Minggu, 04 November 2012

Puisi Tetangga (Ibramsyah Amandit)


Ibramsyah Amandit
JALAN PUISI

Puisiku perjalanan mikraj;
jalan naik menuju Allah
meniti asma, sifat, af’alullah

Lama diri bersimbah
panas serta berbasah-basah
tunduk tengadah pulang ke diri
nyatanya tak siapa pemilik apa

Puisiku perjalanan mikraj;
jalan pupus di dalam Allah
hilang panas hilang basah
punah diri dalam Allah
suara jiwa mengkalamullah

Puisiku perjalanan mikraj;
jalan pulang dari Allah dengan Allah
ulat kepompong berubah polah
sukma terbang selendang kiswah

Puisiku perjalanan mikraj;
turun di pintu-pintu rumah
sudah bersayap puisi amanah
kata-kata rahmat berpetuah

Tamban, 3/11/2012

PULANG

Pulanglah...
Pulang, hai angin Sulaiman
pembaca cuaca dan keadaan

Jendela selalu terbuka
ke sarang lumbung semula
tempat eraman segala cita

Angin lepas ke manapun telah berlayar
penat kembara melintas buih sia-sia

Tiadakah di sini lebih baik;
kamar karantina kelumpuhan
bagi mendaras ulang aksara-aksara
memaknai isyarat purba dan tanda-tanda
antara selaput khayal
mimpi yang memperpanjang bayang
Apa artinya kebaikan tersumbat?
putih hati tertimbun-timbun
tak menetas telur di koloni dinasti
dari makhluk bersayap lumpuh kaki
meski kelumpuhan bukanlah cacat
bukan aib bahan tertawaan
layaknya kekuasaan yang berkeliaran
berbatas bahagia dengan rakyat

Pulanglah...
di induk kebisuan
di pangkal niat suci semuci
lalu tertawalah, hai jiwa pengembara sia-sia!

Tamban, 21/10/2012

SEPERTI MUSA

Ketika Tuhan mengambil perjanjian-Nya (dengan kelumpuhanku)
aku seperti Nabi Musa
diangkat di depanku (beban bagai) Gunung Thursina
Lalu Tuhan berfirman:
“Ambillah (uzur) Kami bentangkan kepadamu dengan tabah
dan insyaflah (dalam kelumpuhan itu)
agar kau menjadi takwa.”

Saat subuh di kamar karantina lumpuh
berderai air mata dan tawa

bergetar diri penuh rasa bahagia
“Musa lumpuh” membaca Surah al-Baqarah 63
menyadari atas rahasia Tuhannya
bahwa lumpuhku agar menjadi takwa
lebih baik daripada sehat maksiat

Tamban, 24/10/2012

ZERO AREA

Di lingkaran kehidupan
aku putus kegiatan

Di lingkaran pergaulan
aku asyik memangku tangan

Di lingkaran waktu sehari
kulepas kupu-kupu menari

Di lingkaran percakapan
hatiku bersahutan

Di lingkaran kejadian
kutuntaskan perjanjian

Di lingkaran perasaan
pagi esok aku berkain kafan

Di lingkaran nasib
aku digantung Tuhan

Tamban, 20/10/2012

PUTRA KUALA

Kelahiranku bukan merapal nama;
hutan galam, kelakai, air coklat asam
jalan kampung rusak.
Jembatan Rumpiang
mondar-mandir tongkang batu bara
sejumlah kantor sejumlah warga
tanah gambut basah becek lembut
daerah bantaran pasang surut

Berkali-kali biasa kubaca
bagai susun huruf-huruf penanda
atributmu, Batola!
Tapi aku terlahir bukan merapal namamu...

Aku putra yang dahaga di rahimmu
beri pemuas hausku dengan lemak manismu
aku nalar perambah dada kuala
aku juga perasa pemabuk gila
menari di darah dagingmu rawa becekmu
menari di pinggir pantai di arus sungai
di rancang bangun hidup dan kematianku
di pelabuhan tambatan anak cucu

Sambut mabukku;
yang menggebu hasrat ombak membiru
aku siang di mabuk terang
aku surya di denyar petang
aku purnama pengibas bayang
embun jiwa dalam tarian mabukku gila, Batola
Kata-kataku ini sabda!
Tarian kasih dan cintaku bergelora
berputar dalam genderang laga
tariku tari pejuang
tari siang terang
aku surya aku purnama aku pejuang
mengukir tebing menderu kuala
aku purnama embun penyejuk jiwa

Batola, Batola...
merendahlah
berikan puting susu ibumu
sebelum terbakar punah
bila kau tegak berpongah-pongah

Tamban, 26/10/2012

BUNGA-BUNGA

Kubaca subhanallah di putih melati
Kubaca alhamdulillah di bunga matahari
Kubaca Allahu Akbar di teratai mekar
Aku stroke di mawar berduri
Jangan kau iri…
Cintaku nyeri ditusuk Illahi

Tamban, 27/10/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~