Rabu, 19 September 2012

Muslimah penggagas Revolusi!


Batu Loncatan

Hap, Hap, Hap!
“Lompatan yang benar-benar luar biasa! Akhirnya, kamu mampu mencapai target yang ingin kamu raih”, ungkap seorang pelatih lompat jauh saat melaksanakan kegiatan rutin pelatihan mereka di sebuah lapangan terbuka.
***
Sekalipun ada rasa kagum yang merasuk dalam indera perasaku. Akan tetapi, bukan itu yang membuat lamunanku buyar sesaat, saat secara tak sengaja ku menyaksikan usaha gigih mereka. Entah kenapa, ku mendapatkan sebuah inspirasi “terselubung” dari usaha yang dilakukan beberapa atlet tersebut tuk mencapai targetan yang telah lama ingin diraihnya. “sesuatu yah?!” he.
***
Pikiranku pun menerawang pada beberapa langkah yang telah ku lalui, dan beberapa target yang ingin ku capai. Masih banyak hal yang harus dikoreksi tuk mengatakan diriku telah benar-benar maksimal melakukannya. “Nampaknya, masih sangat begitu kecil usahaku tuk dapat mencapainya”, bisikan hati yang tak dapat ku abaikan. Tidak ingin menyalahkan diri. Hanya saja, dari sinilah ku mencoba mengevaluasi diriku agar ku tidak menjadi sosok yang sia-sia. Ibarat keledai, “ia’nya saja tidak akan mau tuk terjatuh pada lubang yang sama tuk kesekian kalinya”. Kalaupun ia’nya terjatuh, pastilah ia berusaha tuk tidak terjatuh lagi. Nah, itu adalah gambaran binatang yang tak diberikan potensi “akal” oleh-Nya. “Lantas, bagaimana denganku?”, teriakan demi teriakan hampir-hampir memecahkan gendang telinga imajinasiku.
Saat ini ku telah bisa menjadi diriku yang diakui oleh orang-orang di sekelilingku. Zona aman & nyaman mungkin bagi sebagian orang menganggapnya. Namun, tetaplah, itu tak membuatku merasakan nyaman. Rutinitas kerja, bisnis, kuliah, dakwah, dan organisasi dalam pembagian waktu yang ku rasa dzolim. Iyah. Mungkin inilah masalahnya. Bukan berpikir tak mampu tuk melalui semuanya dengan sebaik-baiknya. Hanya saja, semuanya berakar pada sebuah konsekuensi prioritas dan pertanggung-jawaban. Sekalipun semuanya diniatkan tuk dijalankan karena-Nya. Tetaplah, ku merasa dzolim pada-Nya dan pada diriku sendiri.
Gurita kapitalis nampaknya sedikit banyak mengkerangkengku dalam habits yang ada ini. Gimana tidak? “Uang, uang dan uang” kadang menjadi dalih agar ku tetap dapat mempertahankan semua kebiasaan ini. Entah karena merasa keadaan diri yang masih belum mampu-lah dalam hal ekonomi, atau karena diri yang ingin sejajar dengan mereka-mereka yang memegang kebijakan sistem, bahkan parahnya, hingga pada tataran eksistensi diri di depan publik, tanpa berpikir fitrah sejatiku itu bagaimana?
Benarlah kiranya, apa yang ada di dalam hadits Rasulullah. Bahwa, yang namanya debu-debu kapitalis akan senantiasa mengotori kita, sekuat apapun pertahanan dan perlawanan diri kita terhadapnya. Maka, tak dapat dielakkan juga, kekuatan pengaruh yang tersistematis tersebut tentulah tak dapat dihancurkan secara individu, dengan pertahanan dan perlawanan dari diri kita saja. Melainkan pun, harus dengan perlawanan yang terstruktur, terorganisir dan tersistematis.
“Bukankah, sesuatu yang lebih rapi itu lebih indah, kokoh dan tak terkalahkan?”. Terlebih, jumlah kita yang besar, pondasi keyakinan kita yang kuat dan tali ukhuwah antara kita yang kokoh, serta kita memiliki pegangan yang Maha Luar Biasa. Masihkah itu kurang tuk kita?
***
Benang merah yang dapat ku tarik, dari sedemikian kerasnya usahaku tuk memikirkannya. Bahwa, fitrah sejatiku tidak akan pernah dapat teralihkan ataupun tergantikan. Peranku sebagai seorang muslimah –ummu rabbatul bait dalam lini domestik rumah tangga, dan pengemban dakwah dalam lini publik-, ku yakini sangatlah luar biasa. Begitu pun dengan ukhtifillah semuanya. Maka, sebenarnya optimalisasi kita-lah yang dibutuhkan sebagai kaum pembangun peradaban yang khas.
Sadarilah, saudariku! Fitur-fitur yang ditawarkan kapitalis melalui fashion-fashion yang nyentrik, dunia tarik suara yang justru melecehkan wanita dengan penghargaan nilai-nilai rupiah yang sama sekali tak sebanding dengan mulianya potensi dirimu, saudariku. Maupun dunia kerja yang mengeksploitasi waktu –karena hukumnya yang mubah bagi wanita- serta mengeksploitasi bagian-bagian tubuh muslimah dengan style pakaian yang harus dikenakan padahal itu bertentangan dengan syara’ atau keyakinan dirimu, maupun beratnya beban yang harus saudari pikul dalam pekerjaan tersebut.
***
Instrumen yang ditawarkan kapitalis terhadap wanita, baik dalam lini menopang perekonomian, dalam tataran kehidupan sosial yang rusak, perkara eksistensi maupun pengakuan kedudukan wanita di depan publik, sejatinya bukan menjadikan wanita itu dipandang mulia atau indah. Justru itu menggiring wanita pada sebuah kehancuran fitrah sejati mereka. Wanita yang lembut, penuh kasih sayang, pendidik generasi penerus, rekanan kaum adam dalam membangun peradaban kehidupan ini, justru diarahkan pada sosok wanita yang kuat, garang, musuh kaum adam bahkan menyeramkan. Menganggap lelaki sebagai saingan dalam hidupnya. Benar-benar menyedihkan.
***
Dalam Naungan Islam, kemuliaan muslimah nyata adanya. Wanita bukan produk pajangan, bukan pula saingan bagi kaum adam. Kelembutannya bukanlah pertanda ia lemah, namun di sanalah rekanannya kan berperan tuk melindunginya. Kasih sayangnya sebagai obat kala rekanannya lelah atau menghadapi beragam masalah dalam memenuhi nafkah keluarga, dan dakwah futuhatnya. Kesabarannya dalam mendidik, menjadikan generasi penerus yang cemerlang bukan hanya sekedar mimpi. Bahkan, kecerdasannya mengalahkan mahalnya pendidikan komersial kini. Kehadirannya menyenangkan dan menentramkan, serta ketiadaannya kan sangat dirindui. Muslimah dunia yang benar-benar membuat para bidadari di surga cemburu padanya. Subhanallah.
***
Pertimbangan-pertimbangan itulah yang membuatku berpikir. Berpikir bahwa habits yang harus dibangun bukanlah habits murahan yang biasa-biasa saja. Bukan pula habits yang menjadikanku sebagai bagian dari peradaban bobrok ini. Ku harus mengorbankan hal-hal yang menjegal proses upgrade diriku. Ku tidak ingin segala apa yang ku lakukan kini hanya membuahkan kelelahan semu saja. Di mana itu berarti, dalam proses ku gagal, dan dalam mencapai hasil pun langkahku dipenuhi dengan kesia-siaan belaka.
Sekarang, ku akan kembali fokus pada mimpi-mimpiku. Pada apa yang ku tuliskan dalam proposal hidupku. Ku ingin bisa se-dermawan Abu Bakar Ash-shidiq, se-kaliber Mus’ab bin Umair, se-cerdas Abdurrahman bin Auf, se-sukses Siti Khadijah, se-gigih Siti Fatimah Azzahra, se-intelektual Siti Aisyah, serta se-kuat Al-Fatih dalam memegang dan mengakutualisasikan keimanannya.
Ku yakin sekali, bahwa ku pasti mampu tuk melewati semua ini. Proses ini hanyalah sebuah batu loncatan tuk menjadikanku lebih baik di kemudian hari. Hari esok yang lebih cerah. Hari esok yang lebih cemerlang dan gemilang. Hari esok, tatkala JanjiNya itu terealisasi dengan menghadirkan kesejahteraan dan kemuliaan tuk seluruh makhlukNya di muka bumi ini. Subhanallah.
Ganbareba, Dekiru!
***
“It’s time to make a choice!”
Saat 3 bulan telah berlalu dalam training kerja yang benar-benar menguras banyak waktuku. Saat kuliah berlalu dalam ketidak fokusan. Saat TPA membutuhkan akselerasi dalam membina anak-anak kesayanganku. Serta, Saat beragam amanah coba tuk diselesaikan dalam ruh yang kadang hadir, kadang tidak.
Setelah 3 bulan mendatang, ku tak akan mungkin melalui semuanya seperti ini saja. Sebagai muslimah, ku harus dapat mempertanggungjawabkan pilihan-pilihan yang telah dan akan ku buat. Ku tak mungkin mengabaikan kewajiban-kewajibanku dengan keegoisanku, karena semuanya pasti akan membutuhkan pertanggung-jawaban dariku.
“Semoga kepercayaanMu padaku tak akan pernah berubah!”
Berikanku waktu. 3 bulan ini akan ku buat semuanya berjalan sebagaimana yang ku inginkan. Bukan ku yang berada di bawah sistem. Tapi, ku lah yang akan benar-benar membangun sistem. Yah, semuanya harus benar-benar dimulai dan diakhiri dengan secepatnya!
“Man Jadda wa Jadda!”
***
Ruang kerja ini kan menjadi batu loncatanku tuk menggapai mimpiku menjadi seorang dosen. Bagi yang membaca, mohon do’anya yah!!! ^-^
Ganbatte!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~