Senin, 10 Januari 2011

Cerita Klasik d’Masa Kecil



Tawa riang pagi itu kembali membangunkan burung-burung yang hendak menemui peraduannya. 3 sosok anak manusia yang sedang asyik bercanda ria, seakan membuat iri jangkrik-jangkrik yang tengah mencari makan pagi itu. Ketiganya memiliki sifat yang berbeda-beda.
Sosok yang pertama, adalah gadis kecil nan begitu lincah, nakal dan mengesalkan. Hingga-hingga, tiada satu pun teman sebaya ingin bersahabat dengannya. Sosok yang kedua, adalah pemuda nan cool, tampan, dewasa, penyayang, serta dapat memberikan kehangatan pada siapapun yang dekat dengannya. Dan sosok yang ketiga, adalah sosok pemuda nan pendiam, pemalu, namun begitu berwibawa.
Saling melengkapi. Inilah persaudaraan yang terjalin di antara 3 sosok anak manusia yang hidup di sebuah pedesaan nan begitu sejuk dan nyaman. Bermain bersama, tertawa dan banyak hal dilalui bersama. Kendatipun sosok gadis kecil itu terkadang merasa nyaman dengan sosok abangnya yang dingin itu. Namun, tiada dapat ia pungkiri, ia pun menyayangi abangnya yang pendiam dan pemalu itu.
Kadang, saat tiada satu teman pun yang ingin mendekat pada sosok gadis itu, ia tiada merasa sedih. Karena ia memiliki 2 abang yang senantiasa menemani dan menghiburnya. Bahkan, bisa dikatakan ia dan abang2nya, terkhusus abangnya yang penyayang itu, bagai lem dan perangko. Hingga suatu waktu, gadis kecil itu marah sekali saat ia dapati seorang gadis dewasa begitu dekat dengan abangnya ini. Sungguh, sangat menggelikan bila membayangkan setiap detik perjalanan sang gadis kecil ini.
Hingga waktu pun mulai menggerus dan menghapus semua kenangan dan kebersamaan ini. Dengan begitu banyak kejadian dan alur cerita yang tiada pernah satu sosok manusia pun dapat mengalurkannya.
Selang beberapa waktu, saat gadis kecil itu mulai beranjak dewasa. Terdengar sebuah kabar berita, bahwa salah satu abangnya mengalami kecelakaan yang begitu dahsyat. Hingga nyawanya tiada dapat terselamatkan lagi. Tiada ada yang dapat diperbuat gadis itu, terkecuali menangis dan merasakan kelu di hatinya. Do’a pun senantiasa teriring di setiap akhir sholatnya.
Sebenarnya, ingin sekali segera menuju ke tempat itu. Namun, jarak nan begitu jauh –jawa dan kalimantan- menjadi alasan gadis itu mengurungkan niatnya.
Berselang beberapa lama waktu berjalan, bagai roda yang tiada pernah berhenti berputar, dan bagai bumi yang yang senantiasa berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari. Saat tiba masanya, gadis itu menuju tempat yang sangat ia rindui itu. Namun, ia benar-benar tersadar, semua bukanlah mimpi. Tiada lagi ia temui sosok abangnya yang pendiam itu. Kini semuanya hanyalah menjadi sebuah kenangan, antara ia dan seorang abang yang begitu berarti tuk gadis itu. Seolah baru kemarin kebersamaan itu, kini ia telah merasakan kesendirian. Ia telah kehilangan serpihan puing terindah dalam hati dan hidupnya. Begitu pun dengan abangnya yang penyayang. Tiada ia temui pada saat itu, karena dirinya berada di luar negeri, lebih tepatnya di negeri Malaysia.
Kembalilah ia menuju tempat di mana mimpi-mimpinya ia torehkan dan ia sangat berharap, bahwa ia akan mampu meraih semua mimpinya tuk ia bawa pulang kembali ke tempat ia kecil dulu.
Berbagai kesibukan seolah menyita waktu dan pikirannya dari segala hal tentang dirinya, 2 abangnya, dan keluarganya, tuk suatu hal dan permasalahan yang lebih kompleks. Hingga, ia telah merasa bahwa dirinya benar-benar dewasa kini. Dan entah mengapa, saat ia telah dapat menghapus bayang abang-abangnya yang begitu disayangnya itu, tiba-tiba muncul kembali sosok abangnya yang begitu penyayang itu. Namun, kini abangnya itu telah jauh berubah, sangat berbeda. Entah, apakah hanya perasaannya saja. Akan tetapi, memang seperti itulah kenyataannya.
Tiada berapa lama, setelah persaudaraannya kembali utuh, terajut di dalam sebuah jejaring sosial. Tiba-tiba, ayah si gadis itu mengajak dirinya untuk kembali ke tempat ia kecil dulu. Awalnya, ia tiada menginginkan, karena ia begitu sibuk, hingga tiada waktu tuk meninggalkan kesibukkannya itu.
Akan tetapi, setelah ia mendengar, bahwa sang abang yang begitu disayangnya itu telah kembali dari luar negeri dan saat itu sangat ingin bertemu dengan dirinya, maka ia pun meng-iyakan permintaan sang ayah.
Kembalilah ia terbang menuju ke tempat di mana masa kecilnya dulu kini hanya menjadi puing-puing memori klasik yang terhapus oleh waktu dan jarak.
Saat ia menginjakkan kakinya di tempat itu, tiada ada yang berubah, semua masih sama seperti dulu. Bahkan, sapaan orang-orang di sekitar tempatnya itu masih tetap sama, sapaan penuh kasih sayang, menyapa ia, seakan ia masih kecil.
Tetapi, ada satu yang berubah -memori masa kecilnya-, sosok abang yang sangat ia sayang, kini sangat berbeda. Kendatipun abangnya masih tetap menyayanginya seperti dulu. Karena, ia telah menemui dunianya, saat ia dan abangnya terpisah sekian lama.
Tiada banyak yang dapat ia minta dari abangnya. Terkecuali, sisa waktunya saat itu, sebelum abangnya ini pun kan meninggalkannya dengan sebuah tali ikatan yang sangat sakral dan tiada akan dapat dipisahkan oleh apapun, terkecuali kehendakNya.
Hingga, detik-detik keberangkatan gadis itu pun tiba. Gadis itu pun mengatakan apa yang menjadi permintaannya. Bahwa ia inginkan sang abang dapat menjadi pemimpin baik tuk dirinya sendiri, pasangan hidupnya dan yang lain. Menjadi sebuah bintang yang senantiasa bersinar terang, menyinari bumi ini, kendatipun kecil.
Kini, sosok gadis yang dulunya kecil itu akan berjalan sendiri. Mencari sebuah bintang yang akan menyinari hatinya dengan tulus dan apa adanya. Tiada berharap, ia mendapatkannya saat ini. Karena ia percaya, bintangnya itu akan jatuh pada dirinya nanti, suatu saat, ketika dirinya telah benar-benar siap dan dapat berjalan bersama bintang yang ia nantikan di dalam proposal hidupnya.


Mecha at 31 Desember 2010 in Java
“Hari terakhir di Akhir Tahun”
*Semua Pasti kan Indah pada Waktunya*

NB: Teruntuk Abangku yang telah tiada, “Aku sangat Menyayangimu! Malaikat kecil penggantimu, begitu persis dengan aku di masa kecil. Apakah kau pun begitu menyayangiku, Bang?”
Dan teruntuk abangku yang kan merintis perjalanan hidup yang baru, “Aku akan kembali, nanti membawa mimpiku, saat kau pun telah dapat membangun sebuah istana nan begitu sakral dan insya allah penuh dengan Ridho dan BarokahNya. Ku do’akan, Abang mendapatkan yang terbaik dariNya, menjadi pemimpin bagi keluargamu, yang dapat menguatkan saat kau lemah, dan dapat melengkapi kekuranganmu. Serta dapat senantiasa menuntunmu dalam titian menuju SurgaNya.”
I Miss U, All, My Brother...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~