Jumat, 24 Juni 2011

Stop Press!! Artikel ini khusus buat mereka yang berpacaran dan pernah punya pacar. Waduh, gimana dong nasib mereka yang hidupnya lurus-lurus aja alias nggak pernah pacaran? Masa’ nggak boleh ikutan baca? Hehe... tentu boleh dong. Siapa tahu ada orang-orang di sekeliling kamu yang membutuhkan, padahal kamu masih belum punya pengalaman, kamu tinggal kasihkan artikel ini kalo perlu en kamu baik hati suka menolong en rajin menabung, print artikel ini terus bagikan keteman-temanmu.. Asyik kan?



Setelah putus pacaran

Masa pacaran, siapa sich yang gak panas-dingin bila mengenangnya? Panas-dingin karena teringat indahnya. Tapi bisa juga panas-dingin karena takut dosanya. Yang pasti sich, saya yakin kamu udah pada insyaf kalo pacaran tuch cuma ajang menumpuk dosa akibat baku syahwat yang melanggar syari’at.

Kamu yang dulu memutuskan si dia karena takut dosa. Kamu yang memutuskan kekasih karena insyaf. Kamu yang gak mau lagi mempunyai ikatan yang gak sah. Kamu yang udah nyadar en gak pingin mengulangi lagi. Entah kenapa tiba-tiba aja bayangan si dia nongol lagi dalam benakmu. Hadehh… gaswatt.

Tiba-tiba aja gak sengaja ketemu di angkot. Atau tempat les bahasa Inggris atau di jalan. Atau bisa juga karena kamu lagi beres-beres kamar menemukan satu lembar foto doi dalam pose yang bikin kamu tersepona. Tapak kenangan dirinya ternyata belum hilang sepenuhnya dari benakmu. Duhh… gimana menyikapi rasa ini?

Padahal kamu tau bahwa jalinan cinta itu tak mungkin lagi untuk diulang. Ia hanya penggalan masa lalu yang kudu dikubur dalam-dalam. Terus, gimana donk?



Ketika si dia hadir kembali

Setelah beberapa saat mampu melupakan bayangan dirinya, tak disangka tak diduga tiba-tiba si dia hadir lagi dalam kehidupanmu. Kehadirannya pun mampu menghadirkan suasana haru-biru yang dulu pernah singgah dihatimu. Meski kalian sudah tak ada lagi ikatan, kenangan lama itu begitu indah untuk dilewatkan begitu saja. Bagaimana pun, kamu masih menyimpan direktori memori itu dalam salah satu sudut hati. Ehemm…

Tenang aja, yang namanya perasaan itu bersifat ghoib kok, gak terlihat. Karena gak terlihat maka tak bisa pula dikenai hukum. Tapi meskipun bebas dari hukum, bukan berarti kamu bisa bebas juga membiarkannya tanpa batas. Catet ye!

Bukanlah ada Yang Maha Mengetahui baik yang ghoib en yang nyata? Ya, meski tak ada satupun teman yang memergoi, tapi kamu pantas malu donk sama Dia. Ia Yang Maha Memantau kondisi hatimu. Lagi pula, kalo yang namanya rasa, meski gak terlihat tapi ia akan membekas pada perbuatan. Jadi, bisa aja kamu tanpa sadar menyebut namanya. Atau setengah pingsan berusaha lewat depan kelasnya hanya demi bisa melihat sosoknya meski sekilas. Duh… sampe sebegitunya ternyata kalo perasaan dimanjakan.

Padahal sedari awal ketika kamu mengambil keputusan untuk mem-PHK (Putus Hubungan Kekasih) dia, kamu sudah sadar sesadar-sadarnya bahwa pacaran adalah salah satu jalan syaitan untuk mengajak maksiat. Karena kamu gak mau jadi temannya syaitan, maka kamu pun gak mau lagi pacaran. Cuma yang kamu agak sedikit gak paham adalah menyikapi kenangan yang kadangkala timbul tenggelam kayak tanpa dosa, gitu.

Apalagi biasanya mereka yang sebelumnya menjadi aktifis pacaran, biasanya rentan banget untuk di ajak balik oleh sang mantan. Memang sih gak semua, cuma jaga-jaga aja kalo kamu ternyata adalah tipe yang lemah ini. Waspadalah!



Hati-hati musang berbulu domba

Jangan terjebak dengan bujuk rayu di dunia. Entah sang mantan ngajak balik, or ada ikhwan berbulu domba yang ngajakin kamu pacaran dalam bingkai Islam. Mulutnya manis ngajak ta’aruf tapi aktifitasnya gak beda jauh dengan pacaran. Eh, ternyata karena si ceweknya lemah iman (tentu cowoknya juga donk), mau aja ia nginap berhari-hari dirumah si ikhwan tanpa hajat alias keperluan syar’i yang jelas, misalnya.

Meskipun sudah jadi calon suami dan bawa teman sekampung, kamu masih belum boleh tuh nginap dirumahnya. Apalagi pake acara pelesir ke tempat-tempat rekreasi. Duh duh… dimana pemahaman kamu tentang hukum syara’ selama ini? Perlu banget neh ikutan pembahasan topik pergaulan dalam Islam. Biar kamu paham, seperti apa sih yang diperbolehkan?

Kamu kudu hati-hati, saat ini banyak ikhwan jadi-jadian kayak gini. So, biar kamu gak terjerumus lagi, niatkan hijrahmu ini karena Allah saja, bukan yang lain. Lalu berkumpullah dengan orang-orang sholeh dalam hal ini akhwat-akhwat sholihah yang menjaga diri en pergaulan. Dengan berkumpul bersama mereka, akan ada orang yang akan menjaga dan menasihati kamu bila akan salah langkah.

Kalo sudah sampe tataran ini, kamu kudu introspeksi. Apa yang salah pada dirimu? Kenapa bayangan doi masih menari-nari? Kenapa kenangan itu sulit dihapus dari hati?

Pertama, mungkin saja kamu lagi krisis hati yang bermula dari kurang dekatan kamu pada Yang Maha Membolak-balikkan hati. Kamu masih punya sekian banyak waktu luang sehingga terbuka peluang untuk bengong. Padahal yang namanya syaitan itu paling demen masuk pada momen ini. Panjang angan-angan dengan banyak melamun.

Kedua, ganti ‘kacamata’ yang kamu pake. Si mantan boleh jadi adalah seseorang yang begitu perfect dimatamu. Udah cakep, tajir, ramah, baik hati, suka menolong, rajin menabung, patuh pada orang tua, rajin sholat lagi. Bagi yang belum paham hukum pacaran, cowok tipe ini adalah all girls ever want.

Jadi bisa aja kamu begitu dengan bedarah-darah saat memutuskannya. Hehehee… biar hiperbolis gitu kedengarannya. Maksudnya, kamu sebetulnya masih sayang sama dia dan gak ingin berpisah darinya. Tapi kesadaranmu terhadap keterikatan pada hukum Allah Swt., bahwa pacaran adalah aktifitas mendekati zina, jauh lebih kamu pilih daripada kelembutan si dia.

Ketiga, bisa jadi kamu ternyata gak begitu paham konsep jodoh. Kamu mati-matian masih berat sama dirinya meski udah putus. Ada terbersit rasa takut dalam dirimu gimana kalo ternyata si mantan nikah sama cewek lain.

Itu artinya, kamu belum benar-bener putus en mengikhlaskan dirinya pergi. Jadinya, kamu masih ada harap-harap si dia akan datang en ngajakin kamu merit. Padahal harapan itu jauh panggang daripada api alias sulit terwujud. Lha wong ternyata pacarmu saat ni malah asyik berlumur maksiat dengan punya cewek baru setelah kamu putus.



Iman adakalanya bertambah en berkurang. Ketika imanmu sedang tinggi-tingginya, kamu begitu pasrah en ikhlas melepaskannya. Tapi ketika iman sedang down, kamu merasa begitu sayang en ingin kembali padanya. Itu sebabnya ada resep sederhana: iman bertambah jika taat pada aturan Islam, iman berkurang tentu jika maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pilih mana ayoo? Orang cerdas, pilih syari’atNya donk ya. Betul nda??



Yakinlah pada TakdirNya

Yakin pada qadha alias keputusan Allah yang ditetapkan atas diri kita, adalah kuncinya. Selama kita telah berjalan pada rambu-rambu syari’atNya, maka selebihnya bertawakallah. Allah hendak menguji imanmu, apakah kamu lebih mencintai sang mantan pacar ataukah taat pada aturanNya? Kamu gak bisa donk ngaku-ngaku beriman padahal belum jelas siapa saja yang bakal sanggup melewati pintu-pintu ujian itu. So… ati-ati deh.

Ada sebuah peristiwa, sepasang remaja yang saling mencinta harus rela memutuskan ikatan tanpa status yang mereka punya alias pacaran. Kedua pasang remaja ini adalah pasangan idola di masa SMA. Beberapa tahun kemudian, yang akhwat alias remaja putri tadi memutuskan menerima khitbahan seorang ikhwan. Entah dengan alasan apa, ia memutuskan untuk tidak mau melihat siapa calon suaminya hingga akad tiba. Ia hanya percaya saja pada pembina ngajinya tentang kualitas si ikhwan. Sumpah!

Dan tepat ketika akad nikah tiba, saat ia harus mencium tangan suaminya, ia mendongak en jatuh pingsan. Apakah suaminya berwajah seperti beast hingga ia shock? Ternyata sebaliknya. Suami yang kini telah sah menjadi pasangan jiwanya adalah seseorang yang begitu dalam terpatri dalam lubuk hatinya. Kekasih yang diputuskannya karena Allah dan saat ini Allah pula yang menyatukan sang kekasih dengan dirinya lagi. Duh… udah jangan terharu gitu… cengeng amat.

Tapi kamu jangan buru-buru gembira dulu. Wah, asyik, aku putusin aja sang pacar sekarang. Beberapa tahun lagi ia pasti akan datang meminang en menikahiku. Waduhh, kalo gitu caranya, kamu taat syari’at tapi dengan pamrih tuh. Namanya gak ikhlas, Non. Padahal sebuah amal gak bakal diterima bila bukan semata-mata hanya mengharap ridhoNya saja. Jadi, pamrih yang dibolehkan cuma ridho Allah, lain tidak.

Karena ada juga sebuah kisah lain yang tidak sama dengan yang di atas. Nih akhwat cakep banget en di masa jahiliyah sebelum paham Islam dengan baik en benar, pacar-pacarnya selalu cakep en kaya. Setelah ngaji, ia pun mem-PHK pacarnya en tidak mau lagi berhubungan dengan mereka.

Dua tahun mengaji, ada ikhwan datang meminangnya. Kondisi ikhwan ini sangat jauh dari tipe laki-laki yang pernah menjadi pacar-pacarnya. Secara fisik, nih ikhwan lebih pendek dari si gadis. Apalagi kakinya juga cacat sebelah. Secara harta, ia pun masih awal dalam pekerjaannya. Tapi apa yang dilakukan oleh si gadis? Ia menerima ikhwan ini karena satu hal, kesholehannya. Kok bisa ya…? Sangat bisa donk… karena kemungkinan ini sangat bisa terjadi. Mungkin secara fisik en harta, jodohmu tak seindah yang pernah menjadi pacar-pacarmu. Tapi satu hal, bila kesholihan seseorang yang kamu jadikan patokan, maka Insya Allah akan barokah dunia akhirat. En yang utama, niat atau motivasi kamu dalam beramal sangat menentukan kualitas dirimu kedepan.



“Aku baik-baik saja”

Yakinkan dirimu dengan prnsip: “aku akan baik-baik saja” (meski tanpa doi). Jangan terlalu memanjakan perasaaan. Kenangan itu hadir kalo kamu emang berusaha menghadirkannya. Emang sih, kenangan itu gak mungkin bisa terhapus dari memori hatimu. Bahkan, ia merupakan bagian dari proses pendewasaan kamu untuk melangkah ke masa depan. tapi, itu bukan alasan untuk kemudian berlarut-larut dalam kenangan yang tak berkesudahan. Sebaliknya, tanamkan dalam diri bahwa kamu akan menjadi seseorang yang lebih baik dengan meninggalkan masa lalu yang berlumur dosa akibat menjadi aktifis pacaran.

Jangan mengulang kesalahan yang sama ketika kamu sudah meng-azzamkan diri alias bertekad untuk berubah. Kalo ternyata sikap en kelakuan kamu masih sama, bukan nama kamu saja yang bakal jelek. Tapi citra muslimah berjilbab, berkerudung, en anak ngaji pun akan tercoreng. Ibarat susu sebelanga, jangan sampai kamu menjadi nila setitik itu.

Pancangkan tekad kuat bahwa kamu gak akan pernah tergoda lagi untuk ngulangin pacaran. Kamu gak akan terbuai oleh embel-embel Islam padahal sejatinya adalah maksiat. Dan supaya gak terjatuh ke lubang yang sama, kamu kudu rajin mencari ilmu tentang batasan pergaulan dalam Islam. Jangan menjadi anak ngaji hanya karena pengin dapat jodoh dari sana. Sesungguhnya setiap amalan dinilai Allah berawal dari niatnya.

Yakinlah kamu akan baik-baik saja kok meski tanpa sang mantan or si ikhwan jadi-jadian. Jodohmu sudah tertulis sejak mula ruhmu ditiupkan. Bahkan Allah telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik en perempuan yang baik juga untuk laki-laki yang baik. Begitu sebaliknya (silahkan buka al-Qur’an surat an-Nuur ayat 26). Kamu gak usah resah en gelisah masalah jodoh. Jangan berpikiran kalo nda pacaran maka nda dapat suami. Toh hidup kita bukan cuma ngurusi masalah ini kan? Selama kamu maksimal berikhtiar dengan jalan yang baik en benar, jodoh yang datang nanti juga gak jauh dari kualitasmu. Yakin bang-nget deh..!!



http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/setelah-putus-pacaran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Faza's Blog

Assalamu'alaikum!
~Ahlan wa sahlan~

Apa Kabarnya Hari ini?
"Alhamdulillah, Selalu Mencerahkan, Luar Biasa Sukses!"

~Allahu Akbar~