Rabu, 10 Agustus 2011

“Maaf…”



“Jujur, kaka begitu perhatian, karena kaka sayang ma kamu!”
Wajah polos dan lugu itu pun tampak biasa-biasa saja mendengar semua kata yang disampaikan orang yang dihormatinya sebagai kaka tersebut. Seketika kemudian dia pun tersenyum dan berkata: “Sayang Kaka pada Ade-nya kan, Mas?”
Sontak, laki-laki itu pun terdiam. Tanpa kata, ia pun berlalu dari hadapan gadis manis yang begitu disayangnya itu.
***
Malam ini tanpa disengaja gadis tersebut mencerna kembali maksud perkataan sang kaka yang tiada kabar setelah peristiwa siang tadi. “Tak seperti biasanya dia seperti ini”, gumamnya lirih. Dibukanya buku diary kesayangannya. Niat hati ingin menuliskan apa yang dirasakannya. Namun, tanpa sengaja jarinya terhenti pada sebuah catatan peristiwa yang hampir-hampir membuatnya putus asa. Ya, saat dia harus menerima kenyataan, bahwasanya orang yang disayanginya pergi meninggalkannya.
Tanpa disadari matanya telah memanas, dan air matanya pun membasahi pipinya nan putih merona. Pikirannya telah terbang pada kejadian 3 tahun silam. Di mana saat-saat terindah dalam hidupnya, ketika orang yang disayangnya akan melamarnya. Namun, tiga hari sebelum hari yang ditunggu-tunggunya tersebut, laki-laki yang dinantikannya itu pergi tanpa kabar, menginggalkannya.
Hancur berkeping-keping rasanya hatinya. Hampir-hampir dia ingin menempuh jalan singkat tuk mengakhiri hidupnya. Namun, saat itu kedua orang tuanya memohon dengan begitu sejadi-jadinya, agar anak semata wayang itu tidak melakukan hal demikian.
Akhirnya, hari-hari pun dilaluinya dalam derail air mata, keringnya hati, bagai malam yang kian sunyi. Berlalu dan terlewati dalam kurun waktu yang lama.
***
“Taukah kamu dik, hidup itu singkat. Maka, jangan kau siakan hidupmu pada sebuah masalah yang sebenarnya itu tak berarti apa-apa tukmu!”
Perkataan kaka yang ibu hadirkan ia dalam keluarga ini seolah menjadi sebuah titik terang bagi hidup gadis itu. Perlahan-lahan kehidupannya mulai membaik. Bahkan tawa renyahnya kembali meriuhkan sunyinya rumah yang hanya dihuni 3 keluarga kecil ini.
***
Tersenyum kecil ia memandang fotonya bersama kaka yang begitu menyayanginya itu. Waktu seakan menjadikan keduanya benar-benar seperti sosok saudara kandung yang saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain.
Seakan mulai disadarinya maksud dari perkataan sang kaka tadi. Bukan tidak mengerti, namun ia berupaya menutup pintu rasa itu, setelah luka yang kian menyayatnya di masa lalu. Dia pun menyadari, bahwa dia tak ingin menyakiti serta merusak apa yang telah susah payah dibangunnya bersama sosok teduh sang kaka yang telah menjadi bagian dari keluarganya.
***
Pagi ini pun tak didapatinya pesan ataupun telepon pengganggu dari kakanya itu. “Hemm, apa mungkin dia marah?”, kalimat tanya pun akhirnya mencuat dari bibir gadis tersebut. Tanpa berpikir panjang dituruninya tangga kamarnya menuju ke meja makan, menemui kedua orang tuanya yang telah menantinya tuk makan bersama. Dan sempat terkejut, karena kaka yang memiliki kebiasaan tidak pernah sarapan tersebut, akhirnya turut serta meramaikan sarapan bersama di pagi ini. “Pagi yang cerah!”, bisiknya perlahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~