Kamis, 28 Juli 2011

“Semburat Pelangi Cinta”

Awalnya ku berfikir cinta hanyalah sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai pelengkap hidup. Ibarat barang seperti barang komplementer. Mewarnai setiap perjalanan dan langkah kaki, kemanapun ia mengarah. Maka, ku awali perjalanan cinta yang telah terlewati hanya sebatas cinta monyet, yang datang dan berlalu begitu saja.
***
Sedikit gambaran ketika ku mengenal cinta di awal hidupku. Basis lingkungan yang mengajarkanku hidup selaras dan serasi dengan para anggota geng cowok, menjadikanku terbiasa hidup berkawan dengan mereka. Hingga tanpa disadari, sekalipun status tunangan yang telah disematkan oleh kedua orang tua di jari kiri-ku sekalipun, seakan tiada berpengaruh apa-apa.
Beranjak di akhir masa SMA yang kebanyakan diyakini dan diamini oleh para remaja sebagai masa-masa terindah penuh dengan kenangan pun menyandung diriku pada sebuah dilema yang luar biasa. Siapa sangka hubungan yang disebut tunangan pun akhirnya dapat terkalahkan oleh tinta hitam “pacaran”?
Hingga titik klimaks pun mengantarkanku pada sekelumit masalah yang merenggangkan hubunganku dengan kedua orang tuaku. Dalam setiap rintangan yang kian menerpa, entah mengapa senantiasa kekeh ku pertahankan pilihan ini walaupun tak pernah ku dapati wajah senang di kedua permataku itu.
Tanpa terasa kurun waktu dua tahun berlalu dalam keterbiasaan yang ada, di tengah kericuhan yang tak diindahkan. Hingga, seketika itu, lebih tepatnya saat ku telah diterima di sebuah perguruan tinggi, hubungan yang telah susah payah ku pertahankan, tiba-tiba berakhir tanpa angina maupun badai sekalipun.
Tertegun, terdiam, dan tanpa banyak tanya, ku terima semuanya dengan berlari tuk sementara waktu ke kota lain. Bukan tidak menerima dengan semua itu, tetapi hanya ingin menenangkan diri atas keterbiasaan yang seketika dalam hitungan detik menghilang dari tengah-tengah kehidupanku.
Setelah menghabiskan waktu 3 hari lamanya, akhirnya ku kembali dengan bersimpuh di kedua kaki orang tuaku. Marah tidak marah, kenyataan pun harus mereka hadapi seperti halnya diriku. Maka, semenjak hari itu ku putuskan tuk menutup dan menarik diri dari lingkungan sekitar.
Waktu di awal semester ku habiskan bersama teman-teman baruku yang kesemuanya adalah cewek. Di awal bulan januari 2008 lebih tepatnya, nama Inpudefilhais pun tercetus dari kesepakatan kami bersama. Bersama dalam suka maupun duka, cerdas bersama dan saling menopang satu dengan yang lain. itulah visi kami bersama.
Rasanya, benar-benar berubah total hidupku. Satu semester berlalu dengan beberapa program pendekatan diri kepada Sang Pemilik diri ini. Tentunya bersama 6 sobat karibku. Mereka yang mengajakku tuk belajar dan mengenal islam. Dan menjadi jalan hidayah serta inspirasi tukku. Hingga, tiada terasa, di awal semester dua kuputuskan tuk menyibukkan diri dalam aktivitas organisasi. Bukan organisasi mahasiswa pada umumnya, melainkan organisasi rohani yang ada di kampus.
Pembelajaran dan pencerdasan secara konsep dan teknis semakin mengajarkanku banyak hal, dan memberikan pengalaman yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Bahwa ternyata, hidupku benar-benar berharga. Maka, ku putuskan pula tuk secara total menutup auratku dengan pakaian suci sebagaimana yang disyariatkanNya, yaitu dengan kerudung dan jilbab.
Maka, finally semuanya. Ku terjunkan diriku secara penuh dalam aktivitas yang satu persatu orang mulai mundur dari aktivitas tersebut. Padahal awalnya, merekalah yang menyemangati dan memberikan dukungan habis-habisan. Tapi itulah hukum alam. Semua berjalan dengan alami sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Hingga, tanpa terasa, pendidikanku pun telah di ujung waktu. Ku nikmati sisa-sisa kebersamaan dengan rekan-rekan yang memberikan warna baru dalam hidupku dengan penuh inspirasi. Walaupun tak dapat dipungkiri, kekesalan demi kekecewaan pun tak urung seringkali menjadi batu terjal di tengah penyatuan pemikiran kami. Namun, lagi-lagi karena senyum dan kesabaran kawan-kawan dan adik-adik yang kan ku tinggalkan, seakan memberikan semburat warna baru dalam hidupku, yang sebelumnya tiada pernah ku temui.
Dan di tengah episode perjalanan pun, ketika dunia dengan begitu pongahnya ingin memperlihatkan taringnya. Meneruskan tuntutan demi tuntutan dunia agar dapat menopang eksistensi hidupnya masing-masing. Ku justru tetap dengan tantangan dan resiko yang bagiku itu sangatlah menarik. Dan ku patrikan dalam diri akan sebuah semburat warna pelangi cinta yang sesungguhnya. Tidak lama lagi, dan ku mengusahakan yang maksimal, agar ku pun layak mendapatkan yang maksimal.
Benar sekali. Sekalipun itu adalah sebuah misteri, namun setidaknya semburat indahnya pelangi yang Dia ciptakan dan dititipkanNya di hidupku nanti adalah cerminan diriku sendiri. Maka, apabila ku bersantai-santai saja saat ini, tiada mungkin ku dapati pelangi itu berwarna indah dengan sempurna. Hingga, persiapan diri, sekalipun dengan ujian yang tidak kecil, sejatinya menyertai akan diri ini dalam titian tuk menuju jalan CintaMu.
Jikalau bukan karena Cintaku padaMu, waktu tiadalah mungkin terhitung begitu singkat. Dan segala kerikil-kerikil kecil yang bisa saja menjatuhkanku itu, tiada mungkin dapat ku singkirkan. Sebelum Engkau singkap tukku, rahasia pelangi tersebut tuk hidupku. Sungguh, CintaMu telah mampu Mengalihkan pandangan dan pikiranku akan sebuah arti cinta yang semu kepada sebuah makna Cinta yang hakiki. Dan tentunya, karenaMu pulalah ku dapat meraih mimpi-mimpiku yang pada awalnya ku kira itu hanyalah sebuah omong kosong.
***
Inspirasi tiada batas, dari sosok yang senantiasa berproses. :D

~Faza~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~