Sabtu, 06 Agustus 2011

“Semua Tentang Perasaan” (Acak-Acak bin Mencak-Mencak, ^0^)

Ada sebuah semboyan kata yang mengatakan, bahwa rasa itu ada bersama keterbiasaan dan kebersamaan yang berlalu. Menjadi sebuah semboyan yang kadang rancu dan sulit dimaknai, saat bait kata ini hanya dimaknai dengan perasaan saja. Seandainya hal tersebut ditujukan pada sesuatu yang tidak memiliki akal, bisa saja hal tersebut berlaku. Hingga, sebelum menarik sebuah benang merah dari semboyan di atas, saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk merefleksikan diri akan maksud tulisan ini saya buat untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian semua.
***
Apakah Rasa itu?
Banyak pengertian yang mengartikan kata di atas. Ada yang berarti rasa adalah sesuatu yang dapat dirasa dan diraba oleh indera kita, tetapi ada juga yang berarti sesuatu yang tiada terasa, namun menjadi sesuatu yang sangat mendalam sekali, merangsek ke dalam tiap-tiap diri, hingga sadar ataupun tidak, menjadikan segala hal terasa halal tuk memenuhi rasa tersebut.
Relatif sekali pengertian di atas. Yap. Sepakat! Saat mengartikannya hanya dengan perasaan pula –bukan dengan akal-. Hingga, saat kita menjadikan akal kita lah sebagai dasar dalam berpikir, maka kita akan memahami makna rasa yang saya maksud di atas. Di mana, rasa di sini adalah sebuah titik sentuh ataupun titik bayang yang diyakini dia ada, sekalipun dia tak terlihat, dengan kaidah-kaidah keyakinan yang mendasar, bahwa saat rasa itu tiada diperbolehkan tuk berlebihan, maka, kan kita minimalisir dan kita kontrol sebagaimana kaidah-Nya mengaturkan.
Satu hal yang harus dipahami, bahwasanya sebuah rasa berkaitan erat dengan yang namanya naluri. Naluri seorang makhluk yang memang tiada dapat tuk dihilangkan, namun mampu tuk dikontrol sesuai dengan track aturan main dari-Nya. Maka, benturkan segala rasa yang ada dengan melalui proses berpikir yang hakiki, bukan hanya memperturutkan pada perasaan yang sejatinya begitu lemah dan bahkan kadang begitu mudah tuk dipengaruhi.
***
Kebebasan Rasa=Kebablasan
Banyak yang terjebak pada permainan perasaan. Salah satunya rasa menyukai yang tiada jelas batas-batasnya. Rasa menyayangi yang begitu berlebihan hingga-hingga menjadikan jiwa-jiwa yang memiliki rasa itu terjatuh pada sebuah jurang yang menyakitkan dan menghancurkan masa depannya.
Betapa menggelikan, saat seorang anak begitu menyayangi pasangannya, yang baru sebentar perkenalan mereka, belum jelas hubungan tersebut, dan belum jelas pula masa depan hubungan keduanya. Tetapi, tak sedikit yang berlaku tiada ta’at pada orang tua yang telah lama merawat, menyayangi serta mengorbankan banyak hal tuk diri mereka hingga detik ini.
Tak sedikit pula anak-anak gadis, yang begitu sopan dan tertutup bahkan malu di hadapan orang tuanya, namun, membukakan semua auratnya di hadapan pasangannya yang bukanlah mahramnya. Menyedihkan sangat masa depan remaja, apabila hal ini berlaku pada sebagian besar remaja kita saat ini.
***
Perangkap Gurita
Beginilah saat rasa hanya berpatokan pada perasaan saja, tidak disertai logika dalam berpikir. Eits, protesnya bukan ditujukan pada satu persatu orang saja ya. Karena saat yang diminta untuk memperbaiki pun hanya satu persatu orang saja, tetapi lingkaran hitam yang mencengkeram seluruh individu ini tiada diberangus atau diputus mata rantainya, maka, sia-sia sajalah segala proses perbaikan tersebut.
Pengaruh akan senantiasa menghampiri dan menggoda tiap-tiap diri, terlebih bagi diri yang memiliki pertahanan yang sangat lemah atau bahkan yang tidak memiliki pertahanan sama sekali. Maka dari itu, dalam mengoreksi sesuatu lihatlah dari akarnya, jangan hanya dari cabang-cabangnya saja. Supaya tidak banyak korban yang terkorbankan atas alternatif solusi yang diberikan.
Dapat dilihat dan dirasakan, akar dari masalah rasa, seperti yang saya katakan di atas, kendatipun simple, ternyata, efeknya sangat luar biasa. Ini bukan dongeng ataupun permainan saja, tapi ini terkait perjalanan hidup yang pada akhirnya akan berakhir dan dimintakan pertanggung jawaban dari-Nya.
Maka, apabila dibuka akar masalahnya, beginilah sistematikanya.^_^
***
Sistem Liberal->Neoliberal, Sekuler, dan Kapitalis
Bahasan yang berat sekali. Yap. Apabila anda mengartikan apa yang anda baca itu berat. Tetapi, saat anda melihatnya sebagai sesuatu yang ringan dan mudah dipahami, maka, begitupun yang akan anda terima.
Maka, apabila dikatakan permasalahan hanya berkutat pada tataran orang perorangnya saja, jelas itu sangat sempit sekali. Bahkan, sangat-sangat sempit.
Bayangkan saja, sekuat apapun pohon, saaat akarnya telah diserang oleh penyakit yang sangat ganas, ditambah keadaan sekitar yang kian memporak-porandakan. Masih dapatkan pohon tersebut bertahan dalam waktu yang lama?
Begitu pun dengan diri manusia, yang dilengkapi dengan 3 naluri dengan aturan/prosedur pemenuhan yang tidak sembarangan tuk pemenuhannya. Maka yang menjadi pertanyaan, ditengah keterbatasan dan kekurangan sesosok manusia, dapatkah manusia menjawab segala masalah yang dihadapi manusia juga?
Adakah kehebatan manusia mampu menghasilkan tuk membentuk bulan dan bumi serta pengaturan cahaya matahari dalam berbagai perjalanannya kian sempurna terkecuali dilakukan oleh Sang Maha Sempurna? Serta adakah manusia dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan manusia yang lain?
Jawabannya sudah tentu dapat diketahui. Menolak Tuhan sebagai Pengatur dengan berbagai upaya pembenaran, bagi hati-hati dan biang-biangnya pengokoh peradaban sampah ini. Namun, bergerak melawan arus dan menginginkan satu solusi yang real, bahwa hanya Sang Pencipta lah yang mengetahui apa-apa yang dibutuhkan ciptaanNya, itulah Para Penggerak dan Penggagas!
Benar saja kiranya, bahwa sebuah kebaikan yang terstruktur dapat mengalahkan kejahatan yang tidak terstruktur, begitupun sebuah kejahatan yang terstruktur tentunya pun dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terstruktur.
Maka, seperti yang dikatakan seorang motivator, bahwa sesuatu yang tidak baik saja bisa sukses, dan sesuatu yang tidak jujur saja dapat berkuasa, mengapa justru sesuatu yang telah dijaga dan dijanjikanNya justru malu, mundur ataupun takut?
Tidak ada istilah Istirahat, menyerah ataupun mundur bagi para penggerak dan penggagas. Maka, bagi diri yang Allah berikan akal, tentulah dapat menundukkan perasaannya di bawah akal yang begitu cemerlang, mendalam dan luar biasa. Bukan seperti sosok-sosok yang tidak Allah berikan kelebihan.
Terus bergerak dan senantiasa bergerak! Karena hidup dan mati hanya sekali, maka bergeraklah berkali-kali.

~Faza.Al-Fakhirah~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~