Selasa, 25 September 2012

Sepanjang waktuku bersamamu



Ba’da akad. Setelah tanggung jawab orang tua berpindah kepada sesosok ikhwan yang telah menjadikanku halal atasnya. Menjadikanku sebagai pakaian maupun perhiasan untuknya, begitupun sebaliknya. Perasaan maupun pemikiranku rasanya membeku untuk sesaat, ketika dia ada di sampingku. Begitu dekat, begitu hangat.
Seperti mimpi rasanya. Sosok yang selama ini ku rindukan kehadirannya di dalam bilik hatiku yang terjaga, kini ada di hadapanku. Menyentuhku dalam sentuhan yang bersahaja. Sekalipun, pandangan ini masih belum mampu ku arahkan untuk menatapnya. Karena, kecintaan dan keta’atanku pada-Nya telah membuatku menutup segala ruang interaksiku terhadap sosok yang berbeda jenis denganku. Hingga, menjadikanku mematung di hadapannya.
Bisikan lembut dari hatiku menyentakkanku hingga tersadar. Saat bisikan itu menyuarakan, “Ya Allah, inikah imam yang akan menuntunku kepada Jannah-Mu?”. Sosok yang tidak biasa menurutku, karena ia luar biasa. Sosok yang akan ku temani dengan batas ketidak wajaran menurutku. Mengapa? Karena ku yakin, aktivitasnya pastilah berbeda dari aktivitas kebanyakan pemimpin rumah tangga yang ada. Siang bagai malam, dan malam pun bagai siang, dalam aktivitas mulianya. Tidak ada yang berbeda dari pagi hingga malamnya, karena dipenuhi dengan aktivitas yang diridhoi-Nya. Insya Allah.
Waktu, materi, tenaga, pikiran, keringat, langkah, bahkan darahnya, senantiasa akan dia korbankan untuk menjemput sebuah kemenangan yang telah dijanjikan-Nya. Maut bukanlah perkara yang dia takuti, namun, bukan pula perkara yang diharapkannya. Akan tetapi, maut adalah puncak kerinduannya pada sebuah pertemuan dengan Sang Kholiqnya.
Subhanallah. Sosok yang begitu sabar dan pengayom, serta bersahaja. Hari-hari pun dilalui bersamanya dalam suka maupun duka yang amat berarti. Penuh hikmah yang mengantarkan pada sebuah muhasabah bersama. Bukanlah kesempurnaan yang menjadikanku memilihnya, melainkan kekurangan yang mengantarkan pada kami untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Saling menguatkan dan menasehati dalam kebenaran maupun kesabaran. Insya Allah.
***
Sepanjang waktuku kan ku habiskan bersamamu. Sekalipun kini jarak dan waktu memisahkanku denganmu. Namun ku yakin, semua pasti akan indah pada waktunya. Lalui segala ujian yang ada dengan kesabaran dan ketawakalan pada-Nya. Maafkanku atas kelemahanku. Sungguh, ku bersyukur dipertemukan-Nya denganmu. Bersama dalam aktivitas mulia, yang tiada pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Skenario terindah dari Allah, karena kau dihadirkan-Nya untuk menemani sisa usiaku dalam keta’atanku pada-Nya dan kepatuhanku padamu. Bersama, menjemput kemenangan yang hakiki. Bersama, membangun istana di surga-Nya. Sungguh, ku benar-benar jatuh cinta padamu, sayang.

Uhibbukafillah... ^-^

Rabu, 19 September 2012

"Dipersatukan dalam Ikatan Nikah"


Detik-detik Ijab Qabul kini telah di depan mata. Prosesi akad nikah nan syahdu, tengah menghitung waktu saja. Subhanallah. Berkali-kali lafadz meninggikan asma-Nya tiada terputus dari lisan ini. Penantian panjang, yang menjadi bagian skenario indah dari-Nya, kini berganti dengan sebuah jawaban suci nan mengharu-biru hati ini. Alhamdulillah, diri ini dipertemukan denganmu. Sosok yang penuh dengan tanggung jawab & kasih sayang, di tengah garangnya dirimu dalam setiap aksi jalanan, menentang tirani tak bertuan, melaju-melesat-dan bergerak bersama rekan-rekan black orange troper yang kau sayangi karena-Nya.
Terasa bagaikan mimpi. Kau benar-benar hadir tuk menjemputku. Membawaku dalam sebuah ikatan nan suci, ikatan ketaqwaan pada-Nya. Saat lantunan ayat suci, surah At-Taubah ayat 24, kau bacakan dengan penghayatan yang bersahaja. Air mata pun tak dapat tuk dibendung. Ayat tersebut menamparku secara halus, bahwa sekalipun kelak ku membersamaimu, bukan berarti ku kan senantiasa bersamamu dalam kesenangan saja. Akan banyak sekali ujian dakwah yang kan kita lalui. Cinta & sayang yang terbatasi oleh jarak & waktu. Ya, semua bukan karena tuntutan eksistensi. Namun, semua karena perintah dakwah & ketaqwaan kita pada-Nya.
Hingga, tak terasa, saat kenyataan diri ini telah menjadi halal tukmu. Rasanya, tiada dapat tuk dielakkan sebuah rasa bahagia menyeruak & menari-nari di dalam ruang rindu hati ini. Terima kasih ya Rabb, tuk semua skenario indah yang telah Kau tetapkan tukku & tuk dia. Sungguh, tak pernah terbayangkan, prosesi ta’aruf-khitbah, dari awal ku mengenalmu hingga pada prosesi pernikahan islami dapat terlaksana dengan ijin & pertolongan dari-Nya. Alhamdulillah.
Kini, kau dan aku telah bersama dalam pertemuan & perpisahan kita. Saling mengingatkan, menguatkan dan melengkapi atas kekurangan & kelebihan masing-masingnya. Belajar dari melalui berbagai proses, tentulah sangat menyenangkan. Banyak arti yang dapat kita petik bersama. Hingga, nantinya menjadikan kita tumbuh & berkembang sebagai sepasang insan yang luar biasa. Insya Allah. Semoga Allah senantiasa menguatkan langkah & keimanan kita dalam ikatan nikah ini, tuk berkontribusi maksimal & optimal dalam dakwah Syariah & Khilafah!!!
Dengan Ijin-Nya, kita pasti mampu mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita bersama. Melahirkan generasi penerus yang luar biasa. Menjadikanmu pemimpin yang tangguh, di mana Insya Allah, Kemuliaan di bawah Naungan Islam atau Syahid-lah cita-cita tertinggi kita berdua. Yakinlah, Khilafah akan Tegak di tangan-tangan kita, bersamaan dengan kesungguh-sungguhan kita.
Insya Allah.

“Skenario Indah di balik Metamorfosa Dakwah”


Tema: Saat Futur Dalam Dakwah

Ada yang berbeda dengan penampilanku kini. Baik dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang dapat terlihat terkecuali muka dan telapak tanganku. Sangat jauh berbeda dengan aku yang dahulu. Dengan style simple yang menampilkan karakter tomboy-ku.
Senyum kecil mengembang penuh kebahagiaan. Setiap kali teringat pada sebuah proses luar biasa yang tidak pernah terpikirkan olehku. Menjadi bagian dari para aktivis dalam menggenggam bara api kebenaran, tentulah bukan sebuah aktivitas yang mudah ataupun menyenangkan bagi kebanyakan orang. Namun, aktivitas ini begitu indah buatku.
Syukur penuh kesyahduan atas setiap nikmat dan karunia iman serta islam dari-Nya, nampaknya tidak pernah ada habisnya. Terlebih saat berkaca pada sekeliling, di mana masih banyak orang yang belum tercerahkan oleh hidayah-Nya. Hingga, itu menjadikanku merasa menjadi sosok yang special dan istimewa di hadapan-Nya. Kembali ku melafadzkan asma-Nya dalam sebuah kesyukuranku pada-Nya.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana proses yang ku jalani hingga ku bisa seperti saat ini. Berubah total baik dari cara berpikir maupun penampilan. Ya, ku jawab karena islam-lah yang telah mengalihkan pandanganku dari gemerlap dunia yang begitu fana ini kepada indah Akhirat-Nya.

***

IKUTI Sayembara #NBR “NYALA DAKWAH DARI PENJURU DUNIA, Berbagi Inspirasi, Berbagai Motivasi Dakwah, Karena Dakwah Itu Indah”

Persyaratan Sayembara Nulis Buku Rombongan #NBR :

  1. Peserta sayembara: Pria/Wanita, Muslim, diutamakan pernah dan atau masih berdomisili di luar negeri. Bagi yang berdomisili di berbagai daerah di Indonesia sangat boleh untuk mengikuti.
  2. Naskah merupakan kisah/pengalaman pribadi yang berisi pengalaman dakwah yang pernah dialami, tantangan-tantangan, cara-cara, dan keberhasilannya. Atau jika menceritakan sosok pengemban dakwah lainnya yang menjadi inspirasi dengan seizin yang bersangkutan.
  3. Naskah tidak mengandung unsur ghibah dan menceritakan aib seseorang. Untuk nama-nama subjek dan objek dakwah boleh berupa nama samaran.
  4. Panjang naskah minimal 4 halaman, maksimal 7 halaman, spasi 1,5, ukuran A4.
  5. Penggalan (cupilkan) naskah ditulis di note FB (jangan semua naskah); wajib disertakan/ cantumkan pengumuman sayembara ini dibawah cuplikan naskah di FB. Kemudian tag (tandai) akun FB Nur Maulidiyah/ Nur maulidiyah II dan FB 25 temanmu yang lain.
  6. Kirim naskah lengkapnya ke email alliwa_1924@yahoo.com (a.n Nur Maulidiyah) dan  di CC (tembusan) ke email: freshzone@al-azharpress.com, dengan subyek email “rombongan nulis – nama penulis”
  7. Sertakan identitas /biodata/biografi singkat, contoh biografi singkat ada di bawah.
  8. Naskah diterima paling lambat tanggal 18 September 2012.
  9. Para peserta wajib meng “Like” atau “Suka” fanspage.http://www.facebook.com/AlAzharFresh
  10.   Satu peserta boleh mengirim lebih dari satu naskah
  11.   Tema utama “Nyala Dakwah dari Penjuru Dunia”, pilihan sub tema:
a. Part I :  Saingan dakwahku
(pengalaman dan tantangan dakwah menghadapi misionaris maupun penggiat dari agama lainnya)
b. Part II : Indahnya Dakwah pada Sang Darah Muda
(pengalaman keberhasilan dakwah pada remaja, trik-trik /uslub yang digunakan untuk menarik remaja, hambatan dan tantangannya)
c. Part III : Dakwah pada para Bunda, Sang Tiang Negara
(pengalaman keberhasilan dakwah pada ibu-ibu, uslub yang digunakan agar materi sampai pada Ibu-ibu dengan kondisi kesibukan para ibu)
d. Part IV : Saat Futur dalam Dakwah
(pengalaman para da’i saat terbentur dengan masalah-masalah pribadi, mengalami kefuturan dan bangkit kembali. Bagaimana ia bisa memenangkan diri dari ujian dunia)
e. Part V : Sinergi Da’wah : Walau Berbeda Kendaraan, Kami Satu Tujuan
(pengalaman bersinergi dengan kelompok dakwah lain, sinergi yang saling menguatkan)
f. Part VI : Bersama Para Tokoh, Dakwah Kian Kokoh
(pengalaman berinteraksi dengan tokoh-tokoh publik yang akhirnya mendukung dakwah) 
  12.  Naskah akan diseleksi oleh ketua Rombongan (Nur Maulidiyah), selanjutnya naskah akan diserahkan ke pihak Al Azhar Fresh Zone Publishing untuk di kwalifikasi sesuai SOP penerbit.
13.  Pengumuman pemenang sayembara akan dilakukan oleh pihak Al Azhar Fresh Zone Publishing dan sepengetahuan Ketua Rombongan, pada tanggal 25 September 2012 via FB.
14. Reward bagi naskah yang lolos berupa 1 buah buku bukti terbit dan mendapatkan royalti buku dengan  sistem beli putus sesuai dengan kontribusi lembar naskah yang lolos. 
15. Bagi naskah yang tidak lolos, akan dikembalikan kepada penulis.


EVENT INI DIDUKUNG OLEH AL AZHAR FRESH ZONE PUBLISHING

Ganbareba, Dekiru! (Siapa yg Bersungguh-sungguh, Pasti Bisa!)


Sebuah buku yang menginspirasiku tadi malam. Sekalipun isinya hanya mengantarkan imajinasi pembaca pada sebuah aktualisasi dan eksistensi diri atas mimpi-mimpi yang terealisasi. Namun, ada beberapa pesan menginspirasi yang dapat ku petik dari buku tersebut. Sebuah perjalanan dan perjuangan menjadi yang terbaik di negeri nun luar biasa sumber daya manusia dan teknologinya, yaitu Jepang.
Rasanya tercambuk ketika membaca buku tersebut. Karena salah satu tempat yang ingin ku tuju di dalam proposal hidupku adalah Jepang. Bahkan, plan S3 antara Jepang, dan Malaysia, kadang menjadi salah satu pemantik tuk bangkit, saat kelelahan mulai menyergapku. “Apakah aktualisasi yang ku inginkan?” Tidak sama sekali. Bahkan, ku bersama dua adik menorehkan azam tuk menjejakkan kaki di negeri “sakura” tersebut dengan sebuah tujuan yang mulia.
“Hemm. Masih ingetkan chio-ci dan Mi-chan dengan mimpi mulia kita itu?”
Keinginan tersebut tidak hanya sekedar ingin. Terbukti dengan beberapa upaya yang coba tuk ku sisipkan di tengah berbagai kesibukkan yang telah teragendakan. Menyenangkan. Yap. Sebelum semua kesibukkan tersebut terkondisikan sebagai sebuah habits. Rasanya ku masih dapat berkreasi dengan sisipan-sisipan kegiatan mengupgrade diri. Hingga, kini. Saat habits dunia kantoran mengatur diri ini dalam sebuah prosedur dan sistematika aturan kerja yang benar-benar menguras segala hal yang ada dalam hidupku.
Memutar otak tuk berpikir. Agar semuanya tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berbagai perlawanan pun telah coba dilakukan. Alhasil, tetaplah ianya tak bernilai maksimal. Bahkan, minimalis adanya. Benarlah rupanya, bahwa segala sesuatu dalam hidup ini membutuhkan kefokusan. Fokus pada sebuah visi mulia yang akan direalisasikan ataukah senantiasa berkutat pada perkara mubah yang benar-benar melelahkan.
Ku benar-benar sangat merindukan maksimalisasi dalam dakwah seperti tempo dulu. Sayangnya, rekan-rekanku kini pun mau tidak mau terjegal dalam putaran dunia kerja yang menguras banyak waktunya, bahkan mengurangi kesehatannya tuk dimaksimalisasikan dalam proyek dakwah mulia ini.
Benar-benar rapi sistem ini menjadikan diri sadar atau tidak sadar menjadi insan-insan yang minimalis dalam ketakwaan pada-Nya. Bayangkan saja, berapa waktu yang digunakan tuk perkara yang mubah berbanding dengan berapa waktu yang dihabiskan tuk kewajiban pada-Nya?
Lelah benar-benar melelahkan. Berjalan dalam belenggu “sistem rusak” yang menggoyang pijakan yang kokoh dalam diri. Air mata pun tak pernah ada habisnya menyesali perjalanan ini. Perjalanan minimalis dalam mencapai mimpi besar, yaitu Hidup Mulia di bawah Aturan Syariat-Nya. T.T
Semoga kesempatan itu masih ada tuk diri ini. Semoga kekuatan yang dititipkan-Nya tak pernah berkurang sedikit pun. Bahkan, semakin besar dan kokoh. Sungguh, kebersamaan dengan-Nya lah yang menjadikan pundak ini mampu menopang semua ujian yang dibebankan di pundak ini. Ganbatte!!! ^-^

Muslimah penggagas Revolusi!


Batu Loncatan

Hap, Hap, Hap!
“Lompatan yang benar-benar luar biasa! Akhirnya, kamu mampu mencapai target yang ingin kamu raih”, ungkap seorang pelatih lompat jauh saat melaksanakan kegiatan rutin pelatihan mereka di sebuah lapangan terbuka.
***
Sekalipun ada rasa kagum yang merasuk dalam indera perasaku. Akan tetapi, bukan itu yang membuat lamunanku buyar sesaat, saat secara tak sengaja ku menyaksikan usaha gigih mereka. Entah kenapa, ku mendapatkan sebuah inspirasi “terselubung” dari usaha yang dilakukan beberapa atlet tersebut tuk mencapai targetan yang telah lama ingin diraihnya. “sesuatu yah?!” he.
***
Pikiranku pun menerawang pada beberapa langkah yang telah ku lalui, dan beberapa target yang ingin ku capai. Masih banyak hal yang harus dikoreksi tuk mengatakan diriku telah benar-benar maksimal melakukannya. “Nampaknya, masih sangat begitu kecil usahaku tuk dapat mencapainya”, bisikan hati yang tak dapat ku abaikan. Tidak ingin menyalahkan diri. Hanya saja, dari sinilah ku mencoba mengevaluasi diriku agar ku tidak menjadi sosok yang sia-sia. Ibarat keledai, “ia’nya saja tidak akan mau tuk terjatuh pada lubang yang sama tuk kesekian kalinya”. Kalaupun ia’nya terjatuh, pastilah ia berusaha tuk tidak terjatuh lagi. Nah, itu adalah gambaran binatang yang tak diberikan potensi “akal” oleh-Nya. “Lantas, bagaimana denganku?”, teriakan demi teriakan hampir-hampir memecahkan gendang telinga imajinasiku.
Saat ini ku telah bisa menjadi diriku yang diakui oleh orang-orang di sekelilingku. Zona aman & nyaman mungkin bagi sebagian orang menganggapnya. Namun, tetaplah, itu tak membuatku merasakan nyaman. Rutinitas kerja, bisnis, kuliah, dakwah, dan organisasi dalam pembagian waktu yang ku rasa dzolim. Iyah. Mungkin inilah masalahnya. Bukan berpikir tak mampu tuk melalui semuanya dengan sebaik-baiknya. Hanya saja, semuanya berakar pada sebuah konsekuensi prioritas dan pertanggung-jawaban. Sekalipun semuanya diniatkan tuk dijalankan karena-Nya. Tetaplah, ku merasa dzolim pada-Nya dan pada diriku sendiri.
Gurita kapitalis nampaknya sedikit banyak mengkerangkengku dalam habits yang ada ini. Gimana tidak? “Uang, uang dan uang” kadang menjadi dalih agar ku tetap dapat mempertahankan semua kebiasaan ini. Entah karena merasa keadaan diri yang masih belum mampu-lah dalam hal ekonomi, atau karena diri yang ingin sejajar dengan mereka-mereka yang memegang kebijakan sistem, bahkan parahnya, hingga pada tataran eksistensi diri di depan publik, tanpa berpikir fitrah sejatiku itu bagaimana?
Benarlah kiranya, apa yang ada di dalam hadits Rasulullah. Bahwa, yang namanya debu-debu kapitalis akan senantiasa mengotori kita, sekuat apapun pertahanan dan perlawanan diri kita terhadapnya. Maka, tak dapat dielakkan juga, kekuatan pengaruh yang tersistematis tersebut tentulah tak dapat dihancurkan secara individu, dengan pertahanan dan perlawanan dari diri kita saja. Melainkan pun, harus dengan perlawanan yang terstruktur, terorganisir dan tersistematis.
“Bukankah, sesuatu yang lebih rapi itu lebih indah, kokoh dan tak terkalahkan?”. Terlebih, jumlah kita yang besar, pondasi keyakinan kita yang kuat dan tali ukhuwah antara kita yang kokoh, serta kita memiliki pegangan yang Maha Luar Biasa. Masihkah itu kurang tuk kita?
***
Benang merah yang dapat ku tarik, dari sedemikian kerasnya usahaku tuk memikirkannya. Bahwa, fitrah sejatiku tidak akan pernah dapat teralihkan ataupun tergantikan. Peranku sebagai seorang muslimah –ummu rabbatul bait dalam lini domestik rumah tangga, dan pengemban dakwah dalam lini publik-, ku yakini sangatlah luar biasa. Begitu pun dengan ukhtifillah semuanya. Maka, sebenarnya optimalisasi kita-lah yang dibutuhkan sebagai kaum pembangun peradaban yang khas.
Sadarilah, saudariku! Fitur-fitur yang ditawarkan kapitalis melalui fashion-fashion yang nyentrik, dunia tarik suara yang justru melecehkan wanita dengan penghargaan nilai-nilai rupiah yang sama sekali tak sebanding dengan mulianya potensi dirimu, saudariku. Maupun dunia kerja yang mengeksploitasi waktu –karena hukumnya yang mubah bagi wanita- serta mengeksploitasi bagian-bagian tubuh muslimah dengan style pakaian yang harus dikenakan padahal itu bertentangan dengan syara’ atau keyakinan dirimu, maupun beratnya beban yang harus saudari pikul dalam pekerjaan tersebut.
***
Instrumen yang ditawarkan kapitalis terhadap wanita, baik dalam lini menopang perekonomian, dalam tataran kehidupan sosial yang rusak, perkara eksistensi maupun pengakuan kedudukan wanita di depan publik, sejatinya bukan menjadikan wanita itu dipandang mulia atau indah. Justru itu menggiring wanita pada sebuah kehancuran fitrah sejati mereka. Wanita yang lembut, penuh kasih sayang, pendidik generasi penerus, rekanan kaum adam dalam membangun peradaban kehidupan ini, justru diarahkan pada sosok wanita yang kuat, garang, musuh kaum adam bahkan menyeramkan. Menganggap lelaki sebagai saingan dalam hidupnya. Benar-benar menyedihkan.
***
Dalam Naungan Islam, kemuliaan muslimah nyata adanya. Wanita bukan produk pajangan, bukan pula saingan bagi kaum adam. Kelembutannya bukanlah pertanda ia lemah, namun di sanalah rekanannya kan berperan tuk melindunginya. Kasih sayangnya sebagai obat kala rekanannya lelah atau menghadapi beragam masalah dalam memenuhi nafkah keluarga, dan dakwah futuhatnya. Kesabarannya dalam mendidik, menjadikan generasi penerus yang cemerlang bukan hanya sekedar mimpi. Bahkan, kecerdasannya mengalahkan mahalnya pendidikan komersial kini. Kehadirannya menyenangkan dan menentramkan, serta ketiadaannya kan sangat dirindui. Muslimah dunia yang benar-benar membuat para bidadari di surga cemburu padanya. Subhanallah.
***
Pertimbangan-pertimbangan itulah yang membuatku berpikir. Berpikir bahwa habits yang harus dibangun bukanlah habits murahan yang biasa-biasa saja. Bukan pula habits yang menjadikanku sebagai bagian dari peradaban bobrok ini. Ku harus mengorbankan hal-hal yang menjegal proses upgrade diriku. Ku tidak ingin segala apa yang ku lakukan kini hanya membuahkan kelelahan semu saja. Di mana itu berarti, dalam proses ku gagal, dan dalam mencapai hasil pun langkahku dipenuhi dengan kesia-siaan belaka.
Sekarang, ku akan kembali fokus pada mimpi-mimpiku. Pada apa yang ku tuliskan dalam proposal hidupku. Ku ingin bisa se-dermawan Abu Bakar Ash-shidiq, se-kaliber Mus’ab bin Umair, se-cerdas Abdurrahman bin Auf, se-sukses Siti Khadijah, se-gigih Siti Fatimah Azzahra, se-intelektual Siti Aisyah, serta se-kuat Al-Fatih dalam memegang dan mengakutualisasikan keimanannya.
Ku yakin sekali, bahwa ku pasti mampu tuk melewati semua ini. Proses ini hanyalah sebuah batu loncatan tuk menjadikanku lebih baik di kemudian hari. Hari esok yang lebih cerah. Hari esok yang lebih cemerlang dan gemilang. Hari esok, tatkala JanjiNya itu terealisasi dengan menghadirkan kesejahteraan dan kemuliaan tuk seluruh makhlukNya di muka bumi ini. Subhanallah.
Ganbareba, Dekiru!
***
“It’s time to make a choice!”
Saat 3 bulan telah berlalu dalam training kerja yang benar-benar menguras banyak waktuku. Saat kuliah berlalu dalam ketidak fokusan. Saat TPA membutuhkan akselerasi dalam membina anak-anak kesayanganku. Serta, Saat beragam amanah coba tuk diselesaikan dalam ruh yang kadang hadir, kadang tidak.
Setelah 3 bulan mendatang, ku tak akan mungkin melalui semuanya seperti ini saja. Sebagai muslimah, ku harus dapat mempertanggungjawabkan pilihan-pilihan yang telah dan akan ku buat. Ku tak mungkin mengabaikan kewajiban-kewajibanku dengan keegoisanku, karena semuanya pasti akan membutuhkan pertanggung-jawaban dariku.
“Semoga kepercayaanMu padaku tak akan pernah berubah!”
Berikanku waktu. 3 bulan ini akan ku buat semuanya berjalan sebagaimana yang ku inginkan. Bukan ku yang berada di bawah sistem. Tapi, ku lah yang akan benar-benar membangun sistem. Yah, semuanya harus benar-benar dimulai dan diakhiri dengan secepatnya!
“Man Jadda wa Jadda!”
***
Ruang kerja ini kan menjadi batu loncatanku tuk menggapai mimpiku menjadi seorang dosen. Bagi yang membaca, mohon do’anya yah!!! ^-^
Ganbatte!!!

Sebuah Janji (Copas)


Hari yang melelahkan. Seharian beraktivitas cukup menguras energi yang ada. Tak terasa sampai di rumah, lelap tak kuasa ditolak. Hingga waktu tahjjud pun datang memanggil untuk berjumpa dengan-Nya. Mencurahkan segenap rasa, memohon akan Rahmat-Nya agar tak jauh pergi. Ah, manusia memang selalu menginginkan yang terbaik dalam hidupnya, tak peduli bagaimana tingkah dan perangainya, ingin ditolong oleh Sang Maha, ingin diselamatkan-Nya namun jauh dari rel-Nya.

Teringat kembali kata-katanya tadi siang, ia seorang ibu yang luar biasa, bukan saja seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya, ia seorang isteri yang sholehah bagi suaminya, namun juga ia adalah dokter umat, tempat umat bertanya akan ‘obat’ bagi ‘penyakit’ kehidupan mereka, ya ia adalah marja’ umat. Subhanallah…. Untuk mendapatkan pertolongan Allah, lanjutnya, kita harus melayakkan diri kita agar menjadi layak mendapatkan pertolongan-Nya. Seperti apa orang yang layak mendapatkan pertolongan-Nya itu? Batinku bertanya.

Keyakinan bahwa Allah akan menolong hamba-Nya  menjadi hal yang utama agar kita bisa mendapatkan pertolongan-Nya, dari berbekal keyakinan ini kita akan termotivasi untuk beramal sholeh, karena Allah telah berjanji dalam kitab suci-Nya bahwa Dia akan menolong hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh. Beramal sholeh adalah amal yang dilakukan atas dasar keimanan kepada-Nya, mengikuti seluruh aturan-Nya dalam setiap aspeknya. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh tidak akan melakukan kemaksyiatan yang disengaja. Seperti apa itu kemaksyiatan yang disengaja? Tanyanya. Ia kemudian melanjutkan. Sekarang ini banyak kaum muslimin, bahkan yang mengaku pejuang, melakukan kemaksyiatan yang disengaja, misalnya mereka membeli rumah, mobil, motor secara leasing. Bukankah itu sesuatu yang disengaja? Bagaimana mungkin pertolongan Allah akan menghampiri jika kita masih terus berkubang dalam lumpur kemaksyiatan?

Pertolongan Allah adalah sebuah janji yang tak kan mungkin tak ditepati. Sebuah janji yang diperuntukkan bagi orang-orang yang meyakini-Nya, meyakini janji-Nya. Meyakini kehadiran-Nya dalam setiap gerak langkah kita, dalam setiap hembusan nafas kita. Janji yang tak kan mungkin terabaikan, janji yang tak kan mungkin dilupakan-Nya. Karena Dia Maha Menepati Janji-Nya. Subhanallah…

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur : 55)

Janji-Nya adalah jelas, terang, dan indah. Seterang mentari di siang hari, seindah rembulan di malam hari. Janji-Nya sangat menjanjikan, membuat orang-orang yang beriman tersenyum-senyum penuh kemenangan. Menggembirai setiap gembira yang telah dikabarkan. J

Sebagaimana di ayat yang lain Allah telah menjanjikan bahwa siapa saja yang menolong agama-Nya, Allah akan menolongnya. Perjuangan ini bukan hal yang mudah dilakukan namun snagat mungkin untuk dilakukan dan sukses meraih apa yang dicita-citakan.

“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S.Muhammad : 7)

Khilafah, sebagai sesuatu yang dicita-citakan memang tidak mudah untuk direalisasikan, namun dengan keyakinan akan janji-Nya dan perjuangan menegakkan agama-Nya, hal itu bukanlah suatu yang utopis. Akan sangat mungkin tegknya jika kita bersegera dalam berjuang, mendekat kepada-Nya.

Perjuangan menegakkan Khilafah adalah sesuatu yang besar, membutuhkan energy yang besar, iman yang kuat yang terhujam dalam sanubari, orang-orang yang memiliki niat dan tekad yang kuat dan mimpi besar. Karena perjuangannya pasti tidak disukai oleh orang-orang kafir dan munafik, sangat mungkin memiliki resiko yang tidak kalah besarnya. Dan resiko yang besar itu, hanya bisa dilewati, dilalui oleh ornag-orang yang ‘berjiwa besar’.

Perjuangan ini sangat tidak mungkin untuk dilakukan sendirian, kita adalah makhluk yang lemah, serba kurang, membutuhkan gerak dan energy dari semua elemen untuk bersama-sama memperjuangkan mimpi besar ini. Gerak terpadu dalam sebuah jama’ah muthlak diperlukan dalam perjuangan ini, bukan saja karena ia adalah kebutuhan, namun jauh dari itu, ia menjadi kewajiban. Bergabungnya kita dalam sebuah gerakan yang memperjuangkan Mabda ini adalah wajib. (lihat Surat Ali-Imran ayat 104)

Teringat pesan Sayyidina Ali Karamullahu wajhah:
”Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan baik, akan dikalahkan dengan kebathilan yang terorganisasi dengan baik”

Juga Firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shaff : 4)

Memang benar apa yang telah diingatkan oleh Sayyidina Ali kw diatas, betapa AS dan Barat saat ini merajai dunia karena mereka mempraktekkan kebathilan yang terorganisasi dengan baik. Mereka menyudutkan kaum msulimin tanpa pernah mendapatkan ganjarannya. Kaum muslimin dicap teroris meski yang sebenarnya adalah mereka yang sesungguhnya teroris. Mereka menghina, melecehkan Nabi Muhammad, Islam dan kaum muslimin. Tanah kaum muslimin dicaplok, darah kaum muslimin ditumpahkan tak berharga, diusir tanpa ada keadilan. Duuuh Gusti…….., kapan semua ini akan berakhir?

Perjuangan ini membutuhkan kesungguhan. Perjuangan ini bukanlah sendau gurau dan permainan. Ia adalah hidup dan mati. Kesungguhan yang sungguh-sungguh dari para pejuang adalah hal yang niscaya diperlukan.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 29:69)

Bahwa kemenangan adalah janji-Nya, itu adalah benar. Bahwa kemenangan akan segera terealisasi seperti yang dijanjikan-Nya, itupun benar. Bahwa kemenangan adalah kesabaran yang sesaat, itupun adalah benar. Segala daya dan upaya telah kita kerahkan untuk merealisasikan janji-Nya, tanpa henti-hentinya kita berusaha, berjuang, berdoa dan bersabar hingga Allah akan memenangkan kita dihadapan orang-orang kafir, munafik. Akan diperlihatkan-Nya kekuasaan-Nya kelak.

Bersabarlah…! Sesungguhnya kesabaran itu adalah saudara kembar kemenangan.

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar". (Q.S.Al-Baqarah : 249)

Bersabarlah….! Hingga kemenangan itu datang menghampiri. Bersabarlah dengan tetap terus mengupayakan apa yang bisa kita lakukan. Bersabarlah….! Bersabarlah dengan terus Memperjuangkan yang haq dan berupaya menyingkirkan yang bathil.

******


Kata-katanya yang panjang lebar menjelaskan dengan sejelas-jelasnya akan perjuangan ini, telah men-charge energy dalam jiwa ini, hingga di kepala ini terus berkecamuk tentang banyak hal yang ingin kulakukan untuk umat. Ide yang tiba-tiba banyak bermunculan menunggu untuk segera diwujudkan.

Tak terasa perjumpaanku dengan nya harus segera berakhir. Ia harus kembali pulang menemui keluarganya. Dan aku pun harus segera pulang untuk kembali berbenah diri. Menyiapkan diri agar layak mendapatkan janji-Nya, pertolongan-Nya. Ia pun berjanji akan menemui kami lagi.  ia akan datang memberi pencerahan, mengawal, membimbing kami. Dan aku, tak sabar untuk segera berjumpa lagi dengannya.

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~