pada sebagian besar remaja kita saat ini.
***
Perangkap Gurita
Beginilah saat rasa hanya berpatokan pada perasaan saja, tidak disertai logika dalam berpikir. Eits, protesnya bukan ditujukan pada satu persatu orang saja ya. Karena saat yang diminta untuk memperbaiki pun hanya satu persatu orang saja, tetapi lingkaran hitam yang mencengkeram seluruh individu ini tiada diberangus atau diputus mata rantainya, maka, sia-sia sajalah segala proses perbaikan tersebut.
Pengaruh akan senantiasa menghampiri dan menggoda tiap-tiap diri, terlebih bagi diri yang memiliki pertahanan yang sangat lemah atau bahkan yang tidak memiliki pertahanan sama sekali. Maka dari itu, dalam mengoreksi sesuatu lihatlah dari akarnya, jangan hanya dari cabang-cabangnya saja. Supaya tidak banyak korban yang terkorbankan atas alternatif solusi yang diberikan.
Dapat dilihat dan dirasakan, akar dari masalah rasa, seperti yang saya katakan di atas, kendatipun simple, ternyata, efeknya sangat luar biasa. Ini bukan dongeng ataupun permainan saja, tapi ini terkait perjalanan hidup yang pada akhirnya akan berakhir dan dimintakan pertanggung jawaban dari-Nya.
Maka, apabila dibuka akar masalahnya, beginilah sistematikanya.^_^
***
Sistem Liberal->Neoliberal, Sekuler, dan Kapitalis
Bahasan yang berat sekali. Yap. Apabila anda mengartikan apa yang anda baca itu berat. Tetapi, saat anda melihatnya sebagai sesuatu yang ringan dan mudah dipahami, maka, begitupun yang akan anda terima.
Maka, apabila dikatakan permasalahan hanya berkutat pada tataran orang perorangnya saja, jelas itu sangat sempit sekali. Bahkan, sangat-sangat sempit.
Bayangkan saja, sekuat apapun pohon, saaat akarnya telah diserang oleh penyakit yang sangat ganas, ditambah keadaan sekitar yang kian memporak-porandakan. Masih dapatkan pohon tersebut bertahan dalam waktu yang lama?
Begitu pun dengan diri manusia, yang dilengkapi dengan 3 naluri dengan aturan/prosedur pemenuhan yang tidak sembarangan tuk pemenuhannya. Maka yang menjadi pertanyaan, ditengah keterbatasan dan kekurangan sesosok manusia, dapatkah manusia menjawab segala masalah yang dihadapi manusia juga?
Adakah kehebatan manusia mampu menghasilkan tuk membentuk bulan dan bumi serta pengaturan cahaya matahari dalam berbagai perjalanannya kian sempurna terkecuali dilakukan oleh Sang Maha Sempurna? Serta adakah manusia dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan manusia yang lain?
Jawabannya sudah tentu dapat diketahui. Menolak Tuhan sebagai Pengatur dengan berbagai upaya pembenaran, bagi hati-hati dan biang-biangnya pengokoh peradaban sampah ini. Namun, bergerak melawan arus dan menginginkan satu solusi yang real, bahwa hanya Sang Pencipta lah yang mengetahui apa-apa yang dibutuhkan ciptaanNya, itulah Para Penggerak dan Penggagas!
Benar saja kiranya, bahwa sebuah kebaikan yang terstruktur dapat mengalahkan kejahatan yang tidak terstruktur, begitupun sebuah kejahatan yang terstruktur tentunya pun dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur.
Maka, seperti yang dikatakan seorang motivator, bahwa sesuatu yang tidak baik saja bisa sukses, dan sesuatu yang tidak jujur saja dapat berkuasa, mengapa justru sesuatu yang telah dijaga dan dijanjikanNya justru malu, mundur ataupun takut?
Tidak ada istilah Istirahat, menyerah ataupun mundur bagi para penggerak dan penggagas. Maka, bagi diri yang Allah berikan akal, tentulah dapat menundukkan perasaannya di bawah akal yang begitu cemerlang, mendalam dan luar biasa. Bukan seperti sosok-sosok yang tidak Allah berikan kelebihan.
Terus bergerak dan senantiasa bergerak! Karena hidup dan mati hanya sekali, maka bergeraklah berkali-kali.

~Faza.Al-Fakhirah~

“Semua Tentang Perasaan” (Acak-Acak bin Mencak-Mencak, ^0^)

Ada sebuah semboyan kata yang mengatakan, bahwa rasa itu ada bersama keterbiasaan dan kebersamaan yang berlalu. Menjadi sebuah semboyan yang kadang rancu dan sulit dimaknai, saat bait kata ini hanya dimaknai dengan perasaan saja. Seandainya hal tersebut ditujukan pada sesuatu yang tidak memiliki akal, bisa saja hal tersebut berlaku. Hingga, sebelum menarik sebuah benang merah dari semboyan di atas, saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk merefleksikan diri akan maksud tulisan ini saya buat untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian semua.
***
Apakah Rasa itu?
Banyak pengertian yang mengartikan kata di atas. Ada yang berarti rasa adalah sesuatu yang dapat dirasa dan diraba oleh indera kita, tetapi ada juga yang berarti sesuatu yang tiada terasa, namun menjadi sesuatu yang sangat mendalam sekali, merangsek ke dalam tiap-tiap diri, hingga sadar ataupun tidak, menjadikan segala hal terasa halal tuk memenuhi rasa tersebut.
Relatif sekali pengertian di atas. Yap. Sepakat! Saat mengartikannya hanya dengan perasaan pula –bukan dengan akal-. Hingga, saat kita menjadikan akal kita lah sebagai dasar dalam berpikir, maka kita akan memahami makna rasa yang saya maksud di atas. Di mana, rasa di sini adalah sebuah titik sentuh ataupun titik bayang yang diyakini dia ada, sekalipun dia tak terlihat, dengan kaidah-kaidah keyakinan yang mendasar, bahwa saat rasa itu tiada diperbolehkan tuk berlebihan, maka, kan kita minimalisir dan kita kontrol sebagaimana kaidah-Nya mengaturkan.
Satu hal yang harus dipahami, bahwasanya sebuah rasa berkaitan erat dengan yang namanya naluri. Naluri seorang makhluk yang memang tiada dapat tuk dihilangkan, namun mampu tuk dikontrol sesuai dengan track aturan main dari-Nya. Maka, benturkan segala rasa yang ada dengan melalui proses berpikir yang hakiki, bukan hanya memperturutkan pada perasaan yang sejatinya begitu lemah dan bahkan kadang begitu mudah tuk dipengaruhi.
***
Kebebasan Rasa=Kebablasan
Banyak yang terjebak pada permainan perasaan. Salah satunya rasa menyukai yang tiada jelas batas-batasnya. Rasa menyayangi yang begitu berlebihan hingga-hingga menjadikan jiwa-jiwa yang memiliki rasa itu terjatuh pada sebuah jurang yang menyakitkan dan menghancurkan masa depannya.
Betapa menggelikan, saat seorang anak begitu menyayangi pasangannya, yang baru sebentar perkenalan mereka, belum jelas hubungan tersebut, dan belum jelas pula masa depan hubungan keduanya. Tetapi, tak sedikit yang berlaku tiada ta’at pada orang tua yang telah lama merawat, menyayangi serta mengorbankan banyak hal tuk diri mereka hingga detik ini.
Tak sedikit pula anak-anak gadis, yang begitu sopan dan tertutup bahkan malu di hadapan orang tuanya, namun, membukakan semua auratnya di hadapan pasangannya yang bukanlah mahramnya. Menyedihkan sangat masa depan remaja, apabila hal ini berlaku pada sebagian besar remaja kita saat ini.
***
Perangkap Gurita
Beginilah saat rasa hanya berpatokan pada perasaan saja, tidak disertai logika dalam berpikir. Eits, protesnya bukan ditujukan pada satu persatu orang saja ya. Karena saat yang diminta untuk memperbaiki pun hanya satu persatu orang saja, tetapi lingkaran hitam yang mencengkeram seluruh individu ini tiada diberangus atau diputus mata rantainya, maka, sia-sia sajalah segala proses perbaikan tersebut.
Pengaruh akan senantiasa menghampiri dan menggoda tiap-tiap diri, terlebih bagi diri yang memiliki pertahanan yang sangat lemah atau bahkan yang tidak memiliki pertahanan sama sekali. Maka dari itu, dalam mengoreksi sesuatu lihatlah dari akarnya, jangan hanya dari cabang-cabangnya saja. Supaya tidak banyak korban yang terkorbankan atas alternatif solusi yang diberikan.
Dapat dilihat dan dirasakan, akar dari masalah rasa, seperti yang saya katakan di atas, kendatipun simple, ternyata, efeknya sangat luar biasa. Ini bukan dongeng ataupun permainan saja, tapi ini terkait perjalanan hidup yang pada akhirnya akan berakhir dan dimintakan pertanggung jawaban dari-Nya.
Maka, apabila dibuka akar masalahnya, beginilah sistematikanya.^_^
***
Sistem Liberal->Neoliberal, Sekuler, dan Kapitalis
Bahasan yang berat sekali. Yap. Apabila anda mengartikan apa yang anda baca itu berat. Tetapi, saat anda melihatnya sebagai sesuatu yang ringan dan mudah dipahami, maka, begitupun yang akan anda terima.
Maka, apabila dikatakan permasalahan hanya berkutat pada tataran orang perorangnya saja, jelas itu sangat sempit sekali. Bahkan, sangat-sangat sempit.
Bayangkan saja, sekuat apapun pohon, saaat akarnya telah diserang oleh penyakit yang sangat ganas, ditambah keadaan sekitar yang kian memporak-porandakan. Masih dapatkan pohon tersebut bertahan dalam waktu yang lama?
Begitu pun dengan diri manusia, yang dilengkapi dengan 3 naluri dengan aturan/prosedur pemenuhan yang tidak sembarangan tuk pemenuhannya. Maka yang menjadi pertanyaan, ditengah keterbatasan dan kekurangan sesosok manusia, dapatkah manusia menjawab segala masalah yang dihadapi manusia juga?
Adakah kehebatan manusia mampu menghasilkan tuk membentuk bulan dan bumi serta pengaturan cahaya matahari dalam berbagai perjalanannya kian sempurna terkecuali dilakukan oleh Sang Maha Sempurna? Serta adakah manusia dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan manusia yang lain?
Jawabannya sudah tentu dapat diketahui. Menolak Tuhan sebagai Pengatur dengan berbagai upaya pembenaran, bagi hati-hati dan biang-biangnya pengokoh peradaban sampah ini. Namun, bergerak melawan arus dan menginginkan satu solusi yang real, bahwa hanya Sang Pencipta lah yang mengetahui apa-apa yang dibutuhkan ciptaanNya, itulah Para Penggerak dan Penggagas!
Benar saja kiranya, bahwa sebuah kebaikan yang terstruktur dapat mengalahkan kejahatan yang tidak terstruktur, begitupun sebuah kejahatan yang terstruktur tentunya pun dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur.
Maka, seperti yang dikatakan seorang motivator, bahwa sesuatu yang tidak baik saja bisa sukses, dan sesuatu yang tidak jujur saja dapat berkuasa, mengapa justru sesuatu yang telah dijaga dan dijanjikanNya justru malu, mundur ataupun takut?
Tidak ada istilah Istirahat, menyerah ataupun mundur bagi para penggerak dan penggagas. Maka, bagi diri yang Allah berikan akal, tentulah dapat menundukkan perasaannya di bawah akal yang begitu cemerlang, mendalam dan luar biasa. Bukan seperti sosok-sosok yang tidak Allah berikan kelebihan.
Terus bergerak dan senantiasa bergerak! Karena hidup dan mati hanya sekali, maka bergeraklah berkali-kali.

~Faza.Al-Fakhirah~

Sabtu, 30 Juli 2011

~Lecutan Motivasi~

Sebenarnya banyak pertanyaan dan pernyataan yang lalu lalang dalam pikiran 1 bulan ini. Terkait kepastian akan pilihan-pilihan yang sedang dibuat, tantangan-tantangan yang sedang dihadapi, konflik-konflik kecil yang tak dapat tuk dipungkiri kehadirannya, dan beberapa tekanan demi tekanan kecil yang kian menari mengiringi langkah kaki.
Depresi? Yap. Ada sedikit energi negatif yang menjadikan apa yang dirajut dan diperjuangkan pun luluh lantak. Terdiam, berlari, dan menghindar untuk beberapa waktu, itu bukanlah solusi. Sampah-lah kalo demikian adanya.
Cacian dan teriakan tuk memotivasi diri senantiasa menyertai, di tengah kondisi fisik yang kian merajuk.
Curahan hatikah ini? Terserahlah diartikan apa? Hanya saja, berharap hikmah dapat dipetik atas perkara hidup yang setiap orang pasti menjalani, merasakan dan menghadapinya. Tetapi, lagi-lagi semua kembali pada diri, bahwa jiwa-jiwa tangguh berbeda dengan jiwa-jiwa pengecut dan memilih mundur atau terjebak hanya tuk alasan-alasan sampah ini saja.
Senantiasa mencoba tuk berbagi dengan orang-orang yang dapat memberikan inspirasi. Dan inilah yang menjadikan hidup penuh warna, karena saling mengisi dan saling melengkapi.
Banyak hal ternyata yang menjadi koreksi dan banyak hal pula yang harusnya diperbaharui. Sekalipun perbedaan atas sebuah keputusan itu pastilah adanya.
Pengalaman telah mengajarkan banyak hal. Salah satunya bagaimana agar tetap dapat berdiri kokoh di tengah jutaan kaum-kaum yang berdasi ataupun berkantong tebal membentuk kehidupan yang sejatinya bukan milik mereka.
Warna-warni kehidupan. Di mana kadang hanya dipandang sebagai pelangi setelah hujan membasahi bumi ini saja. Padahal, sejatinya menyimpan berjuta arti dan makna yang dapat diambil hikmah ataupun pembelajaran atasnya.
Kembali tertegun tuk beberapa waktu. Mengurai satu persatu benang kusut, hingga dapat kembali lurus dan tiada bercabang atasnya tuk menguraikannya. Demikian pun, agar dapat kembali bangkit dan berjuang dalam topangan energi positif yang mengitari langkah kaki ini ke depannya.
Inilah hidup. Penuh dengan kedinamisan. Dan harusnya pun penuh dengan kekreatifan serta kecerdasan yang harusnya dibangun tuk menjawab segala tantangan yang ada. Agar bukan menjadikan diri sebagai sampah peradabahn saja, melainkan dapat menjadi “Sang Pioner” ataupun “Visioner” dalam menghentak dan menghacurkan peradaban yang ada tuk menggantikannya dengan peradaban yang hakiki dan menjadikan barokah tentunya.




~Faza~

“Next Story, Mutiara di Pelupuk Mata”

Hampir saja keputus asaan menimpa atas mimpi-mimpi yang telah ditorehkan. Salah satunya adalah mimpi bisnis yang sedang vakum dari konsentrasi karena teralihkan pada sebuah deadline yang memang harus diselesaikan, dan aktivitas lainnya yang benar-benar menguras waktu khusus.
Tidak ingin menyalahkan siapapun, karena diri tentunya hanya ingin berusaha mengevaluasi diri sendiri. Kesalahan murni berasal dari dalam diri, yang mungkin saja ka

rena ketidak teraturan dalam menajerial waktu, diri maupun yang lainnya.
Mencoba berdiskusi dengan orang tua yang tentunya memiliki banyak pengalaman. Diselingi pula dengan diskusi lainnya. Tanpa disadari, kembali diri tersandung pada sebuah batu besar, yaitu mimpi-mimpi yang kini ditantangkan keduanya kepada diri. Pembelajaran akan melihat sesuatu pada prosesnya, kembali mengentakkan dan membangunkan diri ini, bahwa hasil yang dicapai saat ini karena kekurang maksimalan dalam prosesnya.
Berbagai pertimbangan menjadi masukan buat diri secara pribadi. Sembari menjalin koneksi kerja dengan rekan-rekan yang ada di luar sana, sesekali mengingatkan diri tuk menengok, menelaah dan mempelajari bahan-bahan skripsi yang harus diselesaikan, dan tentunya diiringi do’a padaNya sepanjang waktu. Inilah kunci pembuka rezeki bagi seorang pemula tentunya seperti diri ini. Beriring dengan usaha yang tiada pernah ada hentinya tuk menjadi seorang entrepreneurship muslimah.
Kembali teringat pada proposal hidup yang tertempel di dinding kamar. Beberapa target yang belum tercapai seiring ritme waktu yang kian berputar. Tiada terasa dada pun serasa sesak dan air mata menggenang di pelupuk mata. Cepat-cepat tuk ditepis keraguan tak berarti yang seketika hadir tuk kembali meyakinkan diri, bahwa masih ada waktu tuk mewujudkan semua mimpi itu dan membuktikan pada semua bahwa diri ini pasti bisa.
Maka, kembali merapikan semuanya. Fokus! Yap. Itulah kunci yang beberapa pekan ini sempat terlupakan. Dahulu senantiasa ada mapping time untuk deadline-deadline target yang ingin diraih. Tetapi, semenjak ujian demi ujian kesehatan merangsek dan menyerang diri, semua seakan-akan memupuskan harapan-harapan tuk dapat bertahan dengan segala topangan yang ada.
Akan tetapi, tiada ingin mendahului takdirNya. Maka, kembali menegakkan diri tuk bersungguh-sungguh dengan target yang ingin dicapai. Sekalipun pada akhirnya mungkin saja nanti menyakitkan, tetapi yang terutama adalah memaksimalkan diri dalam mengusahakannya disertai do’a dan keyakinan yang mendalam serta mengakar hanya padaNya.

~Faza~

Kamis, 28 Juli 2011

“Semburat Pelangi Cinta”

Awalnya ku berfikir cinta hanyalah sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai pelengkap hidup. Ibarat barang seperti barang komplementer. Mewarnai setiap perjalanan dan langkah kaki, kemanapun ia mengarah. Maka, ku awali perjalanan cinta yang telah terlewati hanya sebatas cinta monyet, yang datang dan berlalu begitu saja.
***
Sedikit gambaran ketika ku mengenal cinta di awal hidupku. Basis lingkungan yang mengajarkanku hidup selaras dan serasi dengan para anggota geng cowok, menjadikanku terbiasa hidup berkawan dengan mereka. Hingga tanpa disadari, sekalipun status tunangan yang telah disematkan oleh kedua orang tua di jari kiri-ku sekalipun, seakan tiada berpengaruh apa-apa.
Beranjak di akhir masa SMA yang kebanyakan diyakini dan diamini oleh para remaja sebagai masa-masa terindah penuh dengan kenangan pun menyandung diriku pada sebuah dilema yang luar biasa. Siapa sangka hubungan yang disebut tunangan pun akhirnya dapat terkalahkan oleh tinta hitam “pacaran”?
Hingga titik klimaks pun mengantarkanku pada sekelumit masalah yang merenggangkan hubunganku dengan kedua orang tuaku. Dalam setiap rintangan yang kian menerpa, entah mengapa senantiasa kekeh ku pertahankan pilihan ini walaupun tak pernah ku dapati wajah senang di kedua permataku itu.
Tanpa terasa kurun waktu dua tahun berlalu dalam keterbiasaan yang ada, di tengah kericuhan yang tak diindahkan. Hingga, seketika itu, lebih tepatnya saat ku telah diterima di sebuah perguruan tinggi, hubungan yang telah susah payah ku pertahankan, tiba-tiba berakhir tanpa angina maupun badai sekalipun.
Tertegun, terdiam, dan tanpa banyak tanya, ku terima semuanya dengan berlari tuk sementara waktu ke kota lain. Bukan tidak menerima dengan semua itu, tetapi hanya ingin menenangkan diri atas keterbiasaan yang seketika dalam hitungan detik menghilang dari tengah-tengah kehidupanku.
Setelah menghabiskan waktu 3 hari lamanya, akhirnya ku kembali dengan bersimpuh di kedua kaki orang tuaku. Marah tidak marah, kenyataan pun harus mereka hadapi seperti halnya diriku. Maka, semenjak hari itu ku putuskan tuk menutup dan menarik diri dari lingkungan sekitar.
Waktu di awal semester ku habiskan bersama teman-teman baruku yang kesemuanya adalah cewek. Di awal bulan januari 2008 lebih tepatnya, nama Inpudefilhais pun tercetus dari kesepakatan kami bersama. Bersama dalam suka maupun duka, cerdas bersama dan saling menopang satu dengan yang lain. itulah visi kami bersama.
Rasanya, benar-benar berubah total hidupku. Satu semester berlalu dengan beberapa program pendekatan diri kepada Sang Pemilik diri ini. Tentunya bersama 6 sobat karibku. Mereka yang mengajakku tuk belajar dan mengenal islam. Dan menjadi jalan hidayah serta inspirasi tukku. Hingga, tiada terasa, di awal semester dua kuputuskan tuk menyibukkan diri dalam aktivitas organisasi. Bukan organisasi mahasiswa pada umumnya, melainkan organisasi rohani yang ada di kampus.
Pembelajaran dan pencerdasan secara konsep dan teknis semakin mengajarkanku banyak hal, dan memberikan pengalaman yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Bahwa ternyata, hidupku benar-benar berharga. Maka, ku putuskan pula tuk secara total menutup auratku dengan pakaian suci sebagaimana yang disyariatkanNya, yaitu dengan kerudung dan jilbab.
Maka, finally semuanya. Ku terjunkan diriku secara penuh dalam aktivitas yang satu persatu orang mulai mundur dari aktivitas tersebut. Padahal awalnya, merekalah yang menyemangati dan memberikan dukungan habis-habisan. Tapi itulah hukum alam. Semua berjalan dengan alami sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Hingga, tanpa terasa, pendidikanku pun telah di ujung waktu. Ku nikmati sisa-sisa kebersamaan dengan rekan-rekan yang memberikan warna baru dalam hidupku dengan penuh inspirasi. Walaupun tak dapat dipungkiri, kekesalan demi kekecewaan pun tak urung seringkali menjadi batu terjal di tengah penyatuan pemikiran kami. Namun, lagi-lagi karena senyum dan kesabaran kawan-kawan dan adik-adik yang kan ku tinggalkan, seakan memberikan semburat warna baru dalam hidupku, yang sebelumnya tiada pernah ku temui.
Dan di tengah episode perjalanan pun, ketika dunia dengan begitu pongahnya ingin memperlihatkan taringnya. Meneruskan tuntutan demi tuntutan dunia agar dapat menopang eksistensi hidupnya masing-masing. Ku justru tetap dengan tantangan dan resiko yang bagiku itu sangatlah menarik. Dan ku patrikan dalam diri akan sebuah semburat warna pelangi cinta yang sesungguhnya. Tidak lama lagi, dan ku mengusahakan yang maksimal, agar ku pun layak mendapatkan yang maksimal.
Benar sekali. Sekalipun itu adalah sebuah misteri, namun setidaknya semburat indahnya pelangi yang Dia ciptakan dan dititipkanNya di hidupku nanti adalah cerminan diriku sendiri. Maka, apabila ku bersantai-santai saja saat ini, tiada mungkin ku dapati pelangi itu berwarna indah dengan sempurna. Hingga, persiapan diri, sekalipun dengan ujian yang tidak kecil, sejatinya menyertai akan diri ini dalam titian tuk menuju jalan CintaMu.
Jikalau bukan karena Cintaku padaMu, waktu tiadalah mungkin terhitung begitu singkat. Dan segala kerikil-kerikil kecil yang bisa saja menjatuhkanku itu, tiada mungkin dapat ku singkirkan. Sebelum Engkau singkap tukku, rahasia pelangi tersebut tuk hidupku. Sungguh, CintaMu telah mampu Mengalihkan pandangan dan pikiranku akan sebuah arti cinta yang semu kepada sebuah makna Cinta yang hakiki. Dan tentunya, karenaMu pulalah ku dapat meraih mimpi-mimpiku yang pada awalnya ku kira itu hanyalah sebuah omong kosong.
***
Inspirasi tiada batas, dari sosok yang senantiasa berproses. :D

~Faza~

“Semburat Pelangi Cinta”

“Semburat Pelangi Cinta”

Kalau kamu pandai, coba buat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti dimulai dengan huruf ' J '.

oleh Syabab Revalation pada 28 Juli 2011 jam 1:25


Satu hari Sultan merasa sungguh "boring n bete abis",

jadi dia bertanya kepada bendahara, "

Bendahara, siapa yang paling pandai saat ini?"

"Abu Nawas" jawab Bendahara.

Sultan pun manggil Abu Nawas dan baginda bertitah : "Kalau kamu pandai, coba

buat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti

dimulai dengan huruf 'J'.

Terperanjat Abu Nawas, tapi setelah berfikir, diapun

mulai bercerita:


Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari

jempolnya jorok. Jeng juminten jajal jualan jamu jarak

jauh Jogya-Jakarta. Jamu

jagoannya: jamu jahe. "Jamu-jamuuu..., jamu jahe-jamu

jaheee...!"

Juminten jerit-jerit jajakan jamunya, jelajahi

jalanan.

Jariknya jatuh, Juminten jatuh jumpalitan. Jeng

Juminten

jerit-jerit: "Jarikku jatuh, jarikku jatuh..."

Juminten jengkel,

jualan jamunya jungkir-jungkiran, jadi jemu juga.

Juminten jumpa Jack, jejaka Jawa jomblo, juragan

jengkol, jantan,

juara judo. Jantungnya Jeng Juminten janda judes jadi

jedag-jedug.

Juminten janji jera jualan jamu, jadi julietnya Jack.

Johny justru jadi jelous Juminten jadi juliet-nya

Jack. Johny juga

jejaka jomblo, jalang, juga jangkung. Julukannya,

Johny Jago Joget.

"Jieehhh, Jack jejaka Jawa, Jum?" joke-nya Johny.

Jakunnya jadi

jungkat-jungkit jelalatan jenguk Juminten. "Jangan

jealous, John..."

jawab Juminten.

Jumat, Johny jambret, jagoannya jembatan Joglo jarinya

jawil-jawil

jerawatnya Juminten. Juminten jerit-jerit: "Jack,

Jack, Johny jahil, jawil-jawil!!!" Jack jumping-in

jalan, jembatan juga jemuran. Jack jegal Johny, Jebr

eeet..., Jack jotos Johny. Jidatnya Johny jenong, jadi

jontor juga jendol... jeleekk. "John, jangan jahilin

Juminten...!" jerit Jack. Jantungnya Johny

jedot-jedotan, "Janji,

Jack, janji... Johnny jera," jawab Johny. Jack jadikan

Johny join

jualan jajan jejer Juminten.

Jhony jadi jongosnya Jack-Juminten, jagain jongko,

jualan jus

jengkol j ajanan jurumudi jurusan Jogja-Jombang,

julukannya Jus

Jengkol Johny "Jolly-jolly Jumper." Jumpalagi,

jek........!!!


Jeringatan : Jangan joba-joba jikin jerita jayak jini

JUsah...!!!

Kematian Tragis Seorang Yang Zalim-Kisah Penggugah Jiwa

oleh Sigit Si-pa Pamungkas pada 28 Juli 2011 jam 5:36

Imam Bukhari dan Abu Daud menulis kisah Khabbab bin Arat r.a. Dia adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang memeluk Islam pada awal penyebarannya. Dia juga seorang hamba sahaya dari seorang perempuan zalim bernama Ummu Anmar Al-Khuza'iyyah.

Khabab sering mengunjungi Rasulullah SAW untuk menuntut ilmu agama. Akan tetapi, malang baginya, berbagai macam penderitaan dan siksaan ia terima dari majikannya setelah diketahui sering mengunjungi Rasulullah SAW.

Khabab sering dijemur di atas pasir panas di bawah teriknya matahari dengan mengenakan pakaian besi. Bukan hanya itu, ia pernah diletakkan di tempat pemanggangan hingga punggungnya terbakar dan luka itu terus membekas di punggungnya.

Tidak tahan dengan siksaan keji itu, Khabbab r.a mengadu kepada Rasulullah SAW dengan harapan beliau mau menolongnya. Khabab berkata kepada Rasulullah saw yang sedang berselimutkan kain beludru di bawah Kakbah, "Tidakkan Anda menolong kami dan berdoa untuk kami?"

Rasulullah SAW menatapnya sambil berkata, "Demi Allah, umat-umat sebelum ini menahan siksa yang lebih berat daripada siksaan yang telah kau alami. Mereka pernah dibuatkan lubang, kemudian disekap di dalamnya. Setelah itu, seseorang mendatanginya dengan membawa gergaji, meletakkan di kepalanya, lalu dengan sergaji itu membelah kepalanya menjadi dua.

Namun, semua itu tak pernah membuatnya berniat untuk meningsalkan agamanya. Seorang dari mereka ada yang pernah disisir kulitnya dengan sisir besi hingga dagingnya terkelupas dari tulang dan jaringan sarafnya. Akan tetapi, hal itu tidak membuatnya berpikir untuk meninggalkan agamanya.

Allah akan menyempurnakan agama ini, tetapi engkau tidak bersabar. Suatu hari, kelak akan tiba saatnya perempuan zalim itu (majikan Khabbab) akan berjalan sendiri dari San'a ke Hadramaut tanpa takut apa pun selain binatang buas. Namun, mengapa engkau tidak sabar?"

Ternyata Rasulullah SAW telah mengetahui azab yang akan Allah SWT timpakan terhadap majikan zalim tersebut dengan mengabarkan bahwa majikan zalim itu akan mati diterkam binatang buas. Khabab r.a memberikan kesaksiannya, "Demi Allah, apa yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW benar! Aku melihatnya sendiri!"

Kebenaran pernyataan Rasulullah SAW tentang azab yang akan menimpa majikan yang zalim benar adanya. Bukti kebenaran itu disaksikan oleh Khabab, budak milik majikan zalim, secara langsung. Dia melihat majikannya mati diterkam binatang buas sesuai dengan apa yang dikatakan Rasulullah SAW.

2012

oleh Pengkhianatyangtelahmusnah pada 13 Juni 2011 jam 8:17

Sepersekian detik, dia kemudian berkata lagi, “Harusnya kalau mau menyalahkan, salahkan itu aparat Negara ini. Mereka kan yang bertanggungjawab atas peredaran film itu di Indonesia”

Betul juga apa yang dia katakan, pikir saya. Kalau saja semua orang di negeri ini berpikir seperti itu, maka tidak perlu risau untuk film bertema apapun. Kan mereka bisa memilah-milah dengan baik. Namun sayangnya tidak semua orang seperti itu. Kebanyakan orang-orang di negeri ini lebih mudah percaya apa yang ada di dalam film daripada tidak percayainya.

“Tahu tidak kenapa tidak ada yang bercita-cita menjadi Tuhan?” tiba-tiba saya alihkan pembicaraan.

“Hah?” kedua pemuda itu melongo, lalu tersenyum, tapi tidak menjawab, malah balik tanya, “Kenapa memang?”

“Sebab itu tidak sopan!,” jawab saya. Yang menyatakan dunia ini kiamat atau tidak, itu kan semata-mata kehendak Tuhan. Itu sudah SOPnya Tuhan selaku pencipta kiamat. Kalau sekarang, tiba-tiba, ada segolongan ilmuwan, paranormal, atau apalah yang merasa tahu kalau kiamat itu tahun 2012, maka sesungguhnya dia telah bersikap tidak sopan pada Tuhan. Dia sok tahu atas perkerjaan yang sudah jadi tugas abadi Tuhan. Padahal saya yakin, Tuhan tidak akan pernah membocorkan SOP-nya sekalipun mereka kuliah mengambil jurusan Teknologi Tuhan, agar nantinya menjadi Sarjana Tuhan.

“Hehehe…” mereka tertawa.

“Tidak seekstrim begitulah,” yang sebelah saya coba menjelaskan sesuatu “Para pakar menentukan hal tersebut sesuai dengan sains. Bukan berarti memang kiamat. Tapi bakal ada sesuatu yang terjadi”

Ramalan suku Maya tidak mengatakan kalau dunia kiamat tahun 2012. Mereka hanya bilang pada tahun segitu akan terjadi suatu bencana. Begitu katanya lagi. Itu diamini juga oleh kitab suci bangsa China I-Ching. Bahkan majalah Nature menyatakan bahwa paling tidak tigaperempat spesies di Bumi akan musnah setiap 62 sampai 65 juta tahun. Dan itu tepat di tahun 2012.

“Bukan hanya itu,” tambah dia “NASA sudah memprediksi, ada 5 kemungkinan terjadinya kiamat.” Busyet kata saya. Ini anak sepertinya dapat A terus di kampusnya.

“Yang pertama akibat tubrukan asteroid besar. Kedua, bencana iklim akibat pemanasan global. Terus ketiga, perang nuklir. Keempatnya, wabah penyakit akibat eksperimen senjata biologis. Kelima hal-hal lain yang secara statistik kemungkinannya berada dibawah 4 hal pertama”

Sumpah! Dia menjelaskan itu dengan sangat detail. Sayang saya lupa. Tapi biarlah lupa juga. Nanti tinggal cari di internet. Bisa jadi, dia juga dapat itu dari Kaskus. Atau jangan-jangan malah dia yang menulis; Pertamax, Gan!

“Segala sesuatu kalau dicari-cari dari sisi ilmiahnya pasti akan kita dapat,” kata saya “Tapi sebenarnya di dunia ini tidaklah sepasti seperti itu”

“Kenapa tidak pasti? Sains kan ilmu pasti”

“Itu kan klaim” tegas saya.

“Klaim gimana?”

“Buat saya sains itu adalah seperti kesenian”

“Kesenian?”

“Iya,” jawab saya “Matematika ilmu pasti bukan?”

“Ya”

“Kalau kata saya, bukan. Justru matematika adalah salah satu ilmu yang banyak tidak pastinya. Matematika hanya melatih kita buat taat pada kesepakatan”

”Maksudnya???”

” Satu tambah satu belum pasti dua. Mereka hanya boleh jadi “2” kalau kita sepakat sedang bicara dalam sistem bilangan persepuluhan. Kalau kita setuju mengubah kesepakatan dari bilangan persepuluhan menjadi bilangan biner yang cuma kenal “0” dan “1”, maka 1+1=0. Betul tidak?” jelas saya.

”Hehehe.. iya juga ya?” jawab yang disebelah saya. Alhamdulillah dia mengerti. Dia pintar. Tapi yang diujung sepertinya tidak mengerti. Kayaknya dulu dia sering bolos waktu pelajaran berhitung. Semoga hasil ulangannya tidak jelek.

(hal 62, 2012, Begundal Militia, 2010, Cetakan 1)

Rokok Tidak Haram???

oleh Pengkhianatyangtelahmusnah pada 25 Juli 2011 jam 4:43

Ini saya bilang bukan berarti saya kampanye mendukung fatwa haram rokok, bukan juga saya menentang itu fatwa. Buat saya, haram atau tidak haram itu adalah masalah lain. Sebab masalah rokok yang paling besar karena adanya sistem serta distribusi yang tidak berimbang. Perihal kampanye-kampanyean agar merokok jadi tidak sembarang, agar rokok dibatasi, agar ibu-ibu hamil tidak kasih racun ke janinnya, agar laki-laki tidak lemah syahwat, agar yang kanker tidak kanker, yang jantungan tidak jantungan, saya mah dukung-dukung saja. Namun dengan catatan bukan berarti saya haramkan rokok dan hisap rokok.

”Gimana sih kamu ini Dal?! Rokok itu secara medis banyak sebabkan banyak penyakit. Malah bisa mati!” itu kawan kantor saya seolah-olah saya ini perokok berat.

“Saya tahu. Saya pernah lihat posternya. Yang bahannya ada buat pesawat terbang kan?”

”Itu sudah tahu! Jadi kenapa masih kamu bolehkan”

Sebenarnya saya males menjawabnya. Ya kamu tahu kan saya bukan perokok. Rasanya tidak afdol menjawab pertanyaan itu kalau bukan perokok. Antara mau dan tidak, saya bilang saja, kalau masalah mati tidak bisa ditetapkan seenaknya. Ajal sudah ada yang atur. Klaim dengan merokok satu batang maka berkuranglah umur sekian hari, buat saya itu begitu alay. Kalau memang waktunya mati, ya mati saja.

Banyak tuh orang yang umur panjang tapi dia perokok berat. Baginya, merokok menjadikan dia lebih bersemangat dan sehat.

”Lagian kalau rokok haram karena sebabkan penyakit, harusnya banyak juga yang diharamkan” kata saya.

”Memang apalagi?”

”Pernah lihat TV yang cerita jajanan SD yang ada zat berbahaya kan?,” tanya saya ”Kayak baso, nugget, es, sirup yang pada pakai borax dan yang kayak gitu?”

”Iya pernah”

”Itu kan sebabkan penyakit juga. Harusnya haram juga dong”

”Tapi itu kan kita tidak tahu. Ga semua kayak gitu kali”

”Kalau gitu, gimana dengan junk food atau McD?”

”Mang McD kenapa?”

”Pernah liat film Supersize Me?”

”Belum. Kenapa gitu?”

”Di film itu, McD dijelaskan dengan detail bagaimana merusaknya buat kesehatan manusia”

”Masa sih?”

”Sumpah! Ga jauh beda ma rokok”

”Gitu ya?”

”MSG juga sama. Pemanis-pemanis buatan juga”

Benar gitu juga? Entahlah. Saya juga tidak tahu. Saya hanya baca. Namun kalau mencari efek-efekan, semuanya juga ada efeknya. Yang jelas, orang yang sudah menjadi tua tapi masih saja merokok memang lebih baik tidak ditiru. Hindari saja kalau kamu tidak suka. Pukuli kalau dia maling. Kuburkan kalau dia meninggal jangan dibuat sate. Sesungguhnya bangkai itu baunya tidak sedap. Dan tidak pernah ada yang jualan sate manusia.

Namun kalau dia memilih merokok di tempat sempit, sendirian disana, tidak ajak-ajak orang banyak, tidak ajak-ajak tempat umum, tidak sebabkan kebakaran, maka itu adalah pilihan dia. Tak perlu lah kita pukul. Sebab pukul adalah menunjukan waktu. Hampir mirip dengan jam. Memukul jam sama dengan merusak jam. Nanti kalau telat kamu tidak boleh masuk kelas.

(hal 94, Rokok Tidak Haram???, Begundal Militia, 2010, Cetakan 1)

SUPER HEROPUN NYERAH MEMBANTU INDONESIA MEMBERANTAS KEJAHATAN dan KORUPSI...

oleh Syabab Revalation pada 28 Juli 2011 jam 7:48

Untuk memberantas kriminalitas dan Koruptor, konon pemerintah Indonesia mengirimkan proposal kepada sejumlah superhero dari manca negara. Proposal itu berisi menawarkan kerja sama antara para superhero dan Mabes Polri untuk memerangi para penjahat yang beraksi di kota-kota besar Indonesia , khususnya Jakarta .

Siapa sangka, para superhero itu ternyata menolak ajakan kerja sama. Berikut ini adalah alasan penolakan mereka.

1. BATMAN (Bruce Wayne)
Bruce Wayne menolak ajakan kerja sama ini karena dia keberatan menanggung pajak impor Bat-Mobile ke Indonesia. “Bayangin aja, pajak mobil Impor mobil mewah yang selangit, apalagi untuk BAT-MOBIL yang secanggih itu.”

2. SPIDERMAN (Peter Parker)
Parker juga menolak dengan alasan di Indonesia hanya ada sedikit sekali gedung tinggi, yang menyulitkan dia bergelantungan dari gedung ke gedung. ” Kalaupun ada gedung tinggi, jaraknya terlalu berjauhan, belum lagi saat bergelantungan saya takut kecantol kabel listrik dan telepon.”

3. INVISIBLE GIRL (Susan Storm)
Dia menolak karena merasa minder. Kemampuan menghilang yang dimilikinya masih jauh kalah dengan kemampuan menghilang orang Indonesia. “Saya sih, hanya bisa menghilangkan diri saya sendiri. Saya kalah dibanding banyak orang di Indonesia yang bukan hanya bisa menghilangkan diri sendiri, tapi juga utang, aset-aset negara yang pernah dikuasai, serta hasil korupsi. Jadi saya minder nih.”

4. THE THING (Ben Grimm)
Menolak dengan alasan, “Di indonesia sudah banyak orang dengan kulit yang lebih tebal dari saya. Bukan hanya kebal peluru, malahan sudah kebal malu segala.”

5. HUMAN TORCH (Johnny Storm)
Dia juga menolak dengan alasan yang sama dengan anggota Fantastic 4 yang lain. ” Saya belum mulai bekerja saja sudah mendapat panggilan dari Kejagung. Saya takut dicurigai sebagai dalang terbakarnya beberapa pasar di Indonesia.”

6. THE FLASH (Barry Allen)
Sebenarnya Allen sudah mempertimbangkan untuk menerima proposal ini, tetapi setelah melakukan survei ke berbagai lembaga pemerintahan, dia akhirnya menolak. “Bayangkan aja, untuk mendapatkan KTP saja, orang Indonesia harus menunggu berhari-hari. Itu pun masih sabar. Jadi kesimpulan saya, orang Indonesia tidak memerlukan seorang superhero yang memiliki kelebihan berupa kecepatan. Kecepatan tidak ada artinya buat bangsa yang suka alon-alon asal kelakon“.

7. SUPERMAN (Clark Kent)
Sang manusia baja ini menolak dengan sopan. “Saya takut dituduh melakukan aksi pornografi/pornoaksi karena celana dalam saya kelihatan.”

8. AQUAMAN
Merasa tidak kuat setelah mencoba pekerjaan baru di Indonesia, karena “Lautnya udah tercemar, badan saya jadi gatel” Begitu pengakuannya saat dikonfirmasi.

9. WONDER WOMAN
Pada mulanya, sang peace ambassador dari Atlantea ini merasa yakin bisa membantu pemerintah Indonesia. Tetapi setelah melakukan pengamatan, dia akhirnya menolak juga dengan alasan, “Kalau saya mati di AS dalam menunaikan tugas kan masih bergengsi, dibunuh monster/villain. Tapi, kalau di Indonesia saya bisa-bisa mati sia-sia digebukin FPI gara-gara kostum saya yang super seksi ini,” katanya.

10. CAT WOMAN
Ia menolak setelah mendengar lagu Kucing Garong.

KIRIMAN dari : Tarzanningrat Tarzanningrat

Senin, 18 Juli 2011

“Berawal dari Proposal Hidup”



Ini bukan cerita, bukan pula dongeng, serta ini bukanlah khayalan ataupun cerita nyata, apapun itu, mari kita dengarkan bersama. ^_*
***
Hari ini tak seperti biasanya bagi Faza. Mengapa? Karena hari ini dia telah berhasil menjejakkan kaki di sebuah universitas negeri, di luar dari bayangan dia di masa lalu. Banyak hal baru yang dia dapatkan. Mulai dari teman baru, kehidupan baru, dan satu hal yang tak pernah dia pikirkan sebelumnya, yaitu motivasi baru.
Ada sesuatu yang menarik pada aktivitas dia kali ini. Hari ini dia mengikuti sebuah acara yang benar2 tak pernah dia ikuti sebelumnya. Di mana di acara ini ada sesuatu yang berbeda yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya. Apakah itu? Temukan jawabannya di akhir cerita… ^_*
Motivasi demi motivasi terkait mengenali potensi diri, kemudian memahami hakikat dan fitrah diri sebagai manusia yang memiliki banyak sekali kelebihan, seakan-akan menjadi tamparan bagi dirinya. Maka, saat ditanyakan apa saja problem dalam hidup kita? Seakan dia tersentak. Mengapa? Karena dia merasa, selama ini hidupnya seakan hanya dipenuhi dengan masalah demi masalah.
Hingga saat sang motivator mengatakan bahwa kunci dari segala permasalahan itu adalah diri kita sendiri, dia menjadi bertanya-tanya, mengapa demikian?
Hal itulah yang menjadikan dirinya seakan menemukan inspirasi yang baru dalam hidupnya. Karena, sebaik apapun perencanaan kita, atau sesulit apapun masalah yang kita hadapi, semua tergantung pada diri kita, untuk menyelesaikannya ataukah berlari dari semua itu?
Sampai pada akhir acara, di mana setiap peserta dimintakan untuk menuliskan proposal hidup mereka. Dan luar biasa, dia bahkan tak pernah membayangkan selama ini akan tujuan hidup yang harusnya terangkai sedemikian rapinya. Bayangkan saja, untuk sebuah acara yang dalam hitungan jam, hari, bulan, terkadang kita mempersiapkan sebuah proposal yang matang. Lantas, bagaimana dengan kehidupan kita?
Inilah yang menjadikan dia berpikir, bahwasanya hidupnya begitu berharga untuk disia-siakan. Maka, dengan lincah tangannya menuliskan apa-apa saja yang ingin dicapai dalam perjalanan hidupnya yang begitu berarti tersebut.
***
Selang beberapa waktu dari pembuatan proposal tersebut, dia merasakan banyak hal yang berubah dalam hidupnya. Salah satunya adalah dalam hal keuangannya. Percaya tidak percaya, ini nyata. Bukan karena perkara gaib, ataupun simsalabim –sulap-. Tapi ini karena sebuah perencanaan untuk masa depan yang dia tuliskan dalam proposal hidupnya. Hingga menjadikannya memiliki step demi step untuk menaiki jenjang-jenjang perbaikan diri, terutama dalam bisnis atau karir.
Dan sebuah kunci yang kadang dilupakan oleh tiap diri, yaitu keyakinan, dan fokus pada apa yang direncanakan. Sekalipun mungkin itu sulit atau berisiko. Tapi dikarenakan hidup adalah pilihan, maka buatlah pilihan yang terbaik. Dan satu hal yang harus dipegang, yaitu jangan menunggu pada sebuah peluang, tetapi ciptakanlah peluang tersebut sekalipun itu harus melawan arus ataupun menjadikan diri kita menghadapi tantangan yang berisiko besar. Sekali lagi, karena hidup adalah pilihan.

~Faza_Ideologis~

Jumat, 24 Juni 2011

kali ini saya akan membahas tentang fiqih wanita muslimah. yang pertama yaitu Hukum berpacaran …seperti biasa saya sadur dari internet..

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa CintaIslam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung. Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Semoga ni menjadi renungan untuk ukhty semua…

Hukum Pacaran

kali ini saya akan membahas tentang fiqih wanita muslimah. yang pertama yaitu Hukum berpacaran …seperti biasa saya sadur dari internet..

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa CintaIslam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung. Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Semoga ni menjadi renungan untuk ukhty semua…
kali ini saya akan membahas tentang fiqih wanita muslimah. yang pertama yaitu Hukum berpacaran …seperti biasa saya sadur dari internet..

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa CintaIslam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung. Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Semoga ni menjadi renungan untuk ukhty semua…

Muhasabah

Sangat banyak umat Islam yang belum mengenal Islam. Bukan Islam Parsial, Fundamental, Radikal, apalagi Liberal. Namun Islam Kaffah, Islam menyeluruh.

Allah SWT, berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (TQS.Al Baqarah: 208)

Dan Islam kaffah hanya bisa terlaksana dibawah naungan Daulah Khilafah ala minhaj an-nubuwah. Dan Allah pasti menepati janjinya untuk membumikan kembali satu Agama yang diridhoinya.

Allah SWT, berfirman yang artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS.An nur: 55) (al khansa)

‘Iffah: Lambang Kemuliaan Seorang Wanita

Segala puji bagi Allah Ta’ala, Robb semesta alam. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad.

Akhwatifillah…
Di masa sekarang ini, di saat kejahiliahan kembali merata di seluruh penjuru dunia, upaya penjagaan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan, kesia-siaan, dan kerendahan harus lebih ditekankan. Terlebih lagi bagi seorang muslimah yang kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. ‘Iffah adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan penjagaan diri ini. Lalu apa sebenarnya ‘iffah itu?

Pengertian ‘Iffah

Wahai muslimah…
Menurut bahasa, ‘iffah artinya adalah menahan. Sedangkan menurut istilah, ‘iffah adalah menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah.

Jadi, ‘afifah (sebutan bagi muslimah yang ‘iffah) adalah muslimah yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya menginginkannya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (An-Nur: 33).

Wanita yang ‘afifah

Saudariku…
‘Iffah adalah akhlaq yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan akhlaq ini merupakan sifat hamba-hamba Allah Ta’ala yang shalih, yang senantiasa memuji keagungan Allah Ta’ala, takut akan siksa, adzab, dan murka-Nya, serta selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.

Ada beberapa hal yang dapat menumbuhkan akhlaq ‘iffah dan perlu dilakukan oleh seorang muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya, di antaranya adalah:



1. Ketaqwaan kepada Allah Ta’ala

Taqwa adalah asas paling fundamental dalam mengusahakan ‘iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah pengekang seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh Allah Ta’ala, sehingga ia akan selalu berhati-hati dalam berbuat seseuatu, baik di saat sendirian maupun dalam keramaian.

Sesungguhnya kemuliaan yang diraih seorang wanita shalihah adalah karena kemampuannya dalam menjaga martabatnya (‘Iffah) dengan hijab serta iman dan taqwa. Ibarat sebuah bangunan, ia akan berdiri kokoh jika mempunyai pondasi yang kokoh. Andaikan pondasi sebuah bangunan tidak kokoh, maka seindah dan semegah apapun pasti akan cepat runtuh. Begitu juga dengan ‘iffah yang dimiliki oleh seorang wanita, dengan iman dan taqwa sebagai pondasi dasar untuk meraih kemuliaan-kemuliaan lain.

Segala anggota tubuh akan selalu terjaga jangan sampai melanggar larangan Allah Ta’ala sehingga terjerumus ke dalam kesesatan. Mulutnya terjaga dari pembicaraan yang sia-sia, ghibah, fitnah, adu domba, dusta, mengumpat , mencela, dan lain-lain. Tangannya pun akan terjaga dari hal yang dilarang seperti mencuri, bersentuhan dengan orang yang bukan mahramnya, dan lain-lain. Mata pun demikian, tak ingin terjerumus dalam mengumbar pandangan yang diharamkan.

Sungguh ketika taqwa berdiam pada diri seseorang, maka muncullah pribadi yang penuh dengan hiasan yang tak tertandingi keindahannya. Mengalahkan emas, perak, berlian, dan hiasan dunia lainnya.
2. Menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan

Saudariku muslimah….

Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: ‘Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…’ ” (An-Nur: 31)

Asy-Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata: “Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan kaum mukminin dan mukminat untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari perbuatan zina, liwath (homoseksual), dan lesbian, serta menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di hadapan manusia.” (Adhwa-ul Bayan, 6/186)
3. Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya

Seorang wanita tidak boleh bepergian jauh tanpa didampingi mahramnya yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan. Rasulullah j bersabda: “Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya

Bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati condong kepada perbuatan yang keji dan hina.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata: “Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda atau sudah tua. Dan sama saja apakah laki-laki yang berjabat tangan dengannya itu masih muda atau kakek tua. Karena berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan fitnah bagi kedua pihak.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah j: “Tangan Rasulullah j tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Al-Bukhari)

“Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas atau penghalang (kaos tangan atau kain) maupun tanpa penghalang. Karena dalil dalam masalah ini bersifat umum dan semua ini dalam rangka menutup jalan yang mengantarkan kepada fitnah.” (Majmu’ Al-Fatawa, I/185)


5. Tidak khalwat (berduaan) dengan laki-laki yang bukan mahram

Rasulullah j telah memerintahkan dalam sabdanya: “Tidak boleh sama sekali seorang lak-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Nikah

Nikah adalah salah satu jalan terbaik untuk menjaga kesucian diri. Bahkan nikah adalah sarana utama untuk menumbuhkan sifat ‘iffah. Dengan menikah, seorang muslimah akan terjaga pandangan mata dan kehormatan dirinya. Nikah adalah fitrah kemanusiaan yang di dalamnya terdapat rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang tidak didapatkan dengan cara lain, seperi firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.” (Ar-Rum: 21)



7. Rasa Malu

Malu adalah sifat yang agung dan terpuji. Dengan rasa malu, seseorang akan terhindar dari perbuatan keji, tidak pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Rasa malu akan bertambah indah jika melekat pada diri seorang muslimah. Dengan malu, seorang muslimah akan selalu nampak dalam fitrah kewanitaannya, tak mau mengumbar aurat tubuhnya, tak mau mengeraskan suara yang tak diperlukan di tengah kumpulan manusia, tidak tertawa lepas, dan lain-lain.

Rasa malu ini benar-benar akan menjadi penjaga yang baik bagi seorang muslimah. Ia akan menyedikitkan beraktivitas di luar rumah yang tanpa manfaat. Ia akan menjaga diri ketika berbicara dengan orang lain, terlebih laki-laki yang bukan mahram. Tentu hal ini akan lebih menjaga kehormatannya.



8. Menjauh dari hal-hal yang mengundang fitnah

Seorang muslimah yang cerdas haruslah memahami akibat yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan menyimpangkannya. Sehingga ia akan menjauhkan diri dari mendengarkan musik, nyanyian, menonton film dan gambar yang mengumbar aurat, membeli majalah-majalah yang merusak dan tidak berfaedah, dan lain-lain. Ia juga tidak akan membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan menghilangkan ‘iffah-nya. Karena kehormatan serta ‘iffah adalah sesuatu yang mahal dan sangat berharga.



Sebuah Penutup

Wahai ukhti muslimah…
‘Iffah adalah pondasi kemuliaan bagi seorang wanita shalihah. Sungguh mulia wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah Ta’ala akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan oleh Rasulullah j dalam sabdanya: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
Jika ingin mendapatkan kemuliaan sebagai wanita shalihah, maka sesungguhnya kemuliaan itu hanya dapat diraih ketika ia memiliki kemampuan untuk menjaga martabatnya dengan iman, menerima semua karunia yang Allah Ta’ala berikan, menghijab dirinya dari kemaksiatan, menghiasi semua aktivitasnya dengan ibadah, dan memberikan yang terbaik bagi sesamanya. Seorang wanita yang mampu melakukan semua itu akan mulia di sisi Allah Ta’ala dan terhormat di hadapan manusia.
Memang usaha yang dilakukan untuk meraih ‘iffah bukanlah hal yang ringan. Diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dan keistiqamahan yang stabil dengan meminta kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69)
Wallahu Ta’ala a’lam bish-showab

Maroji’:
Asy-Syariah Vol I/No.11/1425 H/2004
js.ugm.ac.id/?p=51
homiket.wordpress.com/2007/05/31/iffah-lambang-kemuliaan-wanita/

Di cetak oleh Izzudin

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~