Minggu, 24 April 2011

“Tolong, Jangan Cuci Otak Kami!!!”

Sore ini ku lihat langit begitu kelabu, ditambah dengan gerimis hati yang mungkin tiada seorang pun mengetahui dan merasakannya. Tiada sengaja, ku tatap layar kaca televisi yang ada di hadapanku, berita mengenai bom, teroris yang begitu gencarnya diberitakan, hingga-hingga terkesan dipaksakan dan senantiasa mencitrakan negatif terhadap Islam.
Berbeda sangat, ketika berita negatif itu muncul terhadap aparat negara. Seakan-akan media serentak untuk menutup-nutupi kebenarannya. Dapat dirasakan dan dilihat, bagaimana kasus demi kasus, seakan muncul dan tenggelam begitu saja, tanpa diketahui hasil akhir yang jelas. Hingga-hingga, yang membuat pilu hati ini, sang pelaku, masih saja dapat tertawa dan tersenyum di hadapan media, seolah-olah mereka bukanlah pelakunya.
***
Pilu hati seakan bukannya bertepi, melainkan bertambah berhambur menjadi derai tangis yang tiada dapat tertahan. Seakan sebuah memorial indah melabuh dalam ingatan ini. Terlintas sosok yang begitu dicinta, Sang Baginda Rasulullah. Sebuah perjalanan yang sangat luar biasa. Di tengah kedudukan beliau yang dijanjikan Surga oleh Allah, namun, titian jalan yang harus beliau lewati selama di dunia, bukanlah titian jalan yang mudah.
Siroh Nabi seakan menjadi tamparan pada diri ini, dan bagi umat muslim yang lain. Apakah, sudah benar-benar lurus dakwah yang selama ini kita emban? Apakah benar-benar kita dahulukan umat di atas kepentingan diri kita? Apakah ujian demi ujian telah kita rasakan, seperti yang dirasakan oleh Sang Kekasih Allah tersebut? Cacian demi Cacian, hingga dikatakan orang gila ataupun ahli sihir? Embargo dan pengasingan?
Sang Kekasih Allah yang telah dijanjikan SurgaNya, ternyata menempuh jalan hidup yang tidak mudah. Hampir nyawalah yang menjadi taruhannya, karena usaha gigih beliau untuk mendakwahkan islam, tanpa mengenal yang namanya KOMPROMI. Hingga, pada akhirnya, beliau mendapatkan pertolongan Allah untuk memimpin negara islam di madinah, yang di sana tak hanya terdiri dari orang muslim saja, melainkan terdiri dari berbagai macam agama dan keyakinan, dan semuanya hidup berdampingan secara damai, di bawah naungannya.
***
Berkaca pula dari sebuah perang yang memiliki sebuah perbedaan yang sangat jelas. Antara perang salib, yang dilakukan oleh orang-orang non muslim, dengan penakhlukan negeri-negeri di bawah kepemimpinan islam. Digambarkan, pada saat perang salib itu sendiri, seakan menjadi sebuah mimpi buruk bagi kaum muslim, karena banjir darah kaum muslim akibat pembantaian tentara salib. Tetapi berbeda, saat penakhlukan oleh tentara kaum muslim di bawah kepemimpinan sholahudin al ayubi, di sana, semua nyawa terlindungi, terkecuali pihak-pihak kafir yang jelas-jelas menentang hukum-hukum Allah. Seperti firman Allah dalam surah Al Baqarah, bahwasanya Yahudi dan Nasrani, tiada akan pernah ridho, hingga kita mengikuti millah (gaya hidup) mereka. Dan sekarang, kita pun telah banyak yang mengikutinya. Sadar maupun tak sadar.
***
Kembali pada pembahasan yang utama. Opini Islam itu teroris. Bom Buku, Bom-Bom Cak, atau Cak-Cak Bom, dll. Sesungguhnya, sebuah upaya untuk mengalihkan opini dari kebobrokan negara yang ada saat ini (kasus Lipindo, Century, Mafia Kasus, Mafia Pajak, Korupsi, Pencucian Uang, Wikileaks yang makin menyudutkan presiden beserta para pejabat, dan sebuah Rencana besar para pejabat DPR, yaitu pembangunan Gedung DPR yang menganggarkan Budget 1,138 Triliun, -miris sekali melihatnya, di tengah kemiskinan rakyatnya yang semakin meningkat-, pasar bebas khususnya CAFTA yang menggulung industri dalam negeri, penyanderaan kapal MV Sinar Kudus dengan 20 awaknya oleh perompak diperairan Somalia, rencana kenaikan harga BBM, dan rencana legalisasi RUU Intelijen yang sarat dengan spirit “kekuasaan tiran”), kepada pengkerdilan Islam dan pembalikan fakta. Sehingga, terkesan sebuah hal yang benar itu terlihat salah, dan sebuah hal yang salah itu terlihat benar.
Sebuah ketimpangan juga yang dilakukan oleh pemerintah dalam membuat kebijakan antara terhadap pejabat-pejabat yang “nakal”, pemilik modal yang melakukan kecurangan, dengan orang-orang yang masih diduga sebagai teroris, yang ditembak ditempat, ditangkap dan dianiaya sesuka hatinya, tanpa memegang yang namanya prinsip HAM. Padahal, siapakah yang jelas-jelas teroris yang menebar teror ke tengah-tengah kita melalui medianya???
Bagaimana pula pembunuhan masal yang dilakukan Amerika dan antek-anteknya terhadap umat islam di luar sana? Adakah mereka dikatakan teroris? Padahal jelas sekali korban-korbannya, maupun pelakunya. Dimanakah yang namanya HAM itu??? Jangan heran apabila melihat umat/masyarakat itu marah dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah!!! Karena telah jelas sekali, untuk siapakah hukum dan Undang-Undang itu dibuat??? Dan telah jelas, HAM tak berlaku terhadap orang-orang muslim. TIDAK ADIL!
Lantas, masih bisa ternyata mereka berbicara di depan media, dengan mengatakan, seluruh semesta hendaknya dapat bekerja sama dengan densus untuk mematikan aktivitas para teroris, saat mereka berbicara di depan publik dengan mengangkat topik-topik yang menyulut kemarahan umat kepada pemerintah!!?
Secara, manusia mana sih, yang ketika ada orang menamparnya, lantas dia diam saja? Ketika dia dilempari batu, lantas dia tersenyum saja? Terkecuali, ada yang tidak beres dengan saraf maupun akalnya! Jelas sekali itu bertentangan dengan naluri dan fitrah kita sebagai manusia, yaitu untuk mempertahankan diri.
Seharusnya pemerintah itu mengoreksi diri mereka, mengapa hingga-hingga di negeri ini muncul yang namanya teroris, yang lucunya sampai melakukan perbuatan aneh, yaitu Bom bunuh diri di masjid? Jangan Cuma bisa menyalahkan rakyatnya saja!
Atau mungkin benar apa yang diduga di atas tadi, bahwa ada skenario di balik blow up opini teroris ini? Memunculkan Undang-Undang Represif, yang akan membumi hanguskan pendakwah-pendakwah islam yang meneruskan dakwahnya Rasulullah. Makanya seolah-olah masalah ini senantiasa berkepanjangan dan tiada menemui titik akhirnya, terkecuali semua umat islam yang bersungguh-sungguh ingin meneruskan dakwah Rasul secara kaffah itu mati dan musnah. Dan yang tersisa adalah umat muslim yang berkompromi dengan aturan yang ada saat ini (Liberal), umat islam yang individual, dan berkutat pada tataran ibadah saja. Padahal Rasul tiada mengenal yang namanya kompromi dalam menyampaikan islam. Memalukan!
***
Maka dari itu, berpikirlah secara cerdas wahai umat! Jangan mudah terbodohi dengan berita-berita yang ada di media. Karena pegangan hidup kita telah begitu jelas, yaitu AL QUR’AN dan AS SUNNAH, bukan Media!!!
Ketahuilah, istilah pencucian otak itu tiada pernah ada, terkecuali berasal dari pihak-pihak yang berbicara di media itu sendiri. Maka, berhati-hatilah, bisa jadi, saat kalian menyaksikan televisi, saat kalian bekerja, saat kalian kuliah, justru otak kalian telah dicuci dengan ide-ide yang itu bukanlah berasal dari keyakinan kalian, dan jelas sekali, bisa jadi itu bertentangan dengan apa yang Allah perintahkan pada kita. Mengatakan Pacaran Islami, Obligasi Syariah, BABI Syariah, Riba Syariah, dll, padahal telah jelas, saat Al Qur’an mengatakan Itu haram, maka hukumnya tetaplah haram, begitupun saat dikatakan wajib, maka senantiasa berlaku hukumnya wajib. Tiada kan pernah berubah. Dan Islam itu bukanlah mengikuti zaman ataupun waktu, melainkan, zamanlah yang mengikuti Islam, karena dalam al qur’an telah begitu jelas, mengabarkan pada kita mulai dari awal penciptaan hingga hari kiamat. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita meyakininya ataukah kita mengabaikannya???
***
Satu hal yang ingin diluruskan. Bahwasanya, apabila benar yang dibawa oleh seseorang itu adalah islam, tentulah ide maupun tataran teknis yang dia sampaikan tiada mengajarkan sesuatu yang bersifat kekerasan, seperti jihad fisik, pada sebuah kondisi yang begitu jelas, kita diserang dari pemikiran, bukan fisik. Sehingga, perlawanan kita, haruslah mengoptimalkan syiar dakwah melalui pemikiran itu tadi.
Kemudian, terhadap orang tua, islam jelas begitu menghormati yang namanya orang tua, sekalipun orang tuanya itu benar-benar bukan muslim, wajib kita untuk menghormati dan memuliakan mereka. Namun, tetap sesuai yang diperintah Al Qur’an dan As Sunnah.
Maka, di balik, individu-individu/kelompok-kelompok yang bergerak secara brutal tersebut, kita pun jangan cepat termakan opini dan mengambil kesimpulan, bahwa itu benar-benar kelompok muslim. Karena cara mereka saja, tidak sesuai dengan syariat Islam, justru bertentangan dengan syariat islam. Bisa jadi, mereka adalah kelompok bayaran. Karena di tangan media, tidak ada yang tidak mungkin, untuk menjadi sebuah skenario dan sebuah berita. Sekalipun itu adalah berita yang bersifat memaksa. Maka dari itu, jangan telan bulat-bulat apa yang diberitakan oleh media. Tetap kembalikan semua fakta yang ada, pada bagaimana islam menghukuminya?
***
Akhir kata, satu pesan saya wahai umat! Janganlah hal ini menjadikan kalian sebagai pecundang, yang mundur dari jalan dakwah ini. Namun, jadikan tantangan ini sebagai sebuah peluang dan kesempatan kita untuk sungguh-sungguh memperjuangkan islam yang kaffah dan membuktikan pada umat akan islam yang kaffah itu sendiri.
Sukseskan Konferensi Rajab yang telah di depan mata, bahwasanya umat benar-benar akan sejahtera di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dengan diterapkannya SyariatNya di bumiNya ini. Allahu Akbar!
“Mereka Membuat Tipu Daya, dan Allah Membalas Tipu Daya Mereka Itu. Dan Allah Sebaik-Baik Pembalas Tipu Daya.” (QS. Ali Imran: 54)
***
Di tengah goncangan, tanpa pendukung, namun, senantiasa meyakini, bahwa Allah senantiasa bersama hambaNya yang menolong agamaNya. Dan meyakini, bahwa kita benar-benar umat yang terbaik, seperti janjiNya!
_Mecha Al-Fakhirah_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~