Senin, 10 Januari 2011

“Bajuin in My Dreams”



Tiada terasa apa yang direncanakan, dapat pula menjadi nyata. Semua ketidak mungkinan ku tepiskan. Karena inginku tuk menuju sebuah tempat yang indah di sana bersama sosok yang tidak asing tukku –suamiku-.
Dingin, takut, dan keinginan diri tuk bersua dengan sosok terkasih, bercampur baur menjadi satu, layaknya bagai pelangi yang berwarna-warni –obsesi es teler pelangi masih membekas di lidah-, nan kian mengitari keinginan tuk bersama, hari ini.
Detik waktu menunjukkan saat-saat penantian –ku dan suami terpisah oleh jarak, karena suatu hal-, hingga tiada terasa akhirnya dirinya tiba di hadapanku.
Tatapan nan penuh kasih sayang menyapaku dengan begitu hangat. “Maaf, membuatmu lama menunggu”. Ku hanya dapat membalasnya dengan senyum yang mewakilkan rasa senangku, dan rasa rinduku padanya dalam kurun waktu tiga bulan lamanya tiada bertemu.
“Berangkat yuks!? Nanti kesiangan”, akhirnya perjalanan pun dimulai. Ku nikmati setiap detik kebersamaan dengannya, ku tak ingin waktu berjalan dengan begitu cepat, bahkan ku ingin, hari ini berjalan dengan sangat panjang.
Ku tatap sekeliling dengan penuh bahagia, kendatipun ku lihat banyak yang cemburu melihat kebersamaan kami –cemburu nih yee..^-^-. Jalan yang begitu penuh dengan bebatuan, seakan tiada terasa. Ah, ternyata kebersamaan ini bagai milik berdua saja.
Ku sangat menyayangi sosok yang kini ada di hadapanku ini. Kendatipun, usia pernikahan kami mungkin masih begitu muda –baru 6 bulan menikah ceritanya- akan tetapi, dengan kebersahajaan dia, ku merasakan ketenangan dan keyakinan, walaupun jarak memisahkan kami.
Lamunanku terbuyarkan saat dia menyadarkanku, bahwa kami telah tiba di tempat yang ku inginkan itu. Tuk kedua kalinya ku ke tempat ini. Setelah beberapa tahun silam, ku dan teman-teman SMP-ku melakukan perjalanan ke tempat ini. Kini, ku penuhi janjiku tuk mengajak mimpiku, bintangku, penyempurna separuh agamaku, –hemm, biarlah orang berkata apa, ini nyata, hanya di hati saya...^-^- ke tempat ini kembali.
Ku tapaki setiap pijakan batu tuk mencapai tempat di mana air terjun itu berada dengan penuh riang. Sengaja ku tak berjalan di sampingnya, karena ku ingin senantiasa menatapnya. Hemm, sosok yang begitu cuek, memang tiada perubahan sama sekali pada dirinya, dan ku benar-benar merindukannya.
Dia seakan mulai memperlambat langkahnya, karena pijakan kali ini sedikit membahayakan, tatkala dicapai seorang diri. Dia menawarkan tuk membantuku, dan ku sambut tawarannya dengan hangat. Hingga, pada akhirnya dapat juga kami capai tempat itu. Indah nian tempat ini, terlebih dengan dirinya di sampingku. Kendatipun banyak pemandangan yang tiada ingin ku lihat.
Hingga, tiada berapa lama –kurang lebih setengah jam- kami berada di sini, tiba-tiba titik hujan mulai menjatuhkan dirinya, seolah ingin mendinginkan permukaan bumi yang kering ini. Kami percepat langkah tuk menuruni puncak air terjun ini, hingga hampir-hampir ku terpleset, dan dengan sigap, dia menahanku. Hemm, dalam setiap detik kebersamaan ini, semakin bertambah pula rasa sayangku padanya.
Hingga, akhirnya kami tiba di bawah kembali. Hemm, ada sedikit kesedihan juga sih, karena itu berarti, kami harus kembali ke dunia kami masing-masing –kaya makhluk beda dunia aja-. Tapi, tak mengapa, semua telah menjadi kesepakatan bersama, demi kehalalan dan RidhoNya. Daripada seperti pemuda/pemudi saat ini, yang menempuh jalan yang tak seharusnya di jalin. Kalaupun karena alasan kesiapan, nampaknya itu bukanlah alasan. Karena semua tentunya dapat dipelajari bersama. Dan ketahuilah saudariku, Barokah dan RidhoNya, itulah yang lebih utama.
Kembali pada perjalanan kami. Perlahan ku teringat pada kata-katanya dulu, sewaktu dia mengkhitbahku. Bahwa, walaupun kita masih muda, namun bukan berarti kita kan menjadi lemah. Justru, kita harus buktikan, bahwa kebersamaan kita kan menjadi titik tumpu bagi kedua orang tua. Kita memiliki tanggung jawab yang besar pada mereka.
Kemudian juga, kita pun harus buktikan pada umat, bahwa dari pelayaran kita berdua dalam mengarungi bahtera dunia tuk mencapai akhiratNya, tentulah kita harus dapat menjadi “kunci pembuka” tuk memperjuangkan masa depan umat dalam mencapai titik kemuliaan, dengan aktivitas kita. Subhanallah, inilah yang membuatku sangat bersyukur mendapatkan anugerah sekaligus titipan yang begitu indah dariNya, kendatipun hanya sementara.
Tanpa sadar, ku hampir saja terjatuh dari tumpangan yang mengantarkan kami berdua menuju perjalanan pulang. Untunglah, dia kembali menahanku –cerobohnya berkali-kali nih- dan nampaknya dia begitu panik. Hemm, sangat menyenangkan dapat menjalani hidup bersamamu, suamiku.
Dan tibalah kami di tempat peristirahatan sementara kami. Tiada banyak waktu kami tuk bersama, karena dia harus kembali dengan agendanya. Setelah menghabiskan beberapa menit waktunya menemui ayah dan bundaku, tuk berpamitan, akhirnya dia pun pergi. Tiadalah mengapa bagiku, karena kebersamaan ini adalah tuk saling melengkapi. Bukan kelebihan yang ku cari darimu, melainkan dengan segala kekurangan, kuharapkan kita dapat saling mengisi dan menguatkan satu sama lainnya.
Terima kasih Sayang,
Terima kasih Cinta,
Ku menyayangimu dan senantiasa kan menemanimu, karena Allah...
Tuk menyongsong masa depan dan semua yang tertulis dalam proposal hidup kita, bersama...
Jaga diri baik-baik di sana, ya sayang...

***Cie, pasti Ngiri kan baca tulisan ane??? Bilang aze pada cemburu kan??? Sengaja cuy...
Coz, hari gini, kalo ceritanya masih dalam dunia sendiri2, hiburan, pacaran, itu mah biasa. Tapi, kali ini, ane ceritain, dengan tujuan agar kita ga ketimpa murkanya Allah. Karena melakukan yang dilarangNya dan meninggalkan yang diperintahkanNya.
It’s for u:
Percayalah, bahwa Allah tiada akan memberikan suatu aturan, terkecuali itu baik tuk hambaNya. Dan letakkanlah segala sesuatu perkara itu berdasarkan Ridho atau tidaknya Allah, bukan berdasarkan pandangan manusia. Percayalah, rezeki, jodoh, maut masing-masing kita, telah ditetapkanNya dengan begitu indah tuk kita. Hanya saja, butuh pengorbanan dan kesungguh-sungguhan diri kita tuk menjemputnya dengan jalan yang benar menurutNya. Bukan memperturutkan pada hawa nafsu semata. Ingatlah, bahwa sesuatu yang baik, pasti kan mendapatkan yang baik pula.
Tidakkah kita cemburu, bila saat ini, orang yang sedang bersama kita, dulunya telah menjadikan dirinya begitu mudah disentuh dna dimiliki oleh orang lain, selain kita? Dan tiadakah kita percaya, bahwa sesuatu itu pasti kan indah pada waktunya.
Apakah kita lebih memilih barang yang terkemas indah di dalam sebuah tempat yang indah dan rapi, ataukah kita lebih memilih barang yang telah diobral dengan harga yang sangat murah, dan telah disentuh oleh banyak orang? –padahal, seharusnya kita malu bila diperbandingkan dengan barang. Karena kita memiliki kelebihan dari pada yg lain, yaitu “AKAL”-
Semoga ini dapat menjadi pelajaran tuk kita semua dan kita dapat mengambil hikmah atas setiap perjalanan hidup yang kita lewati dan hadapi. Agar hidup kita yang satu kali ini, tiada akan pernah sia-sia.
Ingatlah kawan...
“Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah pilihan yang terbaik bila kau inginkan yang terbaik pula tuk masa depanmu, semua!”

Salam perjuangan dari SaudariMu, karena Allah.
Mecha at 01.50 (11/1/2011)
In My Home

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~