Sabtu, 04 Februari 2012

Terima Kasih, CINTA!

Tersadar, di dalam sepiku
Setelah jauh melangkah
Cahaya kasih-Mu menuntunku
Kembali dalam dekap tangan-Mu

Terima kasih CINTA untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semua kesalahanku yang pernah menyakiti-Mu

Tanpa-Mu tiada berarti
Tak mampu lagi berdiri
Cahaya kasih-Mu menuntunku
Kembali dalam dekapan tangan-Mu

Terima kasih CINTA untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semua kesalahanku yang pernah menyakiti-Mu

***
Ada yang tau tulisan atau lirik apakah gerangan yang ada di atas? Uups, kepada yang membuat lagu, saya mintakan maaf, apabila naskah lagunya saya rombak menjadi lebih dahsyat! Semoga menginspirasi bagi yang menyanyikannya dan bagi yang membaca catatan ini. Amin.
Berbicara dan menuliskan tentang cinta, rasanya tidak ada kata jemu ataupun bosan. Tanya kenapa? Tanya balik aja ma diri masing-masing, apakah kita bosan saat mencurahkan rasa sayang dan cinta kita kepada orang-orang yang kita sayang, seperti orang tua kita ataupun adik dan kakak kita? Kira-kira apakah gerangan yang melatar belakangi seseorang hingga begitu ikhlas melakukan sesuatu tanpa pamrih apapun? Segalanya tidak akan ada dan terjadi tanpa sebuah kekuatan yang dahsyat, yaitu CINTA.
Namun, sayang beribu sayang. Fakta di lapangan berbeda sangat dengan konteks cinta yang kita bahas di sini. Mengapa? Karena kebanyakan orang keliru dalam menerjemahkan makna cinta tersebut. Ada saja yang rela menceburkan dirinya, menghambakan dirinya, bahkan menghabisi hidupnya, hanya karena sebuah definisi cinta yang begitu keliru dipahami oleh pejuang-pejuangnya.
***
Tidak ada niat tuk dipandang sok suci ataupun sok alim. Tetapi, saya hanya ingin berbagi inspirasi, dan memberikan sesuatu yang mungkin saja dapat menyadarkan kita semua akan sebuah hal yang sejatinya sangatlah berharga dalam hidup kita. Apakah itu? Itulah waktu dan kesempatan kita.
Betapa banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia tuk sebuah perasaan yang belum waktunya tuk berhadir. Begitu banyaknya waktu yang terlewatkan dengan segudang aktivitas maksiat, padahal sebuah kehalalan dan kebarokahanlah yang diharapkan dari singkatnya kehidupan ini. Begitu sedikit waktu yang kita berikan tuk Sang pemberi kehidupan ini. Sadarkah kita akan hal ini?
Kemudian, kesempatan memberikan yang terbaik tuk-Nya, bahkan terhalang oleh aktivitas-aktivitas maksiat kita. Sudah tidak dapatin pahala, dosa-lah yang bertambah dalam perjalanan hidup kita yang kian singkat. Bahkan, tidak sedikit yang menjadi pejuang-pejuang pacaran, rela membuka auratnya, memperlihatkan rambutnya yang harusnya dilindungi sebagai sebuah kemuliaan baginya, karena pasangannya lebih menyukai dirinya dengan keterbukaan tersebut. Padahal, sadarkah kita, jauh di sana, ada satu sosok yang senantiasa mengawasi dan menantikan kita dalam balutan takwa serta ta’at pada SyariatNya?
***
Tatkala, kita mengabaikan sebuah perkara yang begitu jelas aturanNya melekat di sana, berarti dapat disimpulkan, Cinta yang sejatinya hadir di tengah-tengah kita, bukanlah sebuah cinta dalam arti yang sejatinya. Dianya hanyalah pelampiasan dari sebuah rasa yang sejatinya sangat rentan dengan hawa nafsu kita sebagai manusia. Dianya tidak berjalan dalam sebuah ketertundukkan dan keterpaduan pada bingkai aturanNya yang diSyariatkanNya kepada kita. Ya, itulah cinta semu. Cinta yang bertamengkan kata, buaian dan segala hal, yang membingkai indah, di balik kegarangan hawa nafsu, pelarian atas aturanNya.
***
Sangat berbeda dengan sebuah cinta sejati yang jauh di sana. Di mana tidak pernah diduga akan kehadirannya. Dan sungguh, begitu terjaga akan diri dan segala hal yang ingin dihadiahkannya kepada satu sosok yang juga menjaga dirinya. Cintanya pun bukanlah cinta karena sebuah ingin saja, melainkan, karena begitu cintanya dia kepada Sang pemilik hati dan cintanya itu, hingga, ibadahnya pun dirasa tidak cukup apabila dilakukan seorang diri. Separuh diennya dirasa tidak sempurna, saat satu ibadah tidak dilaksanakannya.
Itulah cinta yang sehakikinya begitu indah dan terjaga. Sekalipun mungkin ada noda, maka dia coba tuk menghapusnya dengan sebaik-baik penghapus dosa tersebut. Pemikirannya yang kian cemerlang dan mendalam, menjadikannya begitu dewasa dan bijak dalam menghadapi berbagai situasi, kondisi dan permasalahan yang tengah ataupun akan dihadapinya.
Sesekali, saat cintanya mulai terpalingkan, maka, secepat itu pula diraihnya nasehat dan pengingat dari rekan yang senantiasa mendampinginya bukan karena materi, penampilan fisik ataupun tahtanya. Melainkan, agama yang senantiasa menjadi poros kehidupan keduanya.
“Terima kasih CINTA!” , kata itulah yang senantiasa diucapkan, saat dirasakan kelelahan mulai nampak di raut wajah masing-masing. Dan terima kasih KEKASIH! Karena pada akhirnya Kau pertemukan dua cinta dalam balutan yang halal dan Kau Ridhoi keduanya dalam berkah CINTA-MU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~