Oleh: Indri Faaza
Ada sebuah kutipan yang isinya sebagai berikut: "Jika kita dapat menciptakan kebiasaan menulis, kita akan memiliki fondasi yang kuat sebagai seorang penulis." (anonim)
Kemudian muncul sebuah pertanyaan. Bagaimana jika hari ini kita masih kesulitan dalam mengatur waktu yang cukup untuk menulis, atau terus menundanya hingga akhirnya tidak pernah mulai menulis meskipun kita sudah merencanakannya?
Beberapa kesulitan ataupun alasan yang kadang menjadi pembenaran tuk kita agar tidak menulis. Padahal, itulah rantai masalah yang mengikat jari-jemari kita sehingga tidak menghasilkan karya apapun. Sekalipun nyatanya kita bisa dan mampu.
Sehingga, menjadi pertanyaan baru, bagaimana cara menghancurkan rantai masalah tersebut? Apakah menulis itu bakat yang terpendam ataukah ianya dapat dibentuk melalui pembiasaan atau habits? Mari kita kupas bersama-sama.
***
Seringkali kita menemui orang yang kita anggap istimewa, karena ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dikuasai oleh orang lainnya. Kita takjub melihat seseorang yang fasih dalam bahasa arab dalam usia muda, walaupun dia tidak lahir di tanah arab. Kita terpesona tatkala menyaksikan anak berusia 15 tahun dan hafalan 30 juz nya. Kita kagum saat melihat seseorang berumur masih 20-an namun telah menulis lebih dari 8 buku yang semuanya bermutu dan berisi.
Lalu kita bertanya-tanya, apakah bakat-bakat semacam itu adalah takdir dari Allah, yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang khusus? Apakah memang sudah takdirnya seperti itu? Dan biasanya pasangan pertanyaan ini adalah legitimasi bahwa kita memang tak mampu melakukan demikian karena tak berbakat. Lalu menyerah dan menerima diri apa adanya, jauh dari mampu.
Sebagai respon atas hal ini, muncul kemudian training motivasi yang menjamur bak musim hujan. Training ini lalu membahas tentang “Why?”. Merubah mindset seseorang dan berusaha menanamkan keyakinan pada setiap orang bahwa mereka pasti bisa menguasai apapun.
Namun, motivasi ternyata gagal pula menciptakan kelanggengan dalam menguasai suatu keahlian. Panas semangat yang membakar ternyata hanya bertahan satu-dua hari, belum keahlian dikuasai, kebosanan sudah menanti.
Sebenarnya, rahasia dari menguasai keahlian apapun bukan terletak pada motivasi, karena motivasi hanya kunci pembuka awalnya saja, tapi ibu dari segala keahlian adalah pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah latihan (practice). Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan (habits).
Jadi pembiasaan pada intinya adalah menjadikan suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan diupayakan menjadi otomatis dan tanpa upaya, melalui latihan dan pengulangan secara terus menerus. (dikutip dari buku habits, Felix. Y. Siauw)
Karena itulah, Al-Qur’an pun telah memuat firman Allah yang membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),
"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka." (TQS Thahaa [20]: 113)
Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, namun seketika habits itu sudah terbentuk dengan ajeg, maka sulit pula untuk menghentikan habits baik itu. Sama dengan habits buruk yang sulit pula menghentikannya apabila sudah ajeg. Bedanya, habits baik sulit dibentuk, namun akan memudahkan kita di sisa hidup kita. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.
Jadi hanya satu sebab ketika kita belum menguasai sesuatu hal yang benar-benar kita inginkan: “Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.
Bicara tentang berpikir, binatang tidak memiliki akal, namun mereka bisa menguasai keahlian yang bahkan manusia merasa aneh menyaksikannya. Kita pernah melihat burung berhitung matematika di sirkus, monyet melakukan tendangan putar sempurna taekwondo, atau lumba-lumba yang melompati gelang api. Semua itu mereka lakukan karena mereka tidak banyak pikir, hanya melakukan dan melakukan. Terus berlatih dan mengulangi.
Mungkin itulah kelemahan kita selama ini, yang membuat kita miskin keahlian apapun. Karena kita terlalu banyak membahas motivasi tapi kurang aksi. Banyak pikir cemerlang tapi tak berlatih mengulang. Logikanya, bila binatang yang tak memiliki akal saja bisa, seharusnya manusia yang punya akal lebih bisa.
Mungkin pula lebih tepat apabila ketika ingin menguasai satu keahlian, tak perlu banyak berpikir dan motivasi, lakukan saja. Semakin sering kita melakukan, maka semakin sering pula latihan dan pengulangannya. Maka kita pasti akan menguasai keahlian apapun yang kita inginkan.
***
Berikut, saya rangkum sepuluh langkah untuk membentuk habits menulis. Bisa jadi tiap orang beda dalam hasilnya. Tetapi maksimal dalam prosesnya, itu yang terpenting.
1. Tuliskan komitmen kita untuk menulis
Jika kita tidak berkomitmen untuk menuliskan kebiasaan menulis, maka kita tidak benar-benar berkomitmen untuk membentuk kebiasaan tersebut. Jika kita ingin membentuk suatu kebiasaan menulis, kita harus benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Bukan kalimat "akan saya usahakan", namun "saya benar-benar akan menulis". Dan kita harus menuliskan komitmen tersebut lalu memasangnya di tempat-tempat yang dapat dilihat dengan mudah. Secara spesifik, tulis kebiasaan seperti apa yang akan kita lakukan (dalam hal ini menulis). Kapan, di mana, dan untuk berapa lama kita akan melakukannya? Tuliskanlah semua itu.
2. Menulislah setiap hari pada waktu yang sama, dengan pemicu.
Akan baik jika kita memiliki waktu tertentu setiap hari untuk mulai menulis. Semisal menulis di pagi hari, namun bisa juga saat istirahat siang, atau saat yang lain telah tidur. Pastikan bahwa waktu itu adalah waktu yang tidak akan dijejali oleh aktivitas lain.
Tidak kalah pentingnya dengan memiliki waktu khusus untuk menulis adalah memiliki pemicu. Apakah pemicu itu? Ini adalah suatu peristiwa yang akan mendorong kita untuk melakukan kebiasaan itu. Contohnya, katakan saja kita ingin menulis pada pagi hari -- kita akan bangun dari tempat tidur, mandi, membuat kopi, dan kemudian mulai menulis. Jadi, membuat kopi adalah pemicu untuk kita menulis, dan mandi adalah pemicu untuk kita membuat kopi, dan bangun dari tempat tidur adalah pemicu untuk kita mandi. Dan karena kita pasti akan bangun dari tempat tidur setiap hari, jadi kita tidak akan memiliki masalah menerapkan hal ini. Pilih sebuah pemicu yang kita tahu akan kita lakukan setiap hari, dan kemudian menulislah.
3. Berkomitmenlah kepada orang lain.
Seperti yang telah dituliskan di atas, adalah penting untuk memiliki komitmen yang kuat guna membentuk kebiasaan menulis. Untuk itu, akan membantu jika komitmen itu sifatnya tidak pribadi. Umumkanlah komitmen kita kepada banyak orang. Beritahu keluarga, teman-teman, komunitas kita, tulis dalam situs blog kita, kirimkan ke sebuah forum diskusi online, dan sebagainya. Katakan dengan jelas apa yang akan kita lakukan, dan berjanjilah untuk melaporkan kepada mereka hal-hal yang telah kita lakukan (lihat butir nomor 6 di bawah). Hal ini akan memotivasi kita untuk tetap melakukan kebiasaan menulis.
4. Fokuslah selama 1 bulan.
Salah satu kunci untuk membentuk sebuah kebiasaan baru adalah fokus. Jika kita benar-benar fokus untuk membentuk kebiasaan menulis, kita akan sukses (terutama jika kita mengombinasikannya dengan beberapa tips lain dalam artikel ini). Jika kita mencoba untuk menciptakan banyak kebiasaan baru dalam satu waktu sekaligus, fokus kita akan tersebar. Kerahkan seluruh fokus dan energi kita untuk membentuk kebiasaan baru dalam menulis.
5. Temukan motivasi kita.
Apa alasan kita melakukan kebiasan menulis? Apa yang memotivasi kita untuk duduk dan menulis? Apa yang dapat membuat kita tetap termotivasi ketika kita sedang tidak ingin menulis? Mengetahui apa yang menjadi motivasi kita itu penting -- dan sangat baik jika kita menuliskannya.
6. Catat dan bertanggungjawablah.
Sangat penting mencatat kebiasaan baru kita. Hal termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan tanda "X" di kalender kita setiap kali kita menulis. Atau kita bisa juga menyiapkan sebuah lembar kerja untuk mencatat waktu dan tanggal, dengan catatan kecil ketika kita menulis. Ini dapat menjadi alat untuk membantu kita melacak apakah tujuan kita sudah tercapai atau belum. Atau kita bisa juga membuat catatan dalam blog pribadi; dengan menuliskan tulisan singkat dalam blog kita setiap kali kita selesai menulis. Forum diskusi online merupakan cara yang baik pula untuk mencatat apa yang sudah kita lakukan. Cara apapun yang kita pakai, lakukanlah itu dengan konsisten dan segera lakukan pencatatan setiap kali kita selesai menulis. Bagikanlah catatan kita tersebut kepada orang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban kita kepada orang lain.
7. Tentukan penghargaan diri.
Penghargaan adalah motivator yang luar biasa. Sering-seringlah memberi penghargaan kepada diri sendiri ketika kita baru mulai berusaha membentuk kebiasaan menulis: berikan satu hadiah kecil untuk diri sendiri pada hari pertama kita menulis, kemudian pada hari yang kedua dan ketiga. Setelah itu, berikan hadiah kepada diri kita setelah menulis secara rutin selama 1 minggu. Lalu kurangi lagi, kita akan memberikan hadiah pada diri kita setelah menulis secara rutin selama 1 bulan. Buat daftar penghargaan sebelum kita mulai menulis, jadi kita dapat melihat hadiah apa saja yang dapat kita terima jika kita mulai menulis.
8. Disiplin.
Semakin konsisten kita menulis, semakin kuat kebiasaan itu jadinya. Pastikan kebiasaan kita terhubung kuat dengan pemicu kita, sehingga setiap kali pemicunya terjadi, kita akan melakukan kebiasaan kita. Itulah yang membentuk suatu kebiasaan. Jika pemicunya terjadi, dan kadang kita tidak melakukan kebiasaan kita, maka kita tidak benar-benar membentuk sebuah kebiasaan. Jadi, daripada kita menyalahkan diri kelak, lebih baik kita benar-benar disiplin. Karena sekali kita tidak melakukan kebiasaan itu, kemungkinan kita akan melakukannya lagi lain waktu. Jika kita merasa sedang tidak ingin menulis hari ini, katakan pada diri kita dengan tegas: "Disiplin!"
Apa yang akan terjadi jika karena beberapa alasan, kita tidak melakukan kebiasaan kita? Jangan lantas menyalahkan diri kita sendiri. Analisa dan cari tahu mengapa hal itu sampai terjadi dan cari solusinya agar tidak terjadi lagi. Kemudian maju terus. Membentuk suatu kebiaaan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun jika kita disiplin, kita akan berhasil.
9. Mencari inspirasi.
Motivator terbaik adalah inspirasi. Ketika saya membentuk kebiasaan baru, saya suka membaca pengalaman-pengalaman sukses orang lain. Saya akan membaca buku, majalah, situs, dan blog dengan topik tersebut. Lakukanlah hal yang sama saat menulis -- carilah inspirasi, tetapi jangan membiarkan kegiatan membaca tersebut menghambat kita untuk menulis.
10. Jadikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Yang terpenting, jika kebiasaan itu tidak menyenangkan, kita akan sering kehilangan motivasi. Mencoba disiplin memang penting, tapi pada akhirnya, motivasilah yang merupakan faktor pentingnya. kita tidak dapat memaksa motivasi. Jadi, carilah cara untuk membuat kebiasaan menulis itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bisa dengan memutar musik atau ditemani secangkir kopi atau teh saat kita menulis. Menulislah dengan ditemani sesuatu yang kita sukai.
(http://writetodone.com/2008/01/09/10-steps-to-create-the-habit-of-writing/)
***
Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2 jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Begitupun dalam menulis. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar. Habits dulu baru hebats!
Terakhir, mari kita dengarkan ungkapan Imam Syafi’i, “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!”
Jadi, wahai sahabat pena, bersabarlah untuk menjadi ahli. Terus berlatih dan mengulangi. Pastilah bisa kita kuasai.
Ada sebuah kutipan yang isinya sebagai berikut: "Jika kita dapat menciptakan kebiasaan menulis, kita akan memiliki fondasi yang kuat sebagai seorang penulis." (anonim)
Kemudian muncul sebuah pertanyaan. Bagaimana jika hari ini kita masih kesulitan dalam mengatur waktu yang cukup untuk menulis, atau terus menundanya hingga akhirnya tidak pernah mulai menulis meskipun kita sudah merencanakannya?
Beberapa kesulitan ataupun alasan yang kadang menjadi pembenaran tuk kita agar tidak menulis. Padahal, itulah rantai masalah yang mengikat jari-jemari kita sehingga tidak menghasilkan karya apapun. Sekalipun nyatanya kita bisa dan mampu.
Sehingga, menjadi pertanyaan baru, bagaimana cara menghancurkan rantai masalah tersebut? Apakah menulis itu bakat yang terpendam ataukah ianya dapat dibentuk melalui pembiasaan atau habits? Mari kita kupas bersama-sama.
***
Seringkali kita menemui orang yang kita anggap istimewa, karena ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dikuasai oleh orang lainnya. Kita takjub melihat seseorang yang fasih dalam bahasa arab dalam usia muda, walaupun dia tidak lahir di tanah arab. Kita terpesona tatkala menyaksikan anak berusia 15 tahun dan hafalan 30 juz nya. Kita kagum saat melihat seseorang berumur masih 20-an namun telah menulis lebih dari 8 buku yang semuanya bermutu dan berisi.
Lalu kita bertanya-tanya, apakah bakat-bakat semacam itu adalah takdir dari Allah, yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang khusus? Apakah memang sudah takdirnya seperti itu? Dan biasanya pasangan pertanyaan ini adalah legitimasi bahwa kita memang tak mampu melakukan demikian karena tak berbakat. Lalu menyerah dan menerima diri apa adanya, jauh dari mampu.
Sebagai respon atas hal ini, muncul kemudian training motivasi yang menjamur bak musim hujan. Training ini lalu membahas tentang “Why?”. Merubah mindset seseorang dan berusaha menanamkan keyakinan pada setiap orang bahwa mereka pasti bisa menguasai apapun.
Namun, motivasi ternyata gagal pula menciptakan kelanggengan dalam menguasai suatu keahlian. Panas semangat yang membakar ternyata hanya bertahan satu-dua hari, belum keahlian dikuasai, kebosanan sudah menanti.
Sebenarnya, rahasia dari menguasai keahlian apapun bukan terletak pada motivasi, karena motivasi hanya kunci pembuka awalnya saja, tapi ibu dari segala keahlian adalah pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah latihan (practice). Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan (habits).
Jadi pembiasaan pada intinya adalah menjadikan suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan diupayakan menjadi otomatis dan tanpa upaya, melalui latihan dan pengulangan secara terus menerus. (dikutip dari buku habits, Felix. Y. Siauw)
Karena itulah, Al-Qur’an pun telah memuat firman Allah yang membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),
"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka." (TQS Thahaa [20]: 113)
Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, namun seketika habits itu sudah terbentuk dengan ajeg, maka sulit pula untuk menghentikan habits baik itu. Sama dengan habits buruk yang sulit pula menghentikannya apabila sudah ajeg. Bedanya, habits baik sulit dibentuk, namun akan memudahkan kita di sisa hidup kita. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.
Jadi hanya satu sebab ketika kita belum menguasai sesuatu hal yang benar-benar kita inginkan: “Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.
Bicara tentang berpikir, binatang tidak memiliki akal, namun mereka bisa menguasai keahlian yang bahkan manusia merasa aneh menyaksikannya. Kita pernah melihat burung berhitung matematika di sirkus, monyet melakukan tendangan putar sempurna taekwondo, atau lumba-lumba yang melompati gelang api. Semua itu mereka lakukan karena mereka tidak banyak pikir, hanya melakukan dan melakukan. Terus berlatih dan mengulangi.
Mungkin itulah kelemahan kita selama ini, yang membuat kita miskin keahlian apapun. Karena kita terlalu banyak membahas motivasi tapi kurang aksi. Banyak pikir cemerlang tapi tak berlatih mengulang. Logikanya, bila binatang yang tak memiliki akal saja bisa, seharusnya manusia yang punya akal lebih bisa.
Mungkin pula lebih tepat apabila ketika ingin menguasai satu keahlian, tak perlu banyak berpikir dan motivasi, lakukan saja. Semakin sering kita melakukan, maka semakin sering pula latihan dan pengulangannya. Maka kita pasti akan menguasai keahlian apapun yang kita inginkan.
***
Berikut, saya rangkum sepuluh langkah untuk membentuk habits menulis. Bisa jadi tiap orang beda dalam hasilnya. Tetapi maksimal dalam prosesnya, itu yang terpenting.
1. Tuliskan komitmen kita untuk menulis
Jika kita tidak berkomitmen untuk menuliskan kebiasaan menulis, maka kita tidak benar-benar berkomitmen untuk membentuk kebiasaan tersebut. Jika kita ingin membentuk suatu kebiasaan menulis, kita harus benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Bukan kalimat "akan saya usahakan", namun "saya benar-benar akan menulis". Dan kita harus menuliskan komitmen tersebut lalu memasangnya di tempat-tempat yang dapat dilihat dengan mudah. Secara spesifik, tulis kebiasaan seperti apa yang akan kita lakukan (dalam hal ini menulis). Kapan, di mana, dan untuk berapa lama kita akan melakukannya? Tuliskanlah semua itu.
2. Menulislah setiap hari pada waktu yang sama, dengan pemicu.
Akan baik jika kita memiliki waktu tertentu setiap hari untuk mulai menulis. Semisal menulis di pagi hari, namun bisa juga saat istirahat siang, atau saat yang lain telah tidur. Pastikan bahwa waktu itu adalah waktu yang tidak akan dijejali oleh aktivitas lain.
Tidak kalah pentingnya dengan memiliki waktu khusus untuk menulis adalah memiliki pemicu. Apakah pemicu itu? Ini adalah suatu peristiwa yang akan mendorong kita untuk melakukan kebiasaan itu. Contohnya, katakan saja kita ingin menulis pada pagi hari -- kita akan bangun dari tempat tidur, mandi, membuat kopi, dan kemudian mulai menulis. Jadi, membuat kopi adalah pemicu untuk kita menulis, dan mandi adalah pemicu untuk kita membuat kopi, dan bangun dari tempat tidur adalah pemicu untuk kita mandi. Dan karena kita pasti akan bangun dari tempat tidur setiap hari, jadi kita tidak akan memiliki masalah menerapkan hal ini. Pilih sebuah pemicu yang kita tahu akan kita lakukan setiap hari, dan kemudian menulislah.
3. Berkomitmenlah kepada orang lain.
Seperti yang telah dituliskan di atas, adalah penting untuk memiliki komitmen yang kuat guna membentuk kebiasaan menulis. Untuk itu, akan membantu jika komitmen itu sifatnya tidak pribadi. Umumkanlah komitmen kita kepada banyak orang. Beritahu keluarga, teman-teman, komunitas kita, tulis dalam situs blog kita, kirimkan ke sebuah forum diskusi online, dan sebagainya. Katakan dengan jelas apa yang akan kita lakukan, dan berjanjilah untuk melaporkan kepada mereka hal-hal yang telah kita lakukan (lihat butir nomor 6 di bawah). Hal ini akan memotivasi kita untuk tetap melakukan kebiasaan menulis.
4. Fokuslah selama 1 bulan.
Salah satu kunci untuk membentuk sebuah kebiasaan baru adalah fokus. Jika kita benar-benar fokus untuk membentuk kebiasaan menulis, kita akan sukses (terutama jika kita mengombinasikannya dengan beberapa tips lain dalam artikel ini). Jika kita mencoba untuk menciptakan banyak kebiasaan baru dalam satu waktu sekaligus, fokus kita akan tersebar. Kerahkan seluruh fokus dan energi kita untuk membentuk kebiasaan baru dalam menulis.
5. Temukan motivasi kita.
Apa alasan kita melakukan kebiasan menulis? Apa yang memotivasi kita untuk duduk dan menulis? Apa yang dapat membuat kita tetap termotivasi ketika kita sedang tidak ingin menulis? Mengetahui apa yang menjadi motivasi kita itu penting -- dan sangat baik jika kita menuliskannya.
6. Catat dan bertanggungjawablah.
Sangat penting mencatat kebiasaan baru kita. Hal termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan tanda "X" di kalender kita setiap kali kita menulis. Atau kita bisa juga menyiapkan sebuah lembar kerja untuk mencatat waktu dan tanggal, dengan catatan kecil ketika kita menulis. Ini dapat menjadi alat untuk membantu kita melacak apakah tujuan kita sudah tercapai atau belum. Atau kita bisa juga membuat catatan dalam blog pribadi; dengan menuliskan tulisan singkat dalam blog kita setiap kali kita selesai menulis. Forum diskusi online merupakan cara yang baik pula untuk mencatat apa yang sudah kita lakukan. Cara apapun yang kita pakai, lakukanlah itu dengan konsisten dan segera lakukan pencatatan setiap kali kita selesai menulis. Bagikanlah catatan kita tersebut kepada orang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban kita kepada orang lain.
7. Tentukan penghargaan diri.
Penghargaan adalah motivator yang luar biasa. Sering-seringlah memberi penghargaan kepada diri sendiri ketika kita baru mulai berusaha membentuk kebiasaan menulis: berikan satu hadiah kecil untuk diri sendiri pada hari pertama kita menulis, kemudian pada hari yang kedua dan ketiga. Setelah itu, berikan hadiah kepada diri kita setelah menulis secara rutin selama 1 minggu. Lalu kurangi lagi, kita akan memberikan hadiah pada diri kita setelah menulis secara rutin selama 1 bulan. Buat daftar penghargaan sebelum kita mulai menulis, jadi kita dapat melihat hadiah apa saja yang dapat kita terima jika kita mulai menulis.
8. Disiplin.
Semakin konsisten kita menulis, semakin kuat kebiasaan itu jadinya. Pastikan kebiasaan kita terhubung kuat dengan pemicu kita, sehingga setiap kali pemicunya terjadi, kita akan melakukan kebiasaan kita. Itulah yang membentuk suatu kebiasaan. Jika pemicunya terjadi, dan kadang kita tidak melakukan kebiasaan kita, maka kita tidak benar-benar membentuk sebuah kebiasaan. Jadi, daripada kita menyalahkan diri kelak, lebih baik kita benar-benar disiplin. Karena sekali kita tidak melakukan kebiasaan itu, kemungkinan kita akan melakukannya lagi lain waktu. Jika kita merasa sedang tidak ingin menulis hari ini, katakan pada diri kita dengan tegas: "Disiplin!"
Apa yang akan terjadi jika karena beberapa alasan, kita tidak melakukan kebiasaan kita? Jangan lantas menyalahkan diri kita sendiri. Analisa dan cari tahu mengapa hal itu sampai terjadi dan cari solusinya agar tidak terjadi lagi. Kemudian maju terus. Membentuk suatu kebiaaan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun jika kita disiplin, kita akan berhasil.
9. Mencari inspirasi.
Motivator terbaik adalah inspirasi. Ketika saya membentuk kebiasaan baru, saya suka membaca pengalaman-pengalaman sukses orang lain. Saya akan membaca buku, majalah, situs, dan blog dengan topik tersebut. Lakukanlah hal yang sama saat menulis -- carilah inspirasi, tetapi jangan membiarkan kegiatan membaca tersebut menghambat kita untuk menulis.
10. Jadikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Yang terpenting, jika kebiasaan itu tidak menyenangkan, kita akan sering kehilangan motivasi. Mencoba disiplin memang penting, tapi pada akhirnya, motivasilah yang merupakan faktor pentingnya. kita tidak dapat memaksa motivasi. Jadi, carilah cara untuk membuat kebiasaan menulis itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bisa dengan memutar musik atau ditemani secangkir kopi atau teh saat kita menulis. Menulislah dengan ditemani sesuatu yang kita sukai.
(http://writetodone.com/2008/01/09/10-steps-to-create-the-habit-of-writing/)
***
Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2 jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Begitupun dalam menulis. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar. Habits dulu baru hebats!
Terakhir, mari kita dengarkan ungkapan Imam Syafi’i, “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!”
Jadi, wahai sahabat pena, bersabarlah untuk menjadi ahli. Terus berlatih dan mengulangi. Pastilah bisa kita kuasai.