Minggu, 24 April 2011

Bertahan dalam Sendiri

Awal mula tumbuhnya sebuah kesadaran, keyakinan yang mendalam dan sebuah harapan pada masa depan yang menjadi mimpi. Bertemankan deburan dan terjangan ombak, serta lecutan cambuk yang senantiasa melukai hati dan motivasi diri tuk beranjak dari apa yang ada, kembali pada dimensi waktu yang sempat mengacaukan diri, dan menjadikan diri tiada ada artinya.
***
Akhir-akhir ini ku temui banyak sekali pembelajaran yang mungkin dahulu tiada pernah ku temui. Entah itu permasalahan hati, pikiran, uang, dll. Namun, rasanya dalam menghadapinya pun ku merasakan keperbedaan dibandingkan masa dahulu, saat ku tiada memiliki yang namanya pandangan hidup. Saat ini, ku tiada sedikit pun risau, saat ku harus menghadapinya sendiri, sekalipun seluruhnya meninggalkanku.
Pada awalnya ku merasakan tiada menyanggupi dengan semua yang ku hadapi ini, terlebih saat itu harus dihadapkan pada banyak pilihan. Kuliah, kerja, magang, organisasi, dan membantu orang tua. Namun, lagi-lagi, karena keyakinan yang mendalam yang melahirkan sebuah kepercaya dirian dan kekuatan yang sebelumnya tiada pernah ku rasakan ataupun ku miliki, kendatipun kondisi fisiklah yang pada akhirnya menjadi taruhannya, hingga akhirnya ku mampu bertahan bertemankan Dia dalam curahan do’a dan butiran air mata di setiap akhir sholatku.
Sejujurnya, ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan hati, yang sejatinya menjadi naluri bagi setiap manusia, tentunya masih mampu tuk ku hadapi dan lewati, kendatipun dua permataku berkata lain atas keputusanku. Namun, ketika berbicara pada permasalahan pilihan utama hidup, saat ku tiada mengiyakan pilihan terikat pada sebuah instansi kerja, justru ku dipandang tiada berguna. Bahkan, saat ku benar-benar tiada dapat membantu di satu waktu, justru keuanganku di sabotase, hingga pada akhirnya konsentrasiku pun terbagi-bagi tuk mengganti pendapatan sehari-hariku.
***
Inilah aku, yang sejatinya bisa dikatakan keras dalam memegang sebuah pendirian, walaupun kadang rapuh juga, saat itu menyentuh perasaanku –melihat saudara satu akidahku masih hidup di bawah garis kemiskinan, dalam lingkup tatanan aturan yang tidak adil serta bertentangan dengan fitrah manusia, dan pengkhianatan pada hukum-hukumNya, rasanya air mata tiada tertahan lagi-. Saat keyakinanku yang mendalam mengatakan tuk tidak tunduk pada sebuah cengkeraman aturan ataupun kebiasaan yang bertentangan dengan keyakinanku, maka ku benar-benar tiada kan pernah menjadikannya sebagai salah satu mimpi dalam proposal hidupku. Sekalipun, berbagai paksaan datang dari arah mana saja.
***
Tawaran demi tawaran datang kian tiada terkiranya. Beasiswa usaha, bekerja di sebuah perbankan, bekerja di sebuah perusahaan eksport, namun, semua seakan berlalu begitu saja. Menulis, mengajar, berbicara, itulah hobiku. Ditambah keinginan terbesar untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Namun, semua itu seakan hanya dipandang sebelah mata. menyedihkan.
Pendapatan sehari-hariku pun menjadi korban atas pilihan yang ku tetapkan. Tantangan bahwa ku benar-benar harus dapat membuktikan perubahan itu melalui tanganku, kini seakan-akan dilemparkan begitu saja ke depanku. Di tengah begitu besarnya amanah kelulusan yang sejatinya membutuhkan banyak biaya. Namun, sekali lagi ku coba tuk berpikir positif atas semua yang ku hadapi.
***
Vonis kesehatan yang kian menurun seakan membuat separuh kekuatan hilang begitu saja. Kepercayaan diri yang telah begitu kokoh dibangun, seakan-akan turut roboh, bersamaan ketidak percayaan dengan apa yang dihadapi. Namun, ku percaya, Allah bersama hambaNya yang senantiasa gigih dalam titian jalanNya.
Ku coba tuk mengabaikan semua energi negatif yang ada di tengah-tengah hidup dan kehidupanku. Ku mencoba menggenggam kembali apa yang hampir-hampir terlepas. Tuk ku tata kembali, dan ku wujudkan dengan energi yang tersisa. Ku tetap bertahan dan kan senantiasa bertahan. Satu prinsip yang senantiasa ku tanamkan dalam diriku. “kendatipun, bukan aku yang nantinya merasakan hasilnya, namun, ku kan memperjuangkannya dan senantiasa menyebarkan energi positif yang ku punya ke tengah-tengah umat yang saat ini mungkin berada dalam kemunduran, penderitaan dan kerapuhan yang mendalam. Ku ingin mereka bangkit dari semua keterpurukan yang ada”.
***
Hingga, ku tatap sekelilingku. Perlahan, penuh dengan begitu banyak gemerlap. Namun, di satu sisi, umat mulai sadar dan cerdas. Kebangkitan itu bukanlah menjadi mimpiku saja, namun telah menjadi mimpi seluruh umat.
Rasanya, saat nanti ku tutup mataku, ingin ku tinggalkan semua dengan penuh kedamaian. Ingin ku buktikan pada semuanya, sebelum ku pergi, ku mampu menjadi yang terbaik dengan tetap berpegang pada prinsipku. Bukan pada prinsip yang mengambil “jalan tengah” ataupun mengambil dari sesuatu yang bertentangan dengan “keyakinan”.
Karena, apalah guna hidup dalam sebuah kehebatan, namun pada akhirnya nanti, toh Dia “Allah”, tiada sedikit pun menoleh peduli pada kita, karena pengkhianatan maupun pengabaian kita padaNya beserta hukum-hukumNya selama di dunia.
Ingatlah, bahwa setiap awal, pasti kan ada akhirnya. Dan setiap perbuatan, pasti kan ada pertanggungjawabannya. Dan ketahuilah, pertemuan denganNya, itu adalah sesuatu yang pasti. Maka, jangan berharap Dia mau memandang kita, kalau kita sendiri lupa kepadaNya selama di dunia ini.
Kembalilah kepada Islam yang kaffah. Karena rahmat itu akan ada tuk seluruh alam, saat islam diterapkan secara kaffah di bumiNya ini. Dan bagaimana hukumNya dapat diterapkan secara kaffah? Tiada lain dengan tegaknya sebuah konstitusi yang melegalkan hukum-hukumNya secara totalitas, yaitu dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Dan rasakanlah bagaimana saat hidup di luar dari hukumNya? Ketidak adilan, ketidak tenangan, ketidak damaian, dan kecurangan yang senantiasa mengitari hidup kita. Maka, sebagai sebuah totalitas keimanan, perjuangkanlah, kendatipum ianya menggerogoti seluruh energi maupun apa yang kau punya. Karena, segala perjuangan ini tentunya tiada kan pernah sia-sia di hadapanNya. Dan sebagai ciptaan, tentulah ini menjadi tugas utama kita kepada sang Pencipta.
_Mecha Al-Fakhirah_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~