Selasa, 30 Agustus 2011

~Hanya Seutas Angan dan Mimpi~

Tidak sedikit orang yang terjatuh, bahkan tersungkur, saat mimpi-mimpinya hanya sekedar angan-angan dan hanya ada dalam sebauh buaian. dan bisa jadi, inilah salah satu penyebab orang-orang takut tuk bermimpi.

mungkin tak jauh berbeda dengan diriku. awalnya ku pun enggan dan takut tuk memimpikan sesuatu. bahkan, sangat takut tuk merakit dan merajut mimpi di atas kertas ataupun dalam balutan sebuah pena.

takut akan hanya menjadi harapan saja. atau mungkin, hanya sekedar menjadi penghibur serta penyemangat sementara saja. semua tidak dapat dijadikan alasan tuk tidak bermimpi. karena kerugian dua kali lipat, saat menjadikan hidup berjalan begitu-begitu saja dan tanpa arah serta tujuan yang pasti.

mimpi yang ku maksud di sini bukan sekedar mimpi biasa. namun, ianya merupakan peta kehidupan yang memiliki waktu tuk mencapainya. kalaupun diri tidak mampu tuk menjadikannya nyata, jadikanlah ia hanya sekedar pembelajaran atau hanya sebatas angan yang menggambarkan sebuah hikmah yang luar biasa dalam hidup kita.

jangan pernah berhenti tuk bermimpi. selama harga sebuah mimpi belum ditetapkan dan dipatenkan bagi diri kita. mimpi yang hakiki serta yang sejati adalah berada di SurgaNya dalam penghargaan sebagai Mujahid/ah di hadapanNya.

"Allahu Akbar!"

~Hanya Seutas Angan dan Mimpi~

Tidak sedikit orang yang terjatuh, bahkan tersungkur, saat mimpi-mimpinya hanya sekedar angan-angan dan hanya ada dalam sebauh buaian. dan bisa jadi, inilah salah satu penyebab orang-orang takut tuk bermimpi.

mungkin tak jauh berbeda dengan diriku. awalnya ku pun enggan dan takut tuk memimpikan sesuatu. bahkan, sangat takut tuk merakit dan merajut mimpi di atas kertas ataupun dalam balutan sebuah pena.

takut akan hanya menjadi harapan saja. atau mungkin, hanya sekedar menjadi penghibur serta penyemangat sementara saja. semua tidak dapat dijadikan alasan tuk tidak bermimpi. karena kerugian dua kali lipat, saat menjadikan hidup berjalan begitu-begitu saja dan tanpa arah serta tujuan yang pasti.

mimpi yang ku maksud di sini bukan sekedar mimpi biasa. namun, ianya merupakan peta kehidupan yang memiliki waktu tuk mencapainya. kalaupun diri tidak mampu tuk menjadikannya nyata, jadikanlah ia hanya sekedar pembelajaran atau hanya sebatas angan yang menggambarkan sebuah hikmah yang luar biasa dalam hidup kita.

jangan pernah berhenti tuk bermimpi. selama harga sebuah mimpi belum ditetapkan dan dipatenkan bagi diri kita. mimpi yang hakiki serta yang sejati adalah berada di SurgaNya dalam penghargaan sebagai Mujahid/ah di hadapanNya.

"Allahu Akbar!"

~Sugesti~

seseorang akan tergerak ataupun bergerak, saat ada sebuah panggilan dari dalam dirinya, sehingga menghantarkannya pada sebuah kesadaran akan adanya sesuatu yang harus diperbuat.

begitu pun tentunya, orang-orang yang mendapatkan panggilan dari keyakinannya, melalui jalan pemikiran dan menyatu pula dengan perasaannya.

dia tidak hanya bergerak tanpa sesuatu yang mengendalikan dan menghantarkannya pada sebuah tujuan, namun ia pun akan memikirkan berbagai cara kreatif untuk menuju pada tujuan tersebut.

sebuah kekuatan yang orang-orang katakan itu adalah sugesti. namun, tidak selalu sugesti itu muncul dari dorongan orang-orang di sekeliling kita. kekuatan sugesti yang terbesar adalah muncul dan mecuat dari dalam diri kita masing-masing. dorongan untuk berpikir, bertindak dan menciptakan sesuatu sebagai karya terindah yang hanya akan dipersembahkan tuk Sang Pemilik karya kehidupan ini.

kekuatan sugesti inilah yang setidaknya telah menghantarkan saya pada sebuah kekuatan di balik kelemahan yang kadang mengitari diri dan kehidupan saya. namun, bukan sugesti buta, ataupun sugesti negatif yang hanya bertuan pada sebuah manfaat. melainkan sugesti positif dan menginspirasi hidup kita.

"Salam Sukses dan Luar Biasa!"

~Sugesti~

seseorang akan tergerak ataupun bergerak, saat ada sebuah panggilan dari dalam dirinya, sehingga menghantarkannya pada sebuah kesadaran akan adanya sesuatu yang harus diperbuat.

begitu pun tentunya, orang-orang yang mendapatkan panggilan dari keyakinannya, melalui jalan pemikiran dan menyatu pula dengan perasaannya.

dia tidak hanya bergerak tanpa sesuatu yang mengendalikan dan menghantarkannya pada sebuah tujuan, namun ia pun akan memikirkan berbagai cara kreatif untuk menuju pada tujuan tersebut.

sebuah kekuatan yang orang-orang katakan itu adalah sugesti. namun, tidak selalu sugesti itu muncul dari dorongan orang-orang di sekeliling kita. kekuatan sugesti yang terbesar adalah muncul dan mecuat dari dalam diri kita masing-masing. dorongan untuk berpikir, bertindak dan menciptakan sesuatu sebagai karya terindah yang hanya akan dipersembahkan tuk Sang Pemilik karya kehidupan ini.

kekuatan sugesti inilah yang setidaknya telah menghantarkan saya pada sebuah kekuatan di balik kelemahan yang kadang mengitari diri dan kehidupan saya. namun, bukan sugesti buta, ataupun sugesti negatif yang hanya bertuan pada sebuah manfaat. melainkan sugesti positif dan menginspirasi hidup kita.

"Salam Sukses dan Luar Biasa!"

Rabu, 10 Agustus 2011

“Maaf…”



“Jujur, kaka begitu perhatian, karena kaka sayang ma kamu!”
Wajah polos dan lugu itu pun tampak biasa-biasa saja mendengar semua kata yang disampaikan orang yang dihormatinya sebagai kaka tersebut. Seketika kemudian dia pun tersenyum dan berkata: “Sayang Kaka pada Ade-nya kan, Mas?”
Sontak, laki-laki itu pun terdiam. Tanpa kata, ia pun berlalu dari hadapan gadis manis yang begitu disayangnya itu.
***
Malam ini tanpa disengaja gadis tersebut mencerna kembali maksud perkataan sang kaka yang tiada kabar setelah peristiwa siang tadi. “Tak seperti biasanya dia seperti ini”, gumamnya lirih. Dibukanya buku diary kesayangannya. Niat hati ingin menuliskan apa yang dirasakannya. Namun, tanpa sengaja jarinya terhenti pada sebuah catatan peristiwa yang hampir-hampir membuatnya putus asa. Ya, saat dia harus menerima kenyataan, bahwasanya orang yang disayanginya pergi meninggalkannya.
Tanpa disadari matanya telah memanas, dan air matanya pun membasahi pipinya nan putih merona. Pikirannya telah terbang pada kejadian 3 tahun silam. Di mana saat-saat terindah dalam hidupnya, ketika orang yang disayangnya akan melamarnya. Namun, tiga hari sebelum hari yang ditunggu-tunggunya tersebut, laki-laki yang dinantikannya itu pergi tanpa kabar, menginggalkannya.
Hancur berkeping-keping rasanya hatinya. Hampir-hampir dia ingin menempuh jalan singkat tuk mengakhiri hidupnya. Namun, saat itu kedua orang tuanya memohon dengan begitu sejadi-jadinya, agar anak semata wayang itu tidak melakukan hal demikian.
Akhirnya, hari-hari pun dilaluinya dalam derail air mata, keringnya hati, bagai malam yang kian sunyi. Berlalu dan terlewati dalam kurun waktu yang lama.
***
“Taukah kamu dik, hidup itu singkat. Maka, jangan kau siakan hidupmu pada sebuah masalah yang sebenarnya itu tak berarti apa-apa tukmu!”
Perkataan kaka yang ibu hadirkan ia dalam keluarga ini seolah menjadi sebuah titik terang bagi hidup gadis itu. Perlahan-lahan kehidupannya mulai membaik. Bahkan tawa renyahnya kembali meriuhkan sunyinya rumah yang hanya dihuni 3 keluarga kecil ini.
***
Tersenyum kecil ia memandang fotonya bersama kaka yang begitu menyayanginya itu. Waktu seakan menjadikan keduanya benar-benar seperti sosok saudara kandung yang saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain.
Seakan mulai disadarinya maksud dari perkataan sang kaka tadi. Bukan tidak mengerti, namun ia berupaya menutup pintu rasa itu, setelah luka yang kian menyayatnya di masa lalu. Dia pun menyadari, bahwa dia tak ingin menyakiti serta merusak apa yang telah susah payah dibangunnya bersama sosok teduh sang kaka yang telah menjadi bagian dari keluarganya.
***
Pagi ini pun tak didapatinya pesan ataupun telepon pengganggu dari kakanya itu. “Hemm, apa mungkin dia marah?”, kalimat tanya pun akhirnya mencuat dari bibir gadis tersebut. Tanpa berpikir panjang dituruninya tangga kamarnya menuju ke meja makan, menemui kedua orang tuanya yang telah menantinya tuk makan bersama. Dan sempat terkejut, karena kaka yang memiliki kebiasaan tidak pernah sarapan tersebut, akhirnya turut serta meramaikan sarapan bersama di pagi ini. “Pagi yang cerah!”, bisiknya perlahan.

Sabtu, 06 Agustus 2011

~Ujian ataukah Teguran?~

Beberapa pekan ini hari-hari tak seperti biasanya ku lalui. Entah apakah arti di balik semua ini? Permasalahan demi permasalahan seakan menekanku dari berbagai arah. Begitu pun dengan orang-orang di sekitarku. Ingin rasanya ku menyerah dari semua ini, namun ku pun tak ingin merugi dua kali.
Ujian ataukah teguran? Sebenarnya tiada begitu memusingkan apabila menyoroti dari kacamata ku sendiri. Karena bisa saja ku ambil jalan pintas, “kerjain semampuku, kalau tidak bisa, ya udah selesai” –pasrah-. Akan tetapi, lagi-lagi yang menjadi bahan pertimbanganku adalah orang tuaku.
Rasanya telah berkaca-kaca kedua bola mataku, hingga-hingga pelupuk mata pun tidak lagi mampu menahan beratnya butir-butir bening ini. Tiada terasa jatuhlah butir-butir bening bak hujan membasahi wajahku. Ingin ku berteriak, lari dan menjauh dari semua kemelut batin ini. Tapi, bagiku itu semakin menunjukkan bahwa diriku tidak ada bedanya dengan seorang pengecut.
Akhirnya ku putuskan tuk merehatkan diri sejenak dari sesuatu yang diamanahkan kepadaku. Bunda pun menampakkan wajah yang merasa bersalah. Tapi, ini bukan salah siapa-siapa. Ini salahku. Justru akulah yang berterima kasih banyak tuk dukungannya, hingga aku mampu melewati semua batu kerikil yang ada di hadapanku.
Namun, beginilah manusia. Sekuat apapun berusaha menahan dan menyimpan semuanya seorang diri, pada akhirnya rapuh juga. Batu-batu kerikil tersebut sekarang menjadi sebuah goa yang menyimpan batu-batu besar yang kian mengeras. Hendak ku adukan pada siapa, jikalau bukan pada sang pemilik diri ini?
Deadline waktu tinggal 1 minggu lagi. Namun, segala berkas hilang. Ku benar-benar tak mengerti. Ku tidak ingin berpikir sesuatu yang tidak seharusnya ku pikirkan. Ku tau, ini bukti kasih-Nya. Namun, ku pun harus mengakui. Ku tidak mampu hadapi semua ini seorang diri.
Ku benar-benar ingin berlari dan pergi. Ku ingin mundur. Namun, lagi-lagi ini bukanlah aku. Jikalaupun ku harus kehilangan, biarkanlah ku ulang semuanya dari “nol”. Biarkanlah ku dinilai kecil dan tidak luar biasa dalam sebuah eksistensi gerak, daripada ku mundur dan pergi. Biarkanlah ku habiskan waktu dengan semua sakit ini, dibandingkan umurku ku habiskan dengan sia-sia.
Ijinkanlah ku berikan segala yang terbaik, sekalipun tiada kan pernah bernilai apa-apa di hadapan yang lainnya. Ijinkanlah ku persembahkan apa yang dua permataku inginkan, sekalipun harus menghancurkan tubuhku. Ijinkanlah ku tetap mempelajari semua dari setiap titian perjalanan, asalkan ku tak berbalik ke belakang, menjadi jiwa-jiwa yang rapuh dan hancur tanpa arah. Ijinkanlah ku lengkapi hidupku, sekalipun bagiku semuanya terlalu indah tuk ku sakiti karena kekuranganku.
Terima kasih tuk setiap jiwa yang telah banyak berada di sisiku. Dan maafkan, apabila semua ini adalah teguran dari-Nya agar ku kembali mengingat-Nya dan mengambil pelajaran atas semua ini. Semuanya pasti akan indah pada waktunya.

~Di tengah hilangnya data-data skripsi –soft maupun hardcopy-. Dan bisnis yang menuntut perhatian penuh karena permintaan dua permata. Serta, amanah-amanah lain yang kurang dipahami oleh rekan-rekan yang harusnya memahami betapa pentingnya amanah tersebut. Ku berusaha semaksimal mungkin hingga batas penghabisan kemampuanku~

~Faza_AlFakhirah~

“Semua Tentang Perasaan” (Acak-Acak bin Mencak-Mencak, ^0^)

Ada sebuah semboyan kata yang mengatakan, bahwa rasa itu ada bersama keterbiasaan dan kebersamaan yang berlalu. Menjadi sebuah semboyan yang kadang rancu dan sulit dimaknai, saat bait kata ini hanya dimaknai dengan perasaan saja. Seandainya hal tersebut ditujukan pada sesuatu yang tidak memiliki akal, bisa saja hal tersebut berlaku. Hingga, sebelum menarik sebuah benang merah dari semboyan di atas, saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk merefleksikan diri akan maksud tulisan ini saya buat untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian semua.
***
Apakah Rasa itu?
Banyak pengertian yang mengartikan kata di atas. Ada yang berarti rasa adalah sesuatu yang dapat dirasa dan diraba oleh indera kita, tetapi ada juga yang berarti sesuatu yang tiada terasa, namun menjadi sesuatu yang sangat mendalam sekali, merangsek ke dalam tiap-tiap diri, hingga sadar ataupun tidak, menjadikan segala hal terasa halal tuk memenuhi rasa tersebut.
Relatif sekali pengertian di atas. Yap. Sepakat! Saat mengartikannya hanya dengan perasaan pula –bukan dengan akal-. Hingga, saat kita menjadikan akal kita lah sebagai dasar dalam berpikir, maka kita akan memahami makna rasa yang saya maksud di atas. Di mana, rasa di sini adalah sebuah titik sentuh ataupun titik bayang yang diyakini dia ada, sekalipun dia tak terlihat, dengan kaidah-kaidah keyakinan yang mendasar, bahwa saat rasa itu tiada diperbolehkan tuk berlebihan, maka, kan kita minimalisir dan kita kontrol sebagaimana kaidah-Nya mengaturkan.
Satu hal yang harus dipahami, bahwasanya sebuah rasa berkaitan erat dengan yang namanya naluri. Naluri seorang makhluk yang memang tiada dapat tuk dihilangkan, namun mampu tuk dikontrol sesuai dengan track aturan main dari-Nya. Maka, benturkan segala rasa yang ada dengan melalui proses berpikir yang hakiki, bukan hanya memperturutkan pada perasaan yang sejatinya begitu lemah dan bahkan kadang begitu mudah tuk dipengaruhi.
***
Kebebasan Rasa=Kebablasan
Banyak yang terjebak pada permainan perasaan. Salah satunya rasa menyukai yang tiada jelas batas-batasnya. Rasa menyayangi yang begitu berlebihan hingga-hingga menjadikan jiwa-jiwa yang memiliki rasa itu terjatuh pada sebuah jurang yang menyakitkan dan menghancurkan masa depannya.
Betapa menggelikan, saat seorang anak begitu menyayangi pasangannya, yang baru sebentar perkenalan mereka, belum jelas hubungan tersebut, dan belum jelas pula masa depan hubungan keduanya. Tetapi, tak sedikit yang berlaku tiada ta’at pada orang tua yang telah lama merawat, menyayangi serta mengorbankan banyak hal tuk diri mereka hingga detik ini.
Tak sedikit pula anak-anak gadis, yang begitu sopan dan tertutup bahkan malu di hadapan orang tuanya, namun, membukakan semua auratnya di hadapan pasangannya yang bukanlah mahramnya. Menyedihkan sangat masa depan remaja, apabila hal ini berlaku pada sebagian besar remaja kita saat ini.
***
Perangkap Gurita
Beginilah saat rasa hanya berpatokan pada perasaan saja, tidak disertai logika dalam berpikir. Eits, protesnya bukan ditujukan pada satu persatu orang saja ya. Karena saat yang diminta untuk memperbaiki pun hanya satu persatu orang saja, tetapi lingkaran hitam yang mencengkeram seluruh individu ini tiada diberangus atau diputus mata rantainya, maka, sia-sia sajalah segala proses perbaikan tersebut.
Pengaruh akan senantiasa menghampiri dan menggoda tiap-tiap diri, terlebih bagi diri yang memiliki pertahanan yang sangat lemah atau bahkan yang tidak memiliki pertahanan sama sekali. Maka dari itu, dalam mengoreksi sesuatu lihatlah dari akarnya, jangan hanya dari cabang-cabangnya saja. Supaya tidak banyak korban yang terkorbankan atas alternatif solusi yang diberikan.
Dapat dilihat dan dirasakan, akar dari masalah rasa, seperti yang saya katakan di atas, kendatipun simple, ternyata, efeknya sangat luar biasa. Ini bukan dongeng ataupun permainan saja, tapi ini terkait perjalanan hidup yang pada akhirnya akan berakhir dan dimintakan pertanggung jawaban dari-Nya.
Maka, apabila dibuka akar masalahnya, beginilah sistematikanya.^_^
***
Sistem Liberal->Neoliberal, Sekuler, dan Kapitalis
Bahasan yang berat sekali. Yap. Apabila anda mengartikan apa yang anda baca itu berat. Tetapi, saat anda melihatnya sebagai sesuatu yang ringan dan mudah dipahami, maka, begitupun yang akan anda terima.
Maka, apabila dikatakan permasalahan hanya berkutat pada tataran orang perorangnya saja, jelas itu sangat sempit sekali. Bahkan, sangat-sangat sempit.
Bayangkan saja, sekuat apapun pohon, saaat akarnya telah diserang oleh penyakit yang sangat ganas, ditambah keadaan sekitar yang kian memporak-porandakan. Masih dapatkan pohon tersebut bertahan dalam waktu yang lama?
Begitu pun dengan diri manusia, yang dilengkapi dengan 3 naluri dengan aturan/prosedur pemenuhan yang tidak sembarangan tuk pemenuhannya. Maka yang menjadi pertanyaan, ditengah keterbatasan dan kekurangan sesosok manusia, dapatkah manusia menjawab segala masalah yang dihadapi manusia juga?
Adakah kehebatan manusia mampu menghasilkan tuk membentuk bulan dan bumi serta pengaturan cahaya matahari dalam berbagai perjalanannya kian sempurna terkecuali dilakukan oleh Sang Maha Sempurna? Serta adakah manusia dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan manusia yang lain?
Jawabannya sudah tentu dapat diketahui. Menolak Tuhan sebagai Pengatur dengan berbagai upaya pembenaran, bagi hati-hati dan biang-biangnya pengokoh peradaban sampah ini. Namun, bergerak melawan arus dan menginginkan satu solusi yang real, bahwa hanya Sang Pencipta lah yang mengetahui apa-apa yang dibutuhkan ciptaanNya, itulah Para Penggerak dan Penggagas!
Benar saja kiranya, bahwa sebuah kebaikan yang terstruktur dapat mengalahkan kejahatan yang tidak terstruktur, begitupun sebuah kejahatan yang terstruktur tentunya pun dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur.
Maka, seperti yang dikatakan seorang motivator, bahwa sesuatu yang tidak baik saja bisa sukses, dan sesuatu yang tidak jujur saja dapat berkuasa, mengapa justru sesuatu yang telah dijaga dan dijanjikanNya justru malu, mundur ataupun takut?
Tidak ada istilah Istirahat, menyerah ataupun mundur bagi para penggerak dan penggagas. Maka, bagi diri yang Allah berikan akal, tentulah dapat menundukkan perasaannya di bawah akal yang begitu cemerlang, mendalam dan luar biasa. Bukan seperti sosok-sosok yang tidak Allah berikan kelebihan.
Terus bergerak dan senantiasa bergerak! Karena hidup dan mati hanya sekali, maka bergeraklah berkali-kali.

~Faza.Al-Fakhirah~

“Semua Tentang Perasaan” (Acak-Acak bin Mencak-Mencak, ^0^)

Ada sebuah semboyan kata yang mengatakan, bahwa rasa itu ada bersama keterbiasaan dan kebersamaan yang berlalu. Menjadi sebuah semboyan yang kadang rancu dan sulit dimaknai, saat bait kata ini hanya dimaknai dengan perasaan saja. Seandainya hal tersebut ditujukan pada sesuatu yang tidak memiliki akal, bisa saja hal tersebut berlaku. Hingga, sebelum menarik sebuah benang merah dari semboyan di atas, saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk merefleksikan diri akan maksud tulisan ini saya buat untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian semua.
***
Apakah Rasa itu?
Banyak pengertian yang mengartikan kata di atas. Ada yang berarti rasa adalah sesuatu yang dapat dirasa dan diraba oleh indera kita, tetapi ada juga yang berarti sesuatu yang tiada terasa, namun menjadi sesuatu yang sangat mendalam sekali, merangsek ke dalam tiap-tiap diri, hingga sadar ataupun tidak, menjadikan segala hal terasa halal tuk memenuhi rasa tersebut.
Relatif sekali pengertian di atas. Yap. Sepakat! Saat mengartikannya hanya dengan perasaan pula –bukan dengan akal-. Hingga, saat kita menjadikan akal kita lah sebagai dasar dalam berpikir, maka kita akan memahami makna rasa yang saya maksud di atas. Di mana, rasa di sini adalah sebuah titik sentuh ataupun titik bayang yang diyakini dia ada, sekalipun dia tak terlihat, dengan kaidah-kaidah keyakinan yang mendasar, bahwa saat rasa itu tiada diperbolehkan tuk berlebihan, maka, kan kita minimalisir dan kita kontrol sebagaimana kaidah-Nya mengaturkan.
Satu hal yang harus dipahami, bahwasanya sebuah rasa berkaitan erat dengan yang namanya naluri. Naluri seorang makhluk yang memang tiada dapat tuk dihilangkan, namun mampu tuk dikontrol sesuai dengan track aturan main dari-Nya. Maka, benturkan segala rasa yang ada dengan melalui proses berpikir yang hakiki, bukan hanya memperturutkan pada perasaan yang sejatinya begitu lemah dan bahkan kadang begitu mudah tuk dipengaruhi.
***
Kebebasan Rasa=Kebablasan
Banyak yang terjebak pada permainan perasaan. Salah satunya rasa menyukai yang tiada jelas batas-batasnya. Rasa menyayangi yang begitu berlebihan hingga-hingga menjadikan jiwa-jiwa yang memiliki rasa itu terjatuh pada sebuah jurang yang menyakitkan dan menghancurkan masa depannya.
Betapa menggelikan, saat seorang anak begitu menyayangi pasangannya, yang baru sebentar perkenalan mereka, belum jelas hubungan tersebut, dan belum jelas pula masa depan hubungan keduanya. Tetapi, tak sedikit yang berlaku tiada ta’at pada orang tua yang telah lama merawat, menyayangi serta mengorbankan banyak hal tuk diri mereka hingga detik ini.
Tak sedikit pula anak-anak gadis, yang begitu sopan dan tertutup bahkan malu di hadapan orang tuanya, namun, membukakan semua auratnya di hadapan pasangannya yang bukanlah mahramnya. Menyedihkan sangat masa depan remaja, apabila hal ini berlaku pada sebagian besar remaja kita saat ini.
***
Perangkap Gurita
Beginilah saat rasa hanya berpatokan pada perasaan saja, tidak disertai logika dalam berpikir. Eits, protesnya bukan ditujukan pada satu persatu orang saja ya. Karena saat yang diminta untuk memperbaiki pun hanya satu persatu orang saja, tetapi lingkaran hitam yang mencengkeram seluruh individu ini tiada diberangus atau diputus mata rantainya, maka, sia-sia sajalah segala proses perbaikan tersebut.
Pengaruh akan senantiasa menghampiri dan menggoda tiap-tiap diri, terlebih bagi diri yang memiliki pertahanan yang sangat lemah atau bahkan yang tidak memiliki pertahanan sama sekali. Maka dari itu, dalam mengoreksi sesuatu lihatlah dari akarnya, jangan hanya dari cabang-cabangnya saja. Supaya tidak banyak korban yang terkorbankan atas alternatif solusi yang diberikan.
Dapat dilihat dan dirasakan, akar dari masalah rasa, seperti yang saya katakan di atas, kendatipun simple, ternyata, efeknya sangat luar biasa. Ini bukan dongeng ataupun permainan saja, tapi ini terkait perjalanan hidup yang pada akhirnya akan berakhir dan dimintakan pertanggung jawaban dari-Nya.
Maka, apabila dibuka akar masalahnya, beginilah sistematikanya.^_^
***
Sistem Liberal->Neoliberal, Sekuler, dan Kapitalis
Bahasan yang berat sekali. Yap. Apabila anda mengartikan apa yang anda baca itu berat. Tetapi, saat anda melihatnya sebagai sesuatu yang ringan dan mudah dipahami, maka, begitupun yang akan anda terima.
Maka, apabila dikatakan permasalahan hanya berkutat pada tataran orang perorangnya saja, jelas itu sangat sempit sekali. Bahkan, sangat-sangat sempit.
Bayangkan saja, sekuat apapun pohon, saaat akarnya telah diserang oleh penyakit yang sangat ganas, ditambah keadaan sekitar yang kian memporak-porandakan. Masih dapatkan pohon tersebut bertahan dalam waktu yang lama?
Begitu pun dengan diri manusia, yang dilengkapi dengan 3 naluri dengan aturan/prosedur pemenuhan yang tidak sembarangan tuk pemenuhannya. Maka yang menjadi pertanyaan, ditengah keterbatasan dan kekurangan sesosok manusia, dapatkah manusia menjawab segala masalah yang dihadapi manusia juga?
Adakah kehebatan manusia mampu menghasilkan tuk membentuk bulan dan bumi serta pengaturan cahaya matahari dalam berbagai perjalanannya kian sempurna terkecuali dilakukan oleh Sang Maha Sempurna? Serta adakah manusia dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan manusia yang lain?
Jawabannya sudah tentu dapat diketahui. Menolak Tuhan sebagai Pengatur dengan berbagai upaya pembenaran, bagi hati-hati dan biang-biangnya pengokoh peradaban sampah ini. Namun, bergerak melawan arus dan menginginkan satu solusi yang real, bahwa hanya Sang Pencipta lah yang mengetahui apa-apa yang dibutuhkan ciptaanNya, itulah Para Penggerak dan Penggagas!
Benar saja kiranya, bahwa sebuah kebaikan yang terstruktur dapat mengalahkan kejahatan yang tidak terstruktur, begitupun sebuah kejahatan yang terstruktur tentunya pun dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur.
Maka, seperti yang dikatakan seorang motivator, bahwa sesuatu yang tidak baik saja bisa sukses, dan sesuatu yang tidak jujur saja dapat berkuasa, mengapa justru sesuatu yang telah dijaga dan dijanjikanNya justru malu, mundur ataupun takut?
Tidak ada istilah Istirahat, menyerah ataupun mundur bagi para penggerak dan penggagas. Maka, bagi diri yang Allah berikan akal, tentulah dapat menundukkan perasaannya di bawah akal yang begitu cemerlang, mendalam dan luar biasa. Bukan seperti sosok-sosok yang tidak Allah berikan kelebihan.
Terus bergerak dan senantiasa bergerak! Karena hidup dan mati hanya sekali, maka bergeraklah berkali-kali.

~Faza.Al-Fakhirah~

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~